Adipati merasa ada sesuatu yang aneh. Mungkin ini memang sebuah kebetulan, tapi ini cukup mengganggu pikirannya."Paman, apa yang sedang kau pikirkan?""Tidak ada." jawab pria itu singkat.Mereka telah sampai di rumah, Adipati menurunkan Sarah dari gendongannya. Badan Sarah memang kecil, namun tangan Adipati terasa lumayan pegal juga setelah menurunkannya. Tanpa sadar, Adipati memijat pergelangan tangannya. Melihat itu, Sarah menyeringai."Sudah ku bilang, tidak usah menggendongku. Tapi kau keras kepala, Paman. Sekarang tanganmu terasa sakit 'kan?""Apa kau mengkhawatirkanku?"Sarah mendengus kesal karena ketahuan tengah mencemaskan sang suami. Sarah langsung masuk ke dalam rumah, meninggalkan suaminya yang masih berada di depan pintu.Adipati memulas senyum, melihat istrinya yang masih gengsi untuk memberikan perhatian.Adipati segera mengikuti Sarah dari belakang. Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Sarah meraih handuk untuk segera mandi. Tubuhnya terasa sangat lengket setelah ber
Deg! Perkataan Sarah sama persis dengan ide yang Arjuna angkat, sebagai ide pemasaran apartemennya.Ini bukan lagi hanya sekedar dugaan saja, tapi ini benar-benar fakta yang Adipati temukan sendiri."Begitukah?"Sarah melempar senyum manisnya pada sang suami. "Tapi itu mimpiku saat remaja. Sekarang aku sudah tidak menginginkannya.""Tapi kau masih mengingatnya. Apa itu mimpi yang berarti bersama seseorang?"Sarah tertegun dengan pertanyaan suaminya. Ia menggigit bibir bawahnya. Berpikir untuk mendapatkan jawaban yang pas untuk dikatakan.Rahang pria itu seketika mengeras, ketika melihat Sarah meragu. Lalu ia mengangkat dagu Sarah, memaksanya untuk bertatap. "Dengarlah, aku tidak masalah dengan masa lalumu. Tapi jangan pernah berpikir untuk kembali bersama masa lalu itu ketika kau sudah bersama denganku. Karena aku tidak akan pernah membiarkannya."Perkataan suaminya yang tiba-tiba membuat Sarah terkej
Adipati duduk di balik meja kerjanya, ia mengeratkan kedua tangannya menumpu dagunya. "Apa sebenarnya yang Anna sembunyikan? Sarah dan Arjuna. Apa mereka semua berniat untuk mengkhianatiku?""Braak!" Adipati menggebrak mejanya untuk meluapkan emosi. Malam ini akan menjadi malam yang panjang untuknya. Banyak hal yang mengganggu pikirannya. Sepertinya malam ini Adipati akan tidur di ruang kerjanya.Namun dari tiga daftar nama yang mungkin mengkhianatinya, siapakah lebih dulu yang harus dia selidiki?Adipati membutuhkan seseorang untuk melakukan penyelidikan. Segera, ia meraih ponsel di saku celananya, lalu menekan sebuah tombol panggilan ."Temui aku di ruang kerjaku."Hanya satu kalimat yang pria itu katakan. Dan ia pun langsung menutup ponselnya. Ia kembali berdiam diri, wajahnya sangat serius. Dalam keadaan seperti ini pasti orang yang melihatnya pun takut untuk mendekatinya."Krek." Romi muncul dari balik pintu. Ia berjalan mendekati meja kerja Adipati. Dilihatnya pria di depann
"Baiklah lupakan tentang pulang kampung. Bagaimana untuk pemasaran apartemen kita? Apakah para pembeli lancar dalam hal pembayaran? Aku ingin kau memastikan data keuangan mereka stabil, agar mereka tidak macet dalam pembayaran.""Mengenai hal itu, semuanya aman. Dan semua pembeli sudah melalui hasil pengecekan Bank Central. Saya berani pastikan, mereka adalah pembeli dengan kualifikasi diatas stabil.""Bagus. Kau sangat cerdik. Kau bisa berkoordinasi dengan departemen sipil dan interior untuk memastikan semuanya lancar. Jika memungkinkan, dalam waktu dekat, aku akan meminta Clara mengatur meeting untuk semua departemen. Aku tidak ingin ada kekurangan apapun. Semua harus tepat waktu dan sesuai rencana."Arjuna mengangguk paham. "Saya mengerti."Tok tok tok."Masuk!"Terlihat Romi memasuki ruangan, bersama seorang wanita cantik dengan beberapa dokumen di tangannya."Tuan," sapa Romi.Ujung mata Arjuna melirik ke arah wanita itu, dilihatnya dokumen yang ia bawa. 'Hunian Properti' apa yan
"Bagaimana dengan Anna, apakah ada perkembangan?" tanya Adipati."Maaf, Tuan. Menurut laporan, Nyonya Anna tidak pernah terlihat meninggalkan rumah sejak pagi. Jadi kami tidak memiliki apapun untuk dilaporkan."Adipati terdiam. Apakah Anna sengaja menghindari untuk keluar rumah karena menunggu situasi mereda? Ataukah Anna sebenarnya tidak bersalah? Tapi bagaimana bisa, jika dia tidak melakukan perselingkuhan, lantas darimana pria itu mendapatkan foto-foto itu? Tentu itu bukan editan, Adipati tahu betul tentang photography. "Terus awasi dia, aku tidak ingin kehilangan kemungkinan sekecil apapun.""Baik Tuan, saya sudah mengatur anak buah saya untuk tetap mengawasi rumah ini dan juga gerak gerik Nyonya Anna.""Dan Pria ini, cari tahu tentang dia segera. Aku tidak ingin kalah langkah darinya."Adipati menyodorkan amplop coklat yang berisi beberapa foto pria itu dan Anna.Romi melihat sepintas gambar itu, lantas ia mengangguk paham. Romi segera izin pergi untuk memulai tugasnya.Romi a
Drrrt!Suara ponsel Adipati mengejutkan Anna, membuat ponselnya terlepas dari genggamannya, terjatuh ke lantai.Mata Anna membelalak saat mengetahui kehadiran sang suami di depan pintu kamarnya. Sementara pintu itu belum tertutup sempurna.'Apakah dia mendengarkan pembicaraan ki barusan?'"Halo honey, halo?" Merasa tidak ada jawaban dari Anna, Kevin mematikan sambungan teleponnya. "Tut tut tut."Adipati membuka pintunya lebih lebar, menatap Anna dengan mata nyalang, namun pria itu juga tidak mengangkat ponselnya, yang sudah berdering beberapa kali itu.Anna langsung meraih ponselnya yang terjatuh di lantai. Netranya masih menatap suaminya dengan penuh ketakutan dan kekhawatiran.Adipati memasuki kamar dan menghentikan langkahnya tepat di hadapan Anna."Su-suamiku. Sejak kapan kau berada disitu?""Sejak tadi," jawabnya singkat namun terasa mengintimidasi.Anna terlihat sangat ketakutan, badannya terasa membeku, degup jantungnya sangat tidak beraturan.setelah beberapa saat mata mereka
"Kenapa kalian melihatku seperti itu?" lirih Sarah membela diri.Layla membuang nafasnya panjang. Sembari kembali mengupas mangga. "Ibu perhatikan, sepertinya kau sudah bisa menerima kehadiran suamimu 'kan, Sarah?" "Mengapa Ibu berkata seperti itu?" sanggahnya cepat."Ibu bisa merasakannya. Sejak kau berkata setuju memberikan dokumen untuk pembelian rumah kemarin."Sarah menautkan kedua alisnya. Seolah takut sang ibu menganggapnya matre dengan harta suaminya. "Aku tidak menerima Paman itu karena harta, Bu."Layla sontak menoleh. "Jadi benar, kau sudah mulai menyukai suamimu?" tanya Layla dengan senyum merekah. Sarah bergeming, namum tetap lanjut mengunyah mangga yang sudah ada dalam mulutnya.Ali yang melirik ke arah Sarah terkekeh. Melihat itu, Sarah melirik sinis pada Pamannya. Jelas sekali Ibu dan pamannya sengaja untuk meledeknya.Namun diam-diam Sarah mengulas senyumnya. Yang mereka pikirkan memang benar. Rasa cintanya pada Paman itu mulai mereka. Namun ia enggan untuk mengaku
"Kita ke rumah Sarah sekarang!" perintah Adipati.Seketika Romi merubah arah untuk putar balik, mengambil jalan menuju rumah Sarah.Otak Adipati sedang tidak bisa berpikir jelas jernih. Ia takut memutuskan sesuatu yang salah. Dia sangat membutuhkan ketenangan saat ini. Baru kali ini pria itu merasakan dadanya yang sesak dan hatinya sakit seperti tercabik.Apa ini namanya sakit hati dan kecewa karena cinta? Aku tidak pernah merasakan hal demikian sebelumnya.Adipati mengeluarkan ponsel Kevin dari sakunya. Ditatapnya ponsel itu, namun ia tidak sanggup melihat isi ponsel itu untuk kedua kalinya."Kau sudah menyelidiki latar belakang pria itu?""Sudah, Tuan. Pria itu adalah Kevin Laksamana. Putra bungsu dari keluarga Laksamana. Sepertinya dia datang untuk membalas dendam atas kebangkrutan yang menimpa perusahaan keluarganya, Tuan."Adipati bergeming. "Dan, kebetulan pria itu memang mantan kekasih Nyonya Anna.""Sepertinya dia memanfaatkan Anna untuk itu," timpal Adipati."Benar Tuan.""