Arjuna masih berupaya menguasai keadaan, ciumannya menjalar ke leher dan akan menuju ke dada. "Arjuna. Tolong hentikan! Aku tidak bisa melakukannya," teriak Sarah yang kewalahan menghadapi sifat menakutkan Arjuna.Sontak Arjuna menghentikan sikapnya. "Kenapa? Kita saling mencintai, Sarah.""Jika kau adalah suamiku saat ini, apakah kau rela aku disentuh oleh pria lain?" Sarah sedang lemah, ia hanya mampu menahan Arjuna dengan kata-kata yang diharap mampu menyentuh hatinya.Sarah mengenal Arjuna sebagai pria yang sangat menghormati wanita, jadi dia sangat terkejut saat Arjuna memaksa untuk menerkamnya dalam kondisinya yang lemah.Arjuna yang seolah tersadar, langsung menjauhkan dirinya dari Sarah. Ia memejamkan mata, merasa malu saat mengingat kembali sikap yang barusan dilakukan."Maafkan aku, Sarah. Aku tidak bermaksud untuk menakutimu. Aku hanya, aku tidak tahu mengapa aku, HAAAH,,,!" teriak Arjuna yang frustasi saat tersadar betapa memalukannya perbuatannya tadi.Sarah yang awalny
"Tuan, Nyonya Anna tidak ada dirumah."Setelah menyisir semua ruangan, Romi tidak menemukan keberadaan istri pertama Adipati.Sangat jelas, Adipati semakin naik pitam. Rahangnya mengeras, matanya nyalang. Adipati merasa dipermainkan oleh istrinya sendiri. "Tuan, sebaiknya Anda menghubungi mertua Anda untuk mencari tahu keberadaan Nyonya Anna. Mungkin saja Nyonya Anna sedang berada disana," usul Romi.Adipati berpikir sejenak. Apa mungkin Anna berani bersembunyi di rumah orang tuanya? Padahal dia baru saja melakukan kesalahan besar. Namun jika dia bodoh, mungkin saja dia ada disana. Sepertinya Anna sudah tidak mengindahkan perkataan suaminya. Bahwa dia tidak akan memaafkannya lagi jika tertangkap kembali bersama Kevin. Pria yang sengaja mendekati Anna untuk membalas dendam pada Adipati."Lebih baik kita langsung kesana. Jika aku menghubungi mertuaku, sama saja aku memberikan kesempatan mereka untuk menyembunyikan Anna." ucap Adipati dengan rahang yang berkedut. Romi mengangguk setuj
Adipati benar-benar terjaga hingga pagi. Dari ruang kerjanya dia berdiri di dekat jendela, menatap gerbang yang terlihat dari sana. Berharap Sarah datang memasuki gerbang itu.Dia tidak pernah berhenti memikirkan Sarah sejak tadi, terutama kondisinya yang sedang mengandung bayinya. Fajar telah menyingsing, cahayanya menyusup ke celah jendela. Dilihatnya arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah pukul 8 pagi."Kapan kau akan pulang, Sarah?"Beberapa saat kemudian, terlihat sebuah mobil yang seperti Adipati kenal, berhenti di depan gerbang rumahnya. Mobil itu menekan klakson, para penjaga disana langsung membukakan pintu. Sebelum diizinkan masuk ke dalam, para penjaga terlebih dahulu meminta pengemudinya menurunkan kaca jendela untuk memastikan dia tamu yang dikenal.Setelah diizinkan, mobil itupun melenggang memasuki halaman rumah.Adipati yang melihatnya bergegas turun untuk menemui mereka."Ayah, Ibu? Bagaimana kalian bisa tahu rumah ini?"Tampak Dharmawangsa dan Maya t
"Apa Arjuna menyentuhmu?" tanya Adipati lirih. Sarah menggeleng, "Tidak, Paman. Apa kau tidak percaya padaku?" Sarah sedikit cemas jika suaminya diam-diam sebenarnya tidak percaya pada kesetiaannya. "Aku percaya padamu, tapi aku sulit percaya pada Arjuna. Dia adalah pria yang memiliki nafsu. Tapi jika benar tidak terjadi apa-apa, aku harus berterima kasih padanya, nanti.""Ya, kau harus melakukannya, Paman."Ada rasa cemburu yang enggan Adipati ungkapkan. Karena dirinya bukanlah orang yang dengan mudah menjatuhkan harga dirinya. Apa lagi ini mengenai masa lalu Sarah, rasanya ia tidak selevel jika harus bersaing dengan pria yang telah menjadi masa lalu istrinya. Jika dia menunjukkan kecemburuannya, sama saja dia menunjukkan rasa ketidak percayaan dirinya."Paman, apa yang kau lakukan?" Sarah terkejut karena tiba-tiba suaminya mengangkat tubuhnya."Diamlah, aku akan membawamu ke kamar."Adipati menggendong Sara
"Ayah. Aku punya ide untuk membalaskan dendamku.""Apa kau akan melakukan hal yang buruk lagi?""Aku sudah tidak peduli Ayah, aku hanya ingin wanita itu lenyap secepatnya. Dan aku ingin Adipati tidak mendapatkan keturunan darinya.""Apa kau kenal seseorang yang dapat membantuku?"Andre yang awalnya ragu dan mengecam perbuatan keji Anna kemarin, kini mulai berpikir untuk mendukung rencana Anna."Ayah mengenal seseorang yang dapat membantumu. Namun tentu bayarannya sangat mahal.""Jangan permasalahkan uang. Aku masih memiliki cukup banyak uang.""Tapi, Ibu takut jika Dharmawangsa mengetahui rencana kita. Bagaimana kalau mereka lapor polisi?" Gresta tentu saja tidak ingin terlibat dalam masalah yang membuatnya terjatuh miskin apalagi sampai masuk ke penjara."Tenang saja. Orang itu sangat ahli. Dia tidak akan meninggalkan jejak yang dapat terendus oleh polisi ataupun intel paling hebat sekalipun." jelas Andre, meyakinkan mereka.Andre bergegas mengambil ponselnya lalu menghubungi seseora
"Temui aku di ruanganku, sekarang!"Usai bicara, Adipati langsung menutup telepon mejanya.Tidak lama kemudian seseorang mengetuk pintu ruangannya."Masuk!"Glek.Arjuna muncul dari balik pintu. Ia memasuki ruangan sang CEO yang dingin seperti penghuninya."Selamat pagi, Tuan," sapa Arjuna memberi salam pada bosnya."Duduklah." Adipati tidak suka basa basi, ia langsung mempersilahkannya untuk duduk.Mereka saling menatap sejenak. Arjuna hanya menunggu sampai bosnya membuka percakapan lebih dahulu.Sedangkan Adipati masih menelisik wajah pria di hadapannya, memastikan apakah dia benar-benar tidak main-main dengan keputusannya."Katakan padaku, mengapa kau mengundurkan diri? Apakah karena masalah kemarin?" Adipati mulai menginterogasi Arjuna dengan tatapan yang dingin. Pria itu mengulas senyum. "Apa saya tampak sepecundang itu, Tuan?"Tentu saja alasan murahan tidak akan mengha
"Tempat apa itu, Paman?"Terdengar Adipati terkekeh disana. "Kau sudah menikah, Sayang. Seharusnya kau tahu apa maksudku.""Baiklah, kalau begitu aku akan menutup panggilannya."Pikiran Sarah sudah berlari jauh setelah mendengar kata-kata kenikmatan yang suaminya ucap tadi. Sarah pun menutup panggilannya. Sarah kembali mengingat kalimat dalam pesan yang orang asing kirim kepadanya. Karena dia memutuskan untuk tidak memberitahu sang suami. Dia harus memberi semangat pada dirinya sendiri agar tetap tenang."Ayolah Sarah, itu bukan sesuatu hal yang harus kau pikirkan. Anggap saja pesan tersebut adalah pesan yang salah kirim, dan kebetulan namanya sama," ucap Sarah meyakinkan dirinya sendiri.Sarah berusaha mengatur napasnya. Menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. Ia melakukan berulang hingga dirinya mulai tenang.Setelah itu dia pun beranjak mengambil air mineral yang tersedia di gelas diatas mejanya.Diteguknya air di dalam satu gelas berukuran besar itu seketika. Berhara
Adipati menyematkan sebuah cincin bertahta berlian ukuran satu carat di jari manis istrinya.Keduanya saling menatap dan tersenyum tidak henti-hentinya. "Terima kasih sayang."Drrrt.Adipati meraih ponselnya. Sebuah pesan dari Anna tampak terbaca dari layar. [Aku ingin bertemu untuk membahas masalah perceraian kita.]Adipati lalu menyingkirkan ponselnya kembali. "Siapa, Paman?""Anna," jawabnya singkat.Sarah mengangkat kedua alisnya. "Anna? Apa dia mencarimu? Kalau begitu kau bisa menemuinya, Paman. Mungkin dia memiliki hal penting untuk dikatakan."Adipati beranjak dari kursinya, "Ikutlah denganku.""Kemana, Paman?""Menemui Anna. Seperti yang kau katakan, mungkin dia ada sesuatu yang ingin dikatakan.""Tapi, bagaimana jika Anna tidak menyukai kehadiranku." Sarah masih memiliki sedikit rasa cemas setelah kejadian itu. Ia takut jika Anna masih memiliki dendam yang belum tuntas padanya."Tenanglah, dia tidak akan berani melakukan apapun padamu."Sarah menurut. Ia hanya mengikuti lan