Sarah yang kesal langsung meletakkan gelas jus itu ke meja dan kembali ke ruang santai, dimana suaminya dan Romi berada.Sarah menghentikan langkahnya tiba-tiba saat hendak menghampiri mereka. Sarah memicingkan mata mengintai diam-diam, sebelum muncul di hadapan mereka. Ia melihat Romi dan Adipati sangat lahap memakan kue kering itu."Awas saja kalian," geram Sarah dari balik pintu sana.Sarah memiliki sebuah ide jahil. Ia memutuskan putar balik dan kembali ke dapur. Layla yang melihat Sarah kembali mengernyitkan dahi heran lalu mengabaikannya. Sarah membuka lemari es dan mengeluarkan sebuah cerek berisi orange juice lainnya. Kemudian menuangkannya ke dalam dua gelas yang lebih besar lagi. Sarah tersenyum licik. Dia langsung mengambil baki lagi dan membawa jus itu ke depan. "Paman, setelah kupikir-pikir suasana panas seperti ini sangat cocok minum jus yang dingin. Aku membawa jus lagi untuk kalian."Adipati dan Romi membulatkan kedua matanya bersamaan. Mereka tidak dapat menolak p
"Posisi 69, posisi seperti apa itu, Paman?" tanya Sarah polos.Adipati langsung memberikan arahan posisi yang dia maksud. Sarah yang mendapatkan pengalaman baru mengenai ritual dewasa untuk menyenangkan suaminya itu tersenyum malu-malu."Kita lakukan bersama," Keduanya pun melakukan adegan dengan posisi itu lebih lanjut. Keduanya juga mendesah bersahutan hingga mencapai puncak bersamaan.****Drrrt."Apa bisa kau memberikan ku bukti yang lebih kuat?" tanya seorang pria dari suatu tempat. "Pertemukan aku dengan mereka," lanjutnya.Adipati tersenyum miring. "Tidak masalah. Datanglah ke alamat yang ku kirim. Kau akan menemui mereka di sana.""Andreas langsung menutup ponselnya. Dia menunggu alamat yang dimaksud oleh adipati." Ting.Sebuah pesan. Segera, Andreas membuka pesan itu yang berisi share location sebuah rumah. Andreas tidak membuang waktu. Dia langsung masuk ke dalam mobilnya dan memacu sekencang mungkin menuju lokasi tersebut.****Tok tok tok."Sepertinya dia sudah datang,"
"Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu Anda Nyonya?" tanya Andreas pada Layla, pertanda dia menyetujui penawaran Adipati."Aku ingin kau melindungiku dan Sarah, seperti dulu kau melindungiku juga suamiku. Jujur saja, aku tidak percaya dengan apa yang keluarga suamiku katakan. Aku yakin, suamiku masih hidup sampai saat ini."Tiba-tiba Andreas teringat pada sebuah villa yang selalu Roger datangi saat dia merasa depresi. Disana biasanya Roger menghabiskan waktunya untuk minum hingga mabuk sambil memaki sebuah ruangan yang tidak boleh orang lain membukanya.Sejujurnya Andreas sudah merasa penasaran selama ini. Namun dia adalah orang yang patuh. Dia tidak pernah melanggar apa yang dikatakan oleh bosnya, termasuk membuka ruangan rahasia itu. Dan bosnya saat ini adalah seorang Roger Arthajaya."Namun untuk bergerak saat ini, saya merasa sanksi Nyonya.""Apa alasanmu?" tanya Adipati penasaran. Andreas menatap Sarah, "Nona Sarah tidak akan aman. Apalagi jika mereka tahu, Nona Sarah seda
"Mari ikuti saya." Perawat itu kembali masuk.Adipati langsung turut masuk ke ruang bersalin itu tanpa bertanya. Dilihatnya Sarah yang sudah terkulai lemas diatas tempat tidur. Owek Owek Owek.Tangisan bayi mungil yang masih merah itu menghiasi ruangan. Adipati langsung memberikan kecupan penuh syukur di kening sang istri.Lalu seorang perawat mendekati mereka, dan meletakkan si bayi di atas dada Sarah. Air mata Sarah tidak terbendung, hatinya begitu bahagia saat melihat putra kecilnya terlahir dengan selamat."Selamat, Tuan. Putra Anda lahir dengan selamat dan sangat sehat," ucap perawat itu.Ujung kedua mata Adipati juga mulai basah. Segera ia mengusapnya. Ya, Adipati sedang terlalu bahagia atas kelahiran putra pertamanya. Setelah beberapa detik, perawat itu kembali mengambil bayi tersebut untuk dibersihkan.Adipati menciumi Sarah beberapa kali sambil memeluknya. "Terima kasih, Sayang. Kau sangat hebat. Dan selamat. Kau telah menjadi seorang Ibu,"Sarah mencebik, air matanya menga
Setelah dua hari menjalani masa perawatan pasca melahirkan, Sarah diperbolehkan pulang oleh dokter Roy."Hati-hati, Sayang," ucap Adipati ketika membukakan pintu mobil untuk istrinya. "Iya, Paman." Perlahan Sarah turun dari mobil dengan bantuan suaminya.Sebuah mobil mewah edisi terbaru dari BMW yang terparkir di halaman rumahnya, lengkap dengan pita yang masih terpasang cantik sontak membuatnya terperangah. "Ayo," ujar Adipati menyadarkannya.Sarah melanjutkan langkah mengikuti sang suami yang menuntunnya. Sarah dibuat kembali terkejut setelah memasuki pintu rumah, dia melihat banyak sekali tumpukan kado di ruang tamunya. Disana juga sudah ada Maya dan Dharmawangsa yang berdiri menyambut. Sarah melangkahkan kakinya masuk dan menghampiri mereka dengan lautan kado disana."Selamat datang Sayang," ucap Maya. Dan langsung mengambil alih baby Reyhan ke dalam gendongannya."Sarah, ini adalah hadiah Ayah untuk cucu kesayangan." Dharmawangsa menyerahkan sebuah amplop yang masih tersegel r
"Baby Reyhan menangis? Apa mungkin dia lapar?""Coba kulihat, Paman." Ali memberikan baby Reyhan yang digendongnya pada Sarah. Kemudian Sarah meletakkan baby Reyhan ke sofa, untuk diperiksa diapernya. Rupanya tangisan bayi mungil yang membuat Ali kebingungan itu adalah karena baby Reyhan yang sedang buang air besar.Sarah segera meminta tolong Ali untuk mengambilkan perlengkapan bayi di kamarnya. Segera, Ali berjalan cepat mengambil apa yang diperlukan untuk membersihkan cucunya itu.Dikamar Sarah sedang ada Layla yang membantu membersihkan kamar, agar tidak ads debu yang membuat cucunya bersin-bersin nantinya."Kau sedang mencari apa, Kak?""Cucumu sedang buang air besar. Sarah memintaku untuk mengambil keperluannya. Tapi yang mana ya?" tanya Ali sambil menggaruk keningnya bingung."Biar aku saja yang bawakan." Layla yang juga sudah selesai merapikan kamar itu, langsung mengambil sebuah tas perlengkapan cucunya. Layla membawa tas itu turun untuk diberikan pada Sarah, sedangkan Ali
"Paman, tadi siang Paman Andreas datang. Dan berbicara tentang kelanjutan rencana kita," ujar Sarah sambil menutup kembali bajunya setelah selesai menyusui baby Reyhan."Apa yang dia katakan?" tanya Adipati sambil melonggarkan dasinya.Adipati baru saja pulang kerja, dia hendak mandi dulu sebelum bermain bersama bayi kecil kesayangannya. Seharian ini dia sangat penat berada di kantor. Ada sebuah masalah yang sepertinya merepotkan untuk diatasi. Namun dia tidak bercerita pada Sarah. Adipati tidak ingin membuatnya merasa khawatir."Sebentar lagi akan ada rapat saham. Mungkin itu adalah waktu yang tepat untuk aku dan ibu muncul di hadapan mereka. Bagaimana menurutmu, Paman?""Benar yang Andreas katakan. Aku akan berdiskusi dengan ayah dan ibu. Baiklah, aku akan mandi dulu agar bisa bermain dengan Reyhan," ujar Adipati sambil mengulas senyum.Sarah mengiyakan. Adipati menaruh dasi yang sudah dipakai ke tempat baju kotor yang berada di sudut walking klosetnya. Kemudian dia mengguyur sekuj
"Kenapa? Apa kau tidak suka?"Sarah terkekeh pelan. "Tidak, Pa-,"Adipati mengangkat kedua alisnya, menunggu Sarah mengucapkan nama panggilan barunya penuh harap. Namun Sarah masih merasa kaku karena tidak biasa. "Pa-?" beo Adipati, berharap Sarah meneruskan dengan lengkap.Lagi-lagi Sarah malah terkekeh pelan, dan tidak sanggup melanjutkan ucapannya. "Ah, ini terlalu sulit.""Kau pasti bisa, Ma," ucap Adipati mencontohkan.Namun sayang, contoh yang diberikan lagi-lagi membuat Sarah terkekeh geli. Dia sudah terbiasa di panggil dengan nama. Atau paling romantis, suaminya itu akan memanggilnya 'Sayang.'"Paman, aku geli. Mungkin karena belum terbiasa. Maaf," Sarah masih saja terkekeh kecil. Raut wajah Adipati mulai berubah masam, dia sangat ingin mendengar nama panggilan itu dari istrinya, namun rasanya sangat sulit didapatkan.Adipati beranjak dari sofa itu, Sarah jadi merasa tidak enak. Sarah memperhatikan suaminya yang menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya. Adipati juga sudah me