"Baiklah lupakan tentang pulang kampung. Bagaimana untuk pemasaran apartemen kita? Apakah para pembeli lancar dalam hal pembayaran? Aku ingin kau memastikan data keuangan mereka stabil, agar mereka tidak macet dalam pembayaran.""Mengenai hal itu, semuanya aman. Dan semua pembeli sudah melalui hasil pengecekan Bank Central. Saya berani pastikan, mereka adalah pembeli dengan kualifikasi diatas stabil.""Bagus. Kau sangat cerdik. Kau bisa berkoordinasi dengan departemen sipil dan interior untuk memastikan semuanya lancar. Jika memungkinkan, dalam waktu dekat, aku akan meminta Clara mengatur meeting untuk semua departemen. Aku tidak ingin ada kekurangan apapun. Semua harus tepat waktu dan sesuai rencana."Arjuna mengangguk paham. "Saya mengerti."Tok tok tok."Masuk!"Terlihat Romi memasuki ruangan, bersama seorang wanita cantik dengan beberapa dokumen di tangannya."Tuan," sapa Romi.Ujung mata Arjuna melirik ke arah wanita itu, dilihatnya dokumen yang ia bawa. 'Hunian Properti' apa yan
"Bagaimana dengan Anna, apakah ada perkembangan?" tanya Adipati."Maaf, Tuan. Menurut laporan, Nyonya Anna tidak pernah terlihat meninggalkan rumah sejak pagi. Jadi kami tidak memiliki apapun untuk dilaporkan."Adipati terdiam. Apakah Anna sengaja menghindari untuk keluar rumah karena menunggu situasi mereda? Ataukah Anna sebenarnya tidak bersalah? Tapi bagaimana bisa, jika dia tidak melakukan perselingkuhan, lantas darimana pria itu mendapatkan foto-foto itu? Tentu itu bukan editan, Adipati tahu betul tentang photography. "Terus awasi dia, aku tidak ingin kehilangan kemungkinan sekecil apapun.""Baik Tuan, saya sudah mengatur anak buah saya untuk tetap mengawasi rumah ini dan juga gerak gerik Nyonya Anna.""Dan Pria ini, cari tahu tentang dia segera. Aku tidak ingin kalah langkah darinya."Adipati menyodorkan amplop coklat yang berisi beberapa foto pria itu dan Anna.Romi melihat sepintas gambar itu, lantas ia mengangguk paham. Romi segera izin pergi untuk memulai tugasnya.Romi a
Drrrt!Suara ponsel Adipati mengejutkan Anna, membuat ponselnya terlepas dari genggamannya, terjatuh ke lantai.Mata Anna membelalak saat mengetahui kehadiran sang suami di depan pintu kamarnya. Sementara pintu itu belum tertutup sempurna.'Apakah dia mendengarkan pembicaraan ki barusan?'"Halo honey, halo?" Merasa tidak ada jawaban dari Anna, Kevin mematikan sambungan teleponnya. "Tut tut tut."Adipati membuka pintunya lebih lebar, menatap Anna dengan mata nyalang, namun pria itu juga tidak mengangkat ponselnya, yang sudah berdering beberapa kali itu.Anna langsung meraih ponselnya yang terjatuh di lantai. Netranya masih menatap suaminya dengan penuh ketakutan dan kekhawatiran.Adipati memasuki kamar dan menghentikan langkahnya tepat di hadapan Anna."Su-suamiku. Sejak kapan kau berada disitu?""Sejak tadi," jawabnya singkat namun terasa mengintimidasi.Anna terlihat sangat ketakutan, badannya terasa membeku, degup jantungnya sangat tidak beraturan.setelah beberapa saat mata mereka
"Kenapa kalian melihatku seperti itu?" lirih Sarah membela diri.Layla membuang nafasnya panjang. Sembari kembali mengupas mangga. "Ibu perhatikan, sepertinya kau sudah bisa menerima kehadiran suamimu 'kan, Sarah?" "Mengapa Ibu berkata seperti itu?" sanggahnya cepat."Ibu bisa merasakannya. Sejak kau berkata setuju memberikan dokumen untuk pembelian rumah kemarin."Sarah menautkan kedua alisnya. Seolah takut sang ibu menganggapnya matre dengan harta suaminya. "Aku tidak menerima Paman itu karena harta, Bu."Layla sontak menoleh. "Jadi benar, kau sudah mulai menyukai suamimu?" tanya Layla dengan senyum merekah. Sarah bergeming, namum tetap lanjut mengunyah mangga yang sudah ada dalam mulutnya.Ali yang melirik ke arah Sarah terkekeh. Melihat itu, Sarah melirik sinis pada Pamannya. Jelas sekali Ibu dan pamannya sengaja untuk meledeknya.Namun diam-diam Sarah mengulas senyumnya. Yang mereka pikirkan memang benar. Rasa cintanya pada Paman itu mulai mereka. Namun ia enggan untuk mengaku
"Kita ke rumah Sarah sekarang!" perintah Adipati.Seketika Romi merubah arah untuk putar balik, mengambil jalan menuju rumah Sarah.Otak Adipati sedang tidak bisa berpikir jelas jernih. Ia takut memutuskan sesuatu yang salah. Dia sangat membutuhkan ketenangan saat ini. Baru kali ini pria itu merasakan dadanya yang sesak dan hatinya sakit seperti tercabik.Apa ini namanya sakit hati dan kecewa karena cinta? Aku tidak pernah merasakan hal demikian sebelumnya.Adipati mengeluarkan ponsel Kevin dari sakunya. Ditatapnya ponsel itu, namun ia tidak sanggup melihat isi ponsel itu untuk kedua kalinya."Kau sudah menyelidiki latar belakang pria itu?""Sudah, Tuan. Pria itu adalah Kevin Laksamana. Putra bungsu dari keluarga Laksamana. Sepertinya dia datang untuk membalas dendam atas kebangkrutan yang menimpa perusahaan keluarganya, Tuan."Adipati bergeming. "Dan, kebetulan pria itu memang mantan kekasih Nyonya Anna.""Sepertinya dia memanfaatkan Anna untuk itu," timpal Adipati."Benar Tuan.""
Waktu sudah menjelang malam. Sarah membiarkan sang suami tetap terlelap, agar tidurnya menjadi tenaga baru bagi suaminya untuk menghadapi permasalahan yang ada.Sarah beranjak keluar namun berhenti sejenak sebelum membuka pintu. Dari sudut pintu itu, Sarah menatap suaminya merasa kasihan. 'Apakah Anna benar-benar menghianatimu?' batin Sarah, ia masih belum bisa percaya dengan fakta yang ada.Sarah sangat tahu betapa besar rasa cinta suaminya pada istri pertamanya. Meskipun suaminya juga memiliki perasaan padanya, namun Sarah sangat tahu, Anna adalah yang paling berharga. Pengorbanan Sarah tidaklah sebanding dengan pengorbanan istri pertama.Sarah perlahan beranjak keluar kamarnya, ia mencari Romi untuk memastikan sesuatu."Bu, apa kau melihat Paman Romi?"Layla yang sedang sibuk menata kue ke dalam toples menoleh, "Dia ada di depan. Oh ya, tolong bawakan kue ini untuk Romi ke depan. Kuenya masih hangat dan baru matang dari oven."Sarah mengambil toples berisi kue kering itu, lalu bera
Drrrt! Kemesraan Sarah dan Adipati teralihkan oleh suara ponsel yang berada di atas nakas. Sarah membalikkan tubuhnya, meraih ponsel tersebut dari ranjangnya, lalu memberikannya pada sang suami."Bukalah, siapa tahu itu adalah pesan penting.""Aku sebenarnya sedang tidak ingin diganggu, tapi kau benar, mungkin saja itu hal yang penting."Adipati beringsut bangkit dan menyandarkan punggungnya di dinding. Kedua netranya terbelalak saat melihat pesan yang di terimanya."Ada apa, Paman?"Adipati tidak langsung menjawab. Ibu jarinya masih menggeser layar ponselnya ke arah atas. Romi mengirimkan laporan dari seorang anak buah yang bertugas mengawasi rumah Adipati. Rupanya kedatangan Kevin setelah babak belur tadi terpotret jelas oleh mereka. Beberapa anak buah Romi juga mengikuti Anna yang membawa Kevin ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Semua bukti aktivitas Anna terekam jelas dalam potret dan video yang di terimanya.Usai melihat isi pesan itu, Adipati mematikan layar ponselny
Sudah dua hari berlalu. Sejak kejadian itu Adipati memutuskan untuk benar-benar pisah ranjang. Ia telah meminta para pelayan untuk memindahkan semua pakaian dan barang pribadi miliknya ke kamar besar di lantai satu. Adipati juga lebih sering menghabiskan waktu di ruang kerjanya setelah pulang dari kantor. Saat dimeja makan pun ia sama sekali tidak menatap Anna, bahkan menegurnya pun tidak sama sekali. Anna diabaikan begitu saja. Perhatian dan pertanyaan Anna tidak pernah di hiraukan. "Suamiku, besok malam adalah malam ulang tahun pernikahan kita yang ke 6 tahun. Tahun ini giliranku memilih restoran yang akan kita kunjungi untuk dinner. Aku akan memilih restoran kesukaanmu."Adipati bergeming. Sama sekali tidak menanggapi kalimat Anna. Anna yang kesal menghela nafas panjang. Cukup sudah ia selalu di abaikan. Anna juga merasa punya batas kesabaran yang sama dengan orang lainnya.Treng! Anna meletakkan sendok dan garpunya dengan keras di piring, lalu berdiri dari kursi menatap Adipa