Anna masih berlagak polos, seolah tidak mengerti apa maksud perkataan suaminya."Apa kau menuduhku, Honey?""Sudah cukup! Jangan memanipulasi diriku dengan aktingmu yang apik. Seharusnya aku mendukungmu untuk menjadi seorang aktris, agar bakatmu itu tidak sia-sia." Adipati benar-benar muak dengan skenario yang Anna buat. Ia memiliki masalah yang lebih penting daripada mengurusi acara sandiwara sang istri.Anna kelimpungan, ia benar-benar sudah kehabisan cara untuk mengambil hati suaminya. Mau tidak mau, hanya cara terakhir ini lah yang dapat dia lakukan. Bertahan tanpa rasa malu, dan siap menerima perlakuan dingin dari suaminya.Untuk sementara Anna harus mampu mengabaikan sikap acuh Adipati padanya. Ia harus bertahan, dia tidak ingin kalah dengan madunya. Adipati dari awal adalah miliknya, sampai akhir dia akan tetap mempertahankan miliknya. Terdengar tidak tahu diri memang, tapi dia tidak bisa kehilangan Adipati. Meskipun ia juga masih mencintai Kevin. Masalah Kevin, akan dia pikir
"Suara apa itu?"Sarah langsung beranjak dari sofa setelah mendengar seperti ada keramaian dari halaman rumahnya.Sarah mengintip dari lobang pengintai di daun pintunya. "Paman Romi? Sedang apa dia bersama mereka?"Terlihat Romi berada di halaman tengah berbicara pada beberapa orang disana. Orang-orang itu adalah anak buah Romi, yang sedang menerima pengarahan tugas untuk melakukan penjagaan ketat di rumahnya.Sarah membuka pintu, merasa penasaran dengan apa yang sedang mereka lakukan. Namun Sarah hanya menatap dari teras, tidak berani mengganggu Romi yang sedang sibuk. Ia bermaksud untuk bertanya setelah Romi selesai berbicara dengan mereka. Usai memberikan arahan, Romi yang sudah melihat kehadiran Sarah pun menghampirinya."Selamat siang, Nyonya.""Paman, apa yang sedang kalian lakukan?""Kami hanya melakukan tugas baru dari Tuan.""Tugas apa itu?" tanya Sarah penasaran."Tuan meminta untuk memperketat penjagaan dan memasang cctv di rumah Nyonya. Untuk itu mulai hari ini akan ada b
Lama-lama Anna mulai merasa curiga, mengapa suaminya semakin sering jarang pulang. Dia tidak bisa tinggal diam lebih lama lagi. Anna berpikir harus segera mencari tahu, kemana suaminya bermalam selama ini."Glek."Anna yang sedang duduk di sofa menoleh ke arah pintu. Dilihatnya Adipati yang muncul baru kembali dari kantor. Segera, Anna berdiri dan menyambut suaminya. Anna tahu ia akan diacuhkan, tapi dia tetap melakukannya."Suamiku, aku sudah menyiapkan makanan kesukaanmu.""Aku tidak lapar." balas Adipati seraya terus berjalan menuju kamarnya.Anna yang awalnya mengikutinya pun terpaksa berhenti, saat suaminya menutup kasar daun pintu kamarnya.Brak!Anna membuang nafasnya kasar, entah sampai kapan ia harus bersabar menerima perlakuan tidak menyenangkan hati dari suaminya.Sangat berbeda dengan Kevin, dia selalu memperlakukannya dengan lembut. Tiba-tiba Anna mengingat selingkuhannya itu. Sudah beberapa lama ia tidak menemui atau pun menghubungi Kevin. Bahkan Anna selalu mengabaikan
Anna yang merasa kesepian dan butuh seseorang untuk berkeluh kesah, akhirnya membuang rasa malunya dan menghubungi Kevin lebih dulu.Awalnya Anna merasa ragu, saat melihat nama Kevin di ponselnya. Anna menggigit bibir bawahnya untuk berpikir sejenak.Anna takut jika Adipati akan marah, ketika mengetahui dirinya menghubungi pria itu lagi. Tapi persetan dengan suaminya, justru dialah penyebab utama yang membuat dirinya merasa hampa dan kesepian."Halo, Vin?""Halo honey, Ada apa? Kau selama ini tidak peduli padaku, tapi tiba-tiba kau menghubungiku sekarang." ucap Kevin dari seberang sana.Anna menghening sejenak. Ya, Anna mengakui dirinya memang sangat egois. Saat ia membutuhkan kehadiran Kevin dia akan datang dan mencarinya. Namun kemarin, saat Kevin membutuhkannya, dia menghilang."A-aku minta maaf. Seharusnya aku tidak menghubungimu lagi. Lagipula kau hampir mati karenaku. Akan ku matikan, selamat malam."Anna menutup panggilannya karena merasa malu pada Kevin. Namun tiba-tiba ia mene
Setelah mobil yang Anna naiki itu melaju meninggalkan tempatnya. Arjuna yang merasa curiga langsung masuk ke dalam kediaman Sarah untuk mencari tahu. Benar saja, Arjuna menemukan beberapa penjaga rumah Sarah tengah tergeletak seperti tidur lelap. Arjuna meninggalkan mereka, setelah cukup memeriksa dan mengetahui mereka baik-baik saja."Ahh sakit,,," rintih Sarah."Sarah?" pekik Arjuna saat mendapati wanita yang ditemukannya itu tengah menahan sakit yang luar biasa.Sarah sangat terkejut dengan kehadiran Arjuna. Namun ia tidak dapat memikirkan hal itu lebih jauh lagi."Arjuna? Tolong aku." Sarah memohon pada mantan kekasihnya itu untuk menolongnya."Apa yang membuatmu seperti ini?"Arjuna langsung menggendong Sarah dan membawanya ke dalam mobilnya.Arjuna melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Saat matanya melirik pada Sarah dari kaca spion, Arjuna melihat wanita itu sudah mulai hilang kesadaran. Arjuna baru tersadar, di kemejanya ada bercak darah. Sepertinya itu berasal dari Sa
Arjuna masih berupaya menguasai keadaan, ciumannya menjalar ke leher dan akan menuju ke dada. "Arjuna. Tolong hentikan! Aku tidak bisa melakukannya," teriak Sarah yang kewalahan menghadapi sifat menakutkan Arjuna.Sontak Arjuna menghentikan sikapnya. "Kenapa? Kita saling mencintai, Sarah.""Jika kau adalah suamiku saat ini, apakah kau rela aku disentuh oleh pria lain?" Sarah sedang lemah, ia hanya mampu menahan Arjuna dengan kata-kata yang diharap mampu menyentuh hatinya.Sarah mengenal Arjuna sebagai pria yang sangat menghormati wanita, jadi dia sangat terkejut saat Arjuna memaksa untuk menerkamnya dalam kondisinya yang lemah.Arjuna yang seolah tersadar, langsung menjauhkan dirinya dari Sarah. Ia memejamkan mata, merasa malu saat mengingat kembali sikap yang barusan dilakukan."Maafkan aku, Sarah. Aku tidak bermaksud untuk menakutimu. Aku hanya, aku tidak tahu mengapa aku, HAAAH,,,!" teriak Arjuna yang frustasi saat tersadar betapa memalukannya perbuatannya tadi.Sarah yang awalny
"Tuan, Nyonya Anna tidak ada dirumah."Setelah menyisir semua ruangan, Romi tidak menemukan keberadaan istri pertama Adipati.Sangat jelas, Adipati semakin naik pitam. Rahangnya mengeras, matanya nyalang. Adipati merasa dipermainkan oleh istrinya sendiri. "Tuan, sebaiknya Anda menghubungi mertua Anda untuk mencari tahu keberadaan Nyonya Anna. Mungkin saja Nyonya Anna sedang berada disana," usul Romi.Adipati berpikir sejenak. Apa mungkin Anna berani bersembunyi di rumah orang tuanya? Padahal dia baru saja melakukan kesalahan besar. Namun jika dia bodoh, mungkin saja dia ada disana. Sepertinya Anna sudah tidak mengindahkan perkataan suaminya. Bahwa dia tidak akan memaafkannya lagi jika tertangkap kembali bersama Kevin. Pria yang sengaja mendekati Anna untuk membalas dendam pada Adipati."Lebih baik kita langsung kesana. Jika aku menghubungi mertuaku, sama saja aku memberikan kesempatan mereka untuk menyembunyikan Anna." ucap Adipati dengan rahang yang berkedut. Romi mengangguk setuj
Adipati benar-benar terjaga hingga pagi. Dari ruang kerjanya dia berdiri di dekat jendela, menatap gerbang yang terlihat dari sana. Berharap Sarah datang memasuki gerbang itu.Dia tidak pernah berhenti memikirkan Sarah sejak tadi, terutama kondisinya yang sedang mengandung bayinya. Fajar telah menyingsing, cahayanya menyusup ke celah jendela. Dilihatnya arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah pukul 8 pagi."Kapan kau akan pulang, Sarah?"Beberapa saat kemudian, terlihat sebuah mobil yang seperti Adipati kenal, berhenti di depan gerbang rumahnya. Mobil itu menekan klakson, para penjaga disana langsung membukakan pintu. Sebelum diizinkan masuk ke dalam, para penjaga terlebih dahulu meminta pengemudinya menurunkan kaca jendela untuk memastikan dia tamu yang dikenal.Setelah diizinkan, mobil itupun melenggang memasuki halaman rumah.Adipati yang melihatnya bergegas turun untuk menemui mereka."Ayah, Ibu? Bagaimana kalian bisa tahu rumah ini?"Tampak Dharmawangsa dan Maya t
Sontak keduanya pun terkejut dan mengikuti instruksi untuk mengangkat tangan.Terlihat Sarah dan kedua orang tua Adipati muncul dari belakang para anggota polisi. Romi pun menyusul diantara mereka."Sarah?" lirih Anna terkejut. Adipati berdiri, lantas berjalan ke arah mereka meninggalkan Anna. Anna baru sadar, bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Adipati. "Adipati. Teganya kau melakukan ini padaku?"Seorang polisi menghampiri Anna dan memborgol kedua tangannya. Anna berusaha menghindar, namun sia-sia. Dia tidak akan bisa lari dari kepungan para petugas polisi."Anna, aku tahu anak itu bukanlah anakku. Dan aku tidak akan membiarkan rencana busukmu dengan pria brengsek itu berjalan dengan lancar."Anna terbelalak, dia mengingat kecerobohannya kala Adipati menunjukkan ponsel Anna, yang tadinya tergeletak di meja ruang tamu. Adipati menyerahkan barang bukti ponsel itu kepada seorang polisi. "Nyonya Anna, Anda resmi ditangkap karena tuduhan perencanaan pembunuhan pada Nyonya Sarah yang
"Ibu dan Ayah yang akan mengurusnya. Ibu rasa, ada sesuatu yang janggal yang sengaja Anna sembunyikan."Sarah mengangguk pelan. Dia tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa jika bukan kedua mertuanya. Sarah percaya, apapun yang terjadi kedepannya adalah yanh terbaik bagi semuanya.Disisi lain, Adipati mendatangi kediaman kedua orang tua Anna. Mobil Adipati berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah milik Andre. Adipati menangkap keberadaan Romi yang juga sudah ada disekitar rumah Andre untuk menjalankan tugas darinya.Merasa sudah tidak perlu mencari kebenarannya lagi, Adipati menghubungi Romi, bermaksud meminta Romi menyelesaikan pekerjaannya. "Rom, pulanglah. Aku sudah tahu kenyatannya. Sisanya, biar aku yang tangani.""Tapi, Tuan.""Please.""Baik."Adipati menekan klakson mobilnya, tidak lama kemudia pintu gerbang sedikit terbuka. Muncul seorang petugas keamanan melongokkan separuh badannya, memeriksa siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Adipati, sontak me
"Jadi, itu benar?" desak Adipati.Anna membuang pandangan ke arah lain. Adipati merasa lemas. "Ternyata benar, Alicia adalah anakku?"Tanpa mereka ketahui, pembicaraan mereka terdengar oleh Sarah. "Siapa? Anak siapa?"Anna dan Adipati sontak menatap ke arah belakang. Adipati langsung berdiri dari kursinya. Adipati melihat raut keterkejutan Sarah lebih dari pada dirinya. "Sarah?""Sarah?", panik Anna.Sarah semakin melebarkan dua matanya ketika melihat Anna dihadapannya. Dan faktanya dia sedang duduk berdua bersama suaminya. Dalam pikiran Sarah mulai berkecamuk. Untuk apa Anna duduk disini. Dan mendengar kata anakku dari mulut suaminya, seperti ada sesuatu yang penting sedang mereka bicarakanSarah langsung menatap suaminya tajam. "Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Alicia, siapa dia?"Anna mengeratkan kedua bibirnya. Dia tidak berani mengatakan apapun. Sementara Adipati langsung menghampiri Sarah untuk menenangkannya. Sarah menampik pelukan Adipati, "Jelaskan saja sekarang pada
"Saya harap Anda menjadi bijak dalam mengambil keputusan.""Jangan cemas, Rom. Jika dia benar adalah anakku, aku akan mengajak Anna bicara baik-baik untuk masa depan anak itu."Adipati memberikan jawaban dengan hati tidak yakin. Romi bersedia menerima permintaan bosnya. Meskipun Romi merasa, bosnya sudah tidak seharusnya terlibat dengan kisah masa lalunya. Namun dia juga tidak tega melihat Adipati dalam keadaan seperti ini.Romi pamit undur diri dan langsung menjalankan tugasnya. *****"Papa, ayo kita main ke taman," pinta Reyhan dengan suara lembutnya. Ditatapnya wajah tampan versi mini dirinya dengan tersenyum. "Apa sudah dapat ijin dari Mama?"Reyhan mengangguk. Sesungguhnya anak itu belum mengatakan apapun pada Sarah. Seperti biasa, hari libur adalah saatnya bagi Sarah untuk me time sejenak. Dengan posisinya saat ini, mau tidak mau dia harus menjaga dan merawat dirinya. Dia selalu pergi ke klinik kecantikan langganannya dan menghabiskan waktu sekitar lima jam untuk treatment.
Maya sangat terkejut dengan ucapan Adipati. "Adhi, putraku. Apa kau tidak ingat, Anna telah selingkuh darimu saat itu?"Adipati bergeming. Tentu dia masih ingat, pernah menangkap basa Anna saat sedang bersama mantan kekasihnya saat itu. Bahkan dia lebih memilih pria itu dari pada dirinya.Namun, entah mengapa. Hati Adipati seolah merasa, anak perempuan kecil itu ada hubungannya dengan dirinya."Maafkan aku, Bu. Aku hanya, ah seharusnya aku tidak memikirkannya. Pasti pikiranku yang salah.""Jelas pikiranmu lah yang salah Adhi. Oh Tuhan. Benar firasat Sarah, kau sedang memikirkan Anna yang baru saja kembali dari luar negeri. Sementara kau mengabaikan keluargamu yang ada di sekitarmu. Apakah kau tidak melihat bagaimana wajah sedih Sarah ketika kau abaikan di meja makan tadi?""Mengenai itu,,,""Katakan pada Ibu. Apa Anna sudah menemuimu?""Bagaimana Ibu tahu?" jawab Adipati kelepasan. Maya menepuk keningnya. "Aku adalah ibumu. Jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Dan jika wanita itu
Anna langsung membekap mulut anaknya dan tersenyum canggung. Adipati yang terkejut pun mulai curiga, mengapa anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa."Papa? Apa maksudnya?""Maafkan anakku, dia mengira kau adalah ayahnya," ucapnya sembari melepaskan tangannya.Anak kecil itu tampak muram dan menundukkan wajahnya. Sesekali dia melirik Adipati. Namun saat Adipati menatapnya, Alicia buru-buru merunduk kembali."Oh ya, mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu. Setelah ini aku pasti tidak akan sempat untuk menyapamu. Aku sebenarnya terlalu malu. Namun atas perbuatanku di masa lalu, aku ingin meminta maaf padamu. Tolong sampaikan pada Sarah, aku minta maaf. Sekarang aku sudah memiliki kehidupan baruku. Semoga kalian juga selalu bahagia," ujar Anna sambil berdiri, bersiap untuk berpamitan pulang.Adipati juga turut berdiri. "Apa kau akan langsung pulang?"Anna menatap putrinya. "Ya, Alicia juga sepertinya sudah sangat lelah. Terima kasih sudah menyambutku dengan baik. Aku permisi
"Roger!!!" Bentak Layla ketika melihat Roger yang membeku di tempat, memandangnya dengan tatapan mengerikan. Sontak Roger tersadar, rupanya kejadian tadi hanyalah dalam bayangan di benaknya. Layla langsung meraih vas bunga di nakas tepat di sampingnya berdiri, lalu mengarahkannya pada Roger untuk membela diri."Keluar sekarang, atau aku akan berteriak.""Layla tenanglah. Aku hanya salah masuk. Dan ingin memberikan buket bunga ini padamu," ujar Roger sambil menyodorkan buket pada Layla.Layla yang merasa terancam terus berupaya mengusir Roger dari sana. Layla takut akan niat Roger yang diam-diam menyelinap di rumahnya. "Keluar kamu, atau vas ini akan melayang ke wajahmu," ancam Layla dengan suara rendah namun penuh penekanan.Dalam paniknya, Layla tepat berusaha menggenggam handuk yang melekat di tubuhnya agar tidak sampai jatuh. Karena hal itu akan sangat memalukan.Roger mengangkat kedua tangannya, lalu meletakkan buket bunga itu ke lantai. "Baiklah. Aku akan keluar. Tapi aku akan m
"Aku berubah karena ulahmu sendiri. Jika kau tidak terima hidup denganku seperti ini, aku tidak keberatan kau keluar dari rumah. Tapi jika kau masih ingin hidup dalam kemewahan ini, terima saja sikapku dan jangan memprotes lagi," tegas Daniel.Linda terlihat terkejut dengan pilihan yang terlontar dari mulut suaminya. Entah kesalahan seperti apa yang dia lakukan, sampai dia berubah seperti ini. Menurut Daniel, Ini juga termasuk hukuman bagi Linda. Tidak memberitahukan kesalahannya, dan memperlakukannya dengan dingin. Namun sepertinya Linda tahu mengenai info tentang dirinya yang di dapatkan dari ayah Romi dan Andreas, selaku orang kepercayaan Daniel."Apa ada yang berbicara buruk tentangku padamu? Katakan padaku, apa yang Amir dan Alex katakan padamu? Apa kau lebih percaya mereka dari pada aku istrimu?""YA! Aku lebih percaya mereka dari pada kamu. Wanita yang memiliki niat busuk terhadapku dan keluargaku. Mulai sekarang, kau bisa tidur menggunakan kamar tamu. Itupun jika kau masih in
Layla menoleh ke arah suara. "Ada apa, Kak?""Sepertinya tadi ada tamu yang memencet bel pintu. Apa kau tahu siapa?"Mengetahui kedatangan Ali, Roger berusaha menyembunyikan dirinya di balik lemari besar tempat dimana Layla menyimpan peralatan makan yang terbuat dari keramik asal China, kenang-kenangan bersama suaminya dahulu. "Tanyakan saja pada pelayan, dari tadi aku disini untuk menidurkan Reyhan.""Aneh. Aku juga tidak melihat pelayan ada di depan.""Berarti kau hanya salah dengar, Kak.""Sepertinya begitu. Yasudah, kalau begitu."Setelah Ali pergi, Layla menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mengurus cucunya, Layla yang sedari pagi belum mandi merasa kegerahan. Kini Reyhan sudah sangat aktif seiring usia yang bertambah. Namun, Reyhan juga tampak semakin menggemaskan.Terdengar suara shower dari kamar mandi yang sedang deras mengguyur tubuh Layla. Usia Layla memang tidak muda lagi, namun kecantikan alami dan bentuk tubuh Layla masih terjaga dengan baik hingga saat