"Kita ke rumah Sarah sekarang!" perintah Adipati.Seketika Romi merubah arah untuk putar balik, mengambil jalan menuju rumah Sarah.Otak Adipati sedang tidak bisa berpikir jelas jernih. Ia takut memutuskan sesuatu yang salah. Dia sangat membutuhkan ketenangan saat ini. Baru kali ini pria itu merasakan dadanya yang sesak dan hatinya sakit seperti tercabik.Apa ini namanya sakit hati dan kecewa karena cinta? Aku tidak pernah merasakan hal demikian sebelumnya.Adipati mengeluarkan ponsel Kevin dari sakunya. Ditatapnya ponsel itu, namun ia tidak sanggup melihat isi ponsel itu untuk kedua kalinya."Kau sudah menyelidiki latar belakang pria itu?""Sudah, Tuan. Pria itu adalah Kevin Laksamana. Putra bungsu dari keluarga Laksamana. Sepertinya dia datang untuk membalas dendam atas kebangkrutan yang menimpa perusahaan keluarganya, Tuan."Adipati bergeming. "Dan, kebetulan pria itu memang mantan kekasih Nyonya Anna.""Sepertinya dia memanfaatkan Anna untuk itu," timpal Adipati."Benar Tuan.""
Waktu sudah menjelang malam. Sarah membiarkan sang suami tetap terlelap, agar tidurnya menjadi tenaga baru bagi suaminya untuk menghadapi permasalahan yang ada.Sarah beranjak keluar namun berhenti sejenak sebelum membuka pintu. Dari sudut pintu itu, Sarah menatap suaminya merasa kasihan. 'Apakah Anna benar-benar menghianatimu?' batin Sarah, ia masih belum bisa percaya dengan fakta yang ada.Sarah sangat tahu betapa besar rasa cinta suaminya pada istri pertamanya. Meskipun suaminya juga memiliki perasaan padanya, namun Sarah sangat tahu, Anna adalah yang paling berharga. Pengorbanan Sarah tidaklah sebanding dengan pengorbanan istri pertama.Sarah perlahan beranjak keluar kamarnya, ia mencari Romi untuk memastikan sesuatu."Bu, apa kau melihat Paman Romi?"Layla yang sedang sibuk menata kue ke dalam toples menoleh, "Dia ada di depan. Oh ya, tolong bawakan kue ini untuk Romi ke depan. Kuenya masih hangat dan baru matang dari oven."Sarah mengambil toples berisi kue kering itu, lalu bera
Drrrt! Kemesraan Sarah dan Adipati teralihkan oleh suara ponsel yang berada di atas nakas. Sarah membalikkan tubuhnya, meraih ponsel tersebut dari ranjangnya, lalu memberikannya pada sang suami."Bukalah, siapa tahu itu adalah pesan penting.""Aku sebenarnya sedang tidak ingin diganggu, tapi kau benar, mungkin saja itu hal yang penting."Adipati beringsut bangkit dan menyandarkan punggungnya di dinding. Kedua netranya terbelalak saat melihat pesan yang di terimanya."Ada apa, Paman?"Adipati tidak langsung menjawab. Ibu jarinya masih menggeser layar ponselnya ke arah atas. Romi mengirimkan laporan dari seorang anak buah yang bertugas mengawasi rumah Adipati. Rupanya kedatangan Kevin setelah babak belur tadi terpotret jelas oleh mereka. Beberapa anak buah Romi juga mengikuti Anna yang membawa Kevin ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Semua bukti aktivitas Anna terekam jelas dalam potret dan video yang di terimanya.Usai melihat isi pesan itu, Adipati mematikan layar ponselny
Sudah dua hari berlalu. Sejak kejadian itu Adipati memutuskan untuk benar-benar pisah ranjang. Ia telah meminta para pelayan untuk memindahkan semua pakaian dan barang pribadi miliknya ke kamar besar di lantai satu. Adipati juga lebih sering menghabiskan waktu di ruang kerjanya setelah pulang dari kantor. Saat dimeja makan pun ia sama sekali tidak menatap Anna, bahkan menegurnya pun tidak sama sekali. Anna diabaikan begitu saja. Perhatian dan pertanyaan Anna tidak pernah di hiraukan. "Suamiku, besok malam adalah malam ulang tahun pernikahan kita yang ke 6 tahun. Tahun ini giliranku memilih restoran yang akan kita kunjungi untuk dinner. Aku akan memilih restoran kesukaanmu."Adipati bergeming. Sama sekali tidak menanggapi kalimat Anna. Anna yang kesal menghela nafas panjang. Cukup sudah ia selalu di abaikan. Anna juga merasa punya batas kesabaran yang sama dengan orang lainnya.Treng! Anna meletakkan sendok dan garpunya dengan keras di piring, lalu berdiri dari kursi menatap Adipa
Acara pindahan telah selesai. Semua pakaian Sarah juga telah tertata rapi didalam lemari besar di walk in closet miliknya.Sarah melipat tangannya, menyandarkan tubuhnya di sisi pintu. Sarah mengedarkan pandangan ke semua sudut walk in closet. Lemari sebesar itu hanya terisi sedikit barang miliknya. Itupun barang yang diberikan suaminya sebagai hadiah pernikahan saat itu. Selain itu, Sarah memang bukan tipe orang yang suka menyimpan banyak baju atau pernak pernik."Sebaiknya aku segera bersiap untuk menyambut Paman pulang."Sarah meninggalkan ruangan itu untuk membersihkan diri. Ia ingin terlihat segar dan cantik saat suaminya datang nanti.Disisi lain, sudah satu jam lebih Anna menunggu kedatangan Adipati dari waktu yang dijanjikan. Anna masih berusaha sabar menanti. Seorang pelayan menghampiri Anna untuk kedua kalinya. "Nyonya, mungkin ada menu yang ingin Anda pesan terlebih dahulu?""Nanti saja, aku sedang menunggu suamiku," tolak Anna cepat."Baiklah." Pelayan itu kembali mundur
Arjuna yang memutar balik mobilnya berdiri di seberang rumah Sarah. Matanya tertuju di lantai atas rumah itu, yang sepertinya adalah sebuah kamar. Tidak lama kemudian, netra Arjuna menangkap siluet seorang wanita dan pria tengah memadu cinta. Dada Arjuna tiba-tiba berdegup kencang. Dia sangat yakin, siluet itu adalah bayangan Sarah dan bosnya, Adipati.Kedua tangan Arjuna mengepal. Dua baris giginya beradu. Hatinya seperti di remas hingga hancur terkoyak. "Sarah." lirihnya. Arjuna yang sudah tidak sanggup melihat siluet mereka berdua pun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.Arjuna memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Kebetulan sudah hampir tengah malam. Jalanan di tol pun mulai sepi. Beberapa kali Arjuna memukul kemudi mobilnya, meluapkan rasa sakit yang dia nikmati sendiri.*****Disisi lain, Sarah dan Adipati masih menikmati sensasi berc*nta mereka. Beberapa posisi telah berganti, setelah cukup untuk bermain di dekat jendela kamarnya, Adipati langsung mengangkat tubuh
"Arjuna, ku mohon jangan begini." Sarah berusaha menguraikan pelukan Arjuna.Arjuna yang menerima penolakan menatap Sarah merasa kurang senang. "Kenapa kau tidak membalas pelukanku?"Sarah tidak menjawab. Dalam benaknya saat ini, ia hanya takut keberadaan Arjuna terpergok oleh ibu dan pamannya. Sarah lantas menarik tangan Arjuna untuk menjauhi gerbang rumahnya. "Arjuna, apa yang kau lakukan disini?""Tentu untuk menemuimu, Sarah." Tiba-tiba wajah Arjuna menjadi sendu. "Semalam aku mengantar Adipati pulang ke rumah ini. Aku tidak turut masuk saat dia mengajakku, karena aku tahu ada ibu dan pamanmu di dalam." Mereka hening sejenak. "Apa benar kau sedang berbadan dua, Sarah?" lanjutnya.Deg! Sarah tidak pernah mengatakan ini padanya, sepertinya dia sudah mengetahui hal itu dari suaminya.Sarah melirik perutnya sepintas, demikian juga Arjuna. Lalu Sarah mengangguk perlahan, membenarkan pertanyaan Arjuna. "Benar, saat ini aku sedang mangandung."Mereka bergeming sesaat. Arjuna mencoba m
Drrt.Ponsel Adipati kembali berdering setelah beberapa detik diletakkan diatas meja. Netra Adipati melirik layar ponsel yang memperlihatkan nama pemanggil dengan jelas. 'Ayah Andre?' Sepertinya ada sesuatu yang penting sehingga ayah mertuanya sampai menghubunginya secara langsung. Apalagi semalam Adipati dengan sengaja mengabaikan Anna dengan tega di restaurant. Mungkin Andre menghubunginya untuk memaki dirinya. Teringat janjinya pada Andre terakhir kali, bahwa dia akan memperlakukan dan menjaga Anna dengan lebih baik lagi. Namun semalam Adipati dengan jelas mendeklarasikan bahwa hubungannya sudah tidak bisa diperbaiki bersama Anna."Halo, Ayah?""Halo, menantuku," sapa Andre dari seberang. Suaranya tidak terdengar sedang marah atau berniat akan memaki dirinya. Justru sangat ramah sekali."Ada apa Ayah menghubungiku?""Ayah ingin mengundangmu makan malam di rumah. Apakah kau luang malam ini?"Adipati tidak punya alasan untuk menolak. Meskipun dirinya tengah memiliki masalah dengan
Sontak keduanya pun terkejut dan mengikuti instruksi untuk mengangkat tangan.Terlihat Sarah dan kedua orang tua Adipati muncul dari belakang para anggota polisi. Romi pun menyusul diantara mereka."Sarah?" lirih Anna terkejut. Adipati berdiri, lantas berjalan ke arah mereka meninggalkan Anna. Anna baru sadar, bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Adipati. "Adipati. Teganya kau melakukan ini padaku?"Seorang polisi menghampiri Anna dan memborgol kedua tangannya. Anna berusaha menghindar, namun sia-sia. Dia tidak akan bisa lari dari kepungan para petugas polisi."Anna, aku tahu anak itu bukanlah anakku. Dan aku tidak akan membiarkan rencana busukmu dengan pria brengsek itu berjalan dengan lancar."Anna terbelalak, dia mengingat kecerobohannya kala Adipati menunjukkan ponsel Anna, yang tadinya tergeletak di meja ruang tamu. Adipati menyerahkan barang bukti ponsel itu kepada seorang polisi. "Nyonya Anna, Anda resmi ditangkap karena tuduhan perencanaan pembunuhan pada Nyonya Sarah yang
"Ibu dan Ayah yang akan mengurusnya. Ibu rasa, ada sesuatu yang janggal yang sengaja Anna sembunyikan."Sarah mengangguk pelan. Dia tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa jika bukan kedua mertuanya. Sarah percaya, apapun yang terjadi kedepannya adalah yanh terbaik bagi semuanya.Disisi lain, Adipati mendatangi kediaman kedua orang tua Anna. Mobil Adipati berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah milik Andre. Adipati menangkap keberadaan Romi yang juga sudah ada disekitar rumah Andre untuk menjalankan tugas darinya.Merasa sudah tidak perlu mencari kebenarannya lagi, Adipati menghubungi Romi, bermaksud meminta Romi menyelesaikan pekerjaannya. "Rom, pulanglah. Aku sudah tahu kenyatannya. Sisanya, biar aku yang tangani.""Tapi, Tuan.""Please.""Baik."Adipati menekan klakson mobilnya, tidak lama kemudia pintu gerbang sedikit terbuka. Muncul seorang petugas keamanan melongokkan separuh badannya, memeriksa siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Adipati, sontak me
"Jadi, itu benar?" desak Adipati.Anna membuang pandangan ke arah lain. Adipati merasa lemas. "Ternyata benar, Alicia adalah anakku?"Tanpa mereka ketahui, pembicaraan mereka terdengar oleh Sarah. "Siapa? Anak siapa?"Anna dan Adipati sontak menatap ke arah belakang. Adipati langsung berdiri dari kursinya. Adipati melihat raut keterkejutan Sarah lebih dari pada dirinya. "Sarah?""Sarah?", panik Anna.Sarah semakin melebarkan dua matanya ketika melihat Anna dihadapannya. Dan faktanya dia sedang duduk berdua bersama suaminya. Dalam pikiran Sarah mulai berkecamuk. Untuk apa Anna duduk disini. Dan mendengar kata anakku dari mulut suaminya, seperti ada sesuatu yang penting sedang mereka bicarakanSarah langsung menatap suaminya tajam. "Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Alicia, siapa dia?"Anna mengeratkan kedua bibirnya. Dia tidak berani mengatakan apapun. Sementara Adipati langsung menghampiri Sarah untuk menenangkannya. Sarah menampik pelukan Adipati, "Jelaskan saja sekarang pada
"Saya harap Anda menjadi bijak dalam mengambil keputusan.""Jangan cemas, Rom. Jika dia benar adalah anakku, aku akan mengajak Anna bicara baik-baik untuk masa depan anak itu."Adipati memberikan jawaban dengan hati tidak yakin. Romi bersedia menerima permintaan bosnya. Meskipun Romi merasa, bosnya sudah tidak seharusnya terlibat dengan kisah masa lalunya. Namun dia juga tidak tega melihat Adipati dalam keadaan seperti ini.Romi pamit undur diri dan langsung menjalankan tugasnya. *****"Papa, ayo kita main ke taman," pinta Reyhan dengan suara lembutnya. Ditatapnya wajah tampan versi mini dirinya dengan tersenyum. "Apa sudah dapat ijin dari Mama?"Reyhan mengangguk. Sesungguhnya anak itu belum mengatakan apapun pada Sarah. Seperti biasa, hari libur adalah saatnya bagi Sarah untuk me time sejenak. Dengan posisinya saat ini, mau tidak mau dia harus menjaga dan merawat dirinya. Dia selalu pergi ke klinik kecantikan langganannya dan menghabiskan waktu sekitar lima jam untuk treatment.
Maya sangat terkejut dengan ucapan Adipati. "Adhi, putraku. Apa kau tidak ingat, Anna telah selingkuh darimu saat itu?"Adipati bergeming. Tentu dia masih ingat, pernah menangkap basa Anna saat sedang bersama mantan kekasihnya saat itu. Bahkan dia lebih memilih pria itu dari pada dirinya.Namun, entah mengapa. Hati Adipati seolah merasa, anak perempuan kecil itu ada hubungannya dengan dirinya."Maafkan aku, Bu. Aku hanya, ah seharusnya aku tidak memikirkannya. Pasti pikiranku yang salah.""Jelas pikiranmu lah yang salah Adhi. Oh Tuhan. Benar firasat Sarah, kau sedang memikirkan Anna yang baru saja kembali dari luar negeri. Sementara kau mengabaikan keluargamu yang ada di sekitarmu. Apakah kau tidak melihat bagaimana wajah sedih Sarah ketika kau abaikan di meja makan tadi?""Mengenai itu,,,""Katakan pada Ibu. Apa Anna sudah menemuimu?""Bagaimana Ibu tahu?" jawab Adipati kelepasan. Maya menepuk keningnya. "Aku adalah ibumu. Jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Dan jika wanita itu
Anna langsung membekap mulut anaknya dan tersenyum canggung. Adipati yang terkejut pun mulai curiga, mengapa anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa."Papa? Apa maksudnya?""Maafkan anakku, dia mengira kau adalah ayahnya," ucapnya sembari melepaskan tangannya.Anak kecil itu tampak muram dan menundukkan wajahnya. Sesekali dia melirik Adipati. Namun saat Adipati menatapnya, Alicia buru-buru merunduk kembali."Oh ya, mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu. Setelah ini aku pasti tidak akan sempat untuk menyapamu. Aku sebenarnya terlalu malu. Namun atas perbuatanku di masa lalu, aku ingin meminta maaf padamu. Tolong sampaikan pada Sarah, aku minta maaf. Sekarang aku sudah memiliki kehidupan baruku. Semoga kalian juga selalu bahagia," ujar Anna sambil berdiri, bersiap untuk berpamitan pulang.Adipati juga turut berdiri. "Apa kau akan langsung pulang?"Anna menatap putrinya. "Ya, Alicia juga sepertinya sudah sangat lelah. Terima kasih sudah menyambutku dengan baik. Aku permisi
"Roger!!!" Bentak Layla ketika melihat Roger yang membeku di tempat, memandangnya dengan tatapan mengerikan. Sontak Roger tersadar, rupanya kejadian tadi hanyalah dalam bayangan di benaknya. Layla langsung meraih vas bunga di nakas tepat di sampingnya berdiri, lalu mengarahkannya pada Roger untuk membela diri."Keluar sekarang, atau aku akan berteriak.""Layla tenanglah. Aku hanya salah masuk. Dan ingin memberikan buket bunga ini padamu," ujar Roger sambil menyodorkan buket pada Layla.Layla yang merasa terancam terus berupaya mengusir Roger dari sana. Layla takut akan niat Roger yang diam-diam menyelinap di rumahnya. "Keluar kamu, atau vas ini akan melayang ke wajahmu," ancam Layla dengan suara rendah namun penuh penekanan.Dalam paniknya, Layla tepat berusaha menggenggam handuk yang melekat di tubuhnya agar tidak sampai jatuh. Karena hal itu akan sangat memalukan.Roger mengangkat kedua tangannya, lalu meletakkan buket bunga itu ke lantai. "Baiklah. Aku akan keluar. Tapi aku akan m
"Aku berubah karena ulahmu sendiri. Jika kau tidak terima hidup denganku seperti ini, aku tidak keberatan kau keluar dari rumah. Tapi jika kau masih ingin hidup dalam kemewahan ini, terima saja sikapku dan jangan memprotes lagi," tegas Daniel.Linda terlihat terkejut dengan pilihan yang terlontar dari mulut suaminya. Entah kesalahan seperti apa yang dia lakukan, sampai dia berubah seperti ini. Menurut Daniel, Ini juga termasuk hukuman bagi Linda. Tidak memberitahukan kesalahannya, dan memperlakukannya dengan dingin. Namun sepertinya Linda tahu mengenai info tentang dirinya yang di dapatkan dari ayah Romi dan Andreas, selaku orang kepercayaan Daniel."Apa ada yang berbicara buruk tentangku padamu? Katakan padaku, apa yang Amir dan Alex katakan padamu? Apa kau lebih percaya mereka dari pada aku istrimu?""YA! Aku lebih percaya mereka dari pada kamu. Wanita yang memiliki niat busuk terhadapku dan keluargaku. Mulai sekarang, kau bisa tidur menggunakan kamar tamu. Itupun jika kau masih in
Layla menoleh ke arah suara. "Ada apa, Kak?""Sepertinya tadi ada tamu yang memencet bel pintu. Apa kau tahu siapa?"Mengetahui kedatangan Ali, Roger berusaha menyembunyikan dirinya di balik lemari besar tempat dimana Layla menyimpan peralatan makan yang terbuat dari keramik asal China, kenang-kenangan bersama suaminya dahulu. "Tanyakan saja pada pelayan, dari tadi aku disini untuk menidurkan Reyhan.""Aneh. Aku juga tidak melihat pelayan ada di depan.""Berarti kau hanya salah dengar, Kak.""Sepertinya begitu. Yasudah, kalau begitu."Setelah Ali pergi, Layla menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mengurus cucunya, Layla yang sedari pagi belum mandi merasa kegerahan. Kini Reyhan sudah sangat aktif seiring usia yang bertambah. Namun, Reyhan juga tampak semakin menggemaskan.Terdengar suara shower dari kamar mandi yang sedang deras mengguyur tubuh Layla. Usia Layla memang tidak muda lagi, namun kecantikan alami dan bentuk tubuh Layla masih terjaga dengan baik hingga saat