Deg! Perkataan Sarah sama persis dengan ide yang Arjuna angkat, sebagai ide pemasaran apartemennya.Ini bukan lagi hanya sekedar dugaan saja, tapi ini benar-benar fakta yang Adipati temukan sendiri."Begitukah?"Sarah melempar senyum manisnya pada sang suami. "Tapi itu mimpiku saat remaja. Sekarang aku sudah tidak menginginkannya.""Tapi kau masih mengingatnya. Apa itu mimpi yang berarti bersama seseorang?"Sarah tertegun dengan pertanyaan suaminya. Ia menggigit bibir bawahnya. Berpikir untuk mendapatkan jawaban yang pas untuk dikatakan.Rahang pria itu seketika mengeras, ketika melihat Sarah meragu. Lalu ia mengangkat dagu Sarah, memaksanya untuk bertatap. "Dengarlah, aku tidak masalah dengan masa lalumu. Tapi jangan pernah berpikir untuk kembali bersama masa lalu itu ketika kau sudah bersama denganku. Karena aku tidak akan pernah membiarkannya."Perkataan suaminya yang tiba-tiba membuat Sarah terkej
Adipati duduk di balik meja kerjanya, ia mengeratkan kedua tangannya menumpu dagunya. "Apa sebenarnya yang Anna sembunyikan? Sarah dan Arjuna. Apa mereka semua berniat untuk mengkhianatiku?""Braak!" Adipati menggebrak mejanya untuk meluapkan emosi. Malam ini akan menjadi malam yang panjang untuknya. Banyak hal yang mengganggu pikirannya. Sepertinya malam ini Adipati akan tidur di ruang kerjanya.Namun dari tiga daftar nama yang mungkin mengkhianatinya, siapakah lebih dulu yang harus dia selidiki?Adipati membutuhkan seseorang untuk melakukan penyelidikan. Segera, ia meraih ponsel di saku celananya, lalu menekan sebuah tombol panggilan ."Temui aku di ruang kerjaku."Hanya satu kalimat yang pria itu katakan. Dan ia pun langsung menutup ponselnya. Ia kembali berdiam diri, wajahnya sangat serius. Dalam keadaan seperti ini pasti orang yang melihatnya pun takut untuk mendekatinya."Krek." Romi muncul dari balik pintu. Ia berjalan mendekati meja kerja Adipati. Dilihatnya pria di depann
"Baiklah lupakan tentang pulang kampung. Bagaimana untuk pemasaran apartemen kita? Apakah para pembeli lancar dalam hal pembayaran? Aku ingin kau memastikan data keuangan mereka stabil, agar mereka tidak macet dalam pembayaran.""Mengenai hal itu, semuanya aman. Dan semua pembeli sudah melalui hasil pengecekan Bank Central. Saya berani pastikan, mereka adalah pembeli dengan kualifikasi diatas stabil.""Bagus. Kau sangat cerdik. Kau bisa berkoordinasi dengan departemen sipil dan interior untuk memastikan semuanya lancar. Jika memungkinkan, dalam waktu dekat, aku akan meminta Clara mengatur meeting untuk semua departemen. Aku tidak ingin ada kekurangan apapun. Semua harus tepat waktu dan sesuai rencana."Arjuna mengangguk paham. "Saya mengerti."Tok tok tok."Masuk!"Terlihat Romi memasuki ruangan, bersama seorang wanita cantik dengan beberapa dokumen di tangannya."Tuan," sapa Romi.Ujung mata Arjuna melirik ke arah wanita itu, dilihatnya dokumen yang ia bawa. 'Hunian Properti' apa yan
"Bagaimana dengan Anna, apakah ada perkembangan?" tanya Adipati."Maaf, Tuan. Menurut laporan, Nyonya Anna tidak pernah terlihat meninggalkan rumah sejak pagi. Jadi kami tidak memiliki apapun untuk dilaporkan."Adipati terdiam. Apakah Anna sengaja menghindari untuk keluar rumah karena menunggu situasi mereda? Ataukah Anna sebenarnya tidak bersalah? Tapi bagaimana bisa, jika dia tidak melakukan perselingkuhan, lantas darimana pria itu mendapatkan foto-foto itu? Tentu itu bukan editan, Adipati tahu betul tentang photography. "Terus awasi dia, aku tidak ingin kehilangan kemungkinan sekecil apapun.""Baik Tuan, saya sudah mengatur anak buah saya untuk tetap mengawasi rumah ini dan juga gerak gerik Nyonya Anna.""Dan Pria ini, cari tahu tentang dia segera. Aku tidak ingin kalah langkah darinya."Adipati menyodorkan amplop coklat yang berisi beberapa foto pria itu dan Anna.Romi melihat sepintas gambar itu, lantas ia mengangguk paham. Romi segera izin pergi untuk memulai tugasnya.Romi a
Drrrt!Suara ponsel Adipati mengejutkan Anna, membuat ponselnya terlepas dari genggamannya, terjatuh ke lantai.Mata Anna membelalak saat mengetahui kehadiran sang suami di depan pintu kamarnya. Sementara pintu itu belum tertutup sempurna.'Apakah dia mendengarkan pembicaraan ki barusan?'"Halo honey, halo?" Merasa tidak ada jawaban dari Anna, Kevin mematikan sambungan teleponnya. "Tut tut tut."Adipati membuka pintunya lebih lebar, menatap Anna dengan mata nyalang, namun pria itu juga tidak mengangkat ponselnya, yang sudah berdering beberapa kali itu.Anna langsung meraih ponselnya yang terjatuh di lantai. Netranya masih menatap suaminya dengan penuh ketakutan dan kekhawatiran.Adipati memasuki kamar dan menghentikan langkahnya tepat di hadapan Anna."Su-suamiku. Sejak kapan kau berada disitu?""Sejak tadi," jawabnya singkat namun terasa mengintimidasi.Anna terlihat sangat ketakutan, badannya terasa membeku, degup jantungnya sangat tidak beraturan.setelah beberapa saat mata mereka
"Kenapa kalian melihatku seperti itu?" lirih Sarah membela diri.Layla membuang nafasnya panjang. Sembari kembali mengupas mangga. "Ibu perhatikan, sepertinya kau sudah bisa menerima kehadiran suamimu 'kan, Sarah?" "Mengapa Ibu berkata seperti itu?" sanggahnya cepat."Ibu bisa merasakannya. Sejak kau berkata setuju memberikan dokumen untuk pembelian rumah kemarin."Sarah menautkan kedua alisnya. Seolah takut sang ibu menganggapnya matre dengan harta suaminya. "Aku tidak menerima Paman itu karena harta, Bu."Layla sontak menoleh. "Jadi benar, kau sudah mulai menyukai suamimu?" tanya Layla dengan senyum merekah. Sarah bergeming, namum tetap lanjut mengunyah mangga yang sudah ada dalam mulutnya.Ali yang melirik ke arah Sarah terkekeh. Melihat itu, Sarah melirik sinis pada Pamannya. Jelas sekali Ibu dan pamannya sengaja untuk meledeknya.Namun diam-diam Sarah mengulas senyumnya. Yang mereka pikirkan memang benar. Rasa cintanya pada Paman itu mulai mereka. Namun ia enggan untuk mengaku
"Kita ke rumah Sarah sekarang!" perintah Adipati.Seketika Romi merubah arah untuk putar balik, mengambil jalan menuju rumah Sarah.Otak Adipati sedang tidak bisa berpikir jelas jernih. Ia takut memutuskan sesuatu yang salah. Dia sangat membutuhkan ketenangan saat ini. Baru kali ini pria itu merasakan dadanya yang sesak dan hatinya sakit seperti tercabik.Apa ini namanya sakit hati dan kecewa karena cinta? Aku tidak pernah merasakan hal demikian sebelumnya.Adipati mengeluarkan ponsel Kevin dari sakunya. Ditatapnya ponsel itu, namun ia tidak sanggup melihat isi ponsel itu untuk kedua kalinya."Kau sudah menyelidiki latar belakang pria itu?""Sudah, Tuan. Pria itu adalah Kevin Laksamana. Putra bungsu dari keluarga Laksamana. Sepertinya dia datang untuk membalas dendam atas kebangkrutan yang menimpa perusahaan keluarganya, Tuan."Adipati bergeming. "Dan, kebetulan pria itu memang mantan kekasih Nyonya Anna.""Sepertinya dia memanfaatkan Anna untuk itu," timpal Adipati."Benar Tuan.""
Waktu sudah menjelang malam. Sarah membiarkan sang suami tetap terlelap, agar tidurnya menjadi tenaga baru bagi suaminya untuk menghadapi permasalahan yang ada.Sarah beranjak keluar namun berhenti sejenak sebelum membuka pintu. Dari sudut pintu itu, Sarah menatap suaminya merasa kasihan. 'Apakah Anna benar-benar menghianatimu?' batin Sarah, ia masih belum bisa percaya dengan fakta yang ada.Sarah sangat tahu betapa besar rasa cinta suaminya pada istri pertamanya. Meskipun suaminya juga memiliki perasaan padanya, namun Sarah sangat tahu, Anna adalah yang paling berharga. Pengorbanan Sarah tidaklah sebanding dengan pengorbanan istri pertama.Sarah perlahan beranjak keluar kamarnya, ia mencari Romi untuk memastikan sesuatu."Bu, apa kau melihat Paman Romi?"Layla yang sedang sibuk menata kue ke dalam toples menoleh, "Dia ada di depan. Oh ya, tolong bawakan kue ini untuk Romi ke depan. Kuenya masih hangat dan baru matang dari oven."Sarah mengambil toples berisi kue kering itu, lalu bera
Sontak keduanya pun terkejut dan mengikuti instruksi untuk mengangkat tangan.Terlihat Sarah dan kedua orang tua Adipati muncul dari belakang para anggota polisi. Romi pun menyusul diantara mereka."Sarah?" lirih Anna terkejut. Adipati berdiri, lantas berjalan ke arah mereka meninggalkan Anna. Anna baru sadar, bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Adipati. "Adipati. Teganya kau melakukan ini padaku?"Seorang polisi menghampiri Anna dan memborgol kedua tangannya. Anna berusaha menghindar, namun sia-sia. Dia tidak akan bisa lari dari kepungan para petugas polisi."Anna, aku tahu anak itu bukanlah anakku. Dan aku tidak akan membiarkan rencana busukmu dengan pria brengsek itu berjalan dengan lancar."Anna terbelalak, dia mengingat kecerobohannya kala Adipati menunjukkan ponsel Anna, yang tadinya tergeletak di meja ruang tamu. Adipati menyerahkan barang bukti ponsel itu kepada seorang polisi. "Nyonya Anna, Anda resmi ditangkap karena tuduhan perencanaan pembunuhan pada Nyonya Sarah yang
"Ibu dan Ayah yang akan mengurusnya. Ibu rasa, ada sesuatu yang janggal yang sengaja Anna sembunyikan."Sarah mengangguk pelan. Dia tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa jika bukan kedua mertuanya. Sarah percaya, apapun yang terjadi kedepannya adalah yanh terbaik bagi semuanya.Disisi lain, Adipati mendatangi kediaman kedua orang tua Anna. Mobil Adipati berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah milik Andre. Adipati menangkap keberadaan Romi yang juga sudah ada disekitar rumah Andre untuk menjalankan tugas darinya.Merasa sudah tidak perlu mencari kebenarannya lagi, Adipati menghubungi Romi, bermaksud meminta Romi menyelesaikan pekerjaannya. "Rom, pulanglah. Aku sudah tahu kenyatannya. Sisanya, biar aku yang tangani.""Tapi, Tuan.""Please.""Baik."Adipati menekan klakson mobilnya, tidak lama kemudia pintu gerbang sedikit terbuka. Muncul seorang petugas keamanan melongokkan separuh badannya, memeriksa siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Adipati, sontak me
"Jadi, itu benar?" desak Adipati.Anna membuang pandangan ke arah lain. Adipati merasa lemas. "Ternyata benar, Alicia adalah anakku?"Tanpa mereka ketahui, pembicaraan mereka terdengar oleh Sarah. "Siapa? Anak siapa?"Anna dan Adipati sontak menatap ke arah belakang. Adipati langsung berdiri dari kursinya. Adipati melihat raut keterkejutan Sarah lebih dari pada dirinya. "Sarah?""Sarah?", panik Anna.Sarah semakin melebarkan dua matanya ketika melihat Anna dihadapannya. Dan faktanya dia sedang duduk berdua bersama suaminya. Dalam pikiran Sarah mulai berkecamuk. Untuk apa Anna duduk disini. Dan mendengar kata anakku dari mulut suaminya, seperti ada sesuatu yang penting sedang mereka bicarakanSarah langsung menatap suaminya tajam. "Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Alicia, siapa dia?"Anna mengeratkan kedua bibirnya. Dia tidak berani mengatakan apapun. Sementara Adipati langsung menghampiri Sarah untuk menenangkannya. Sarah menampik pelukan Adipati, "Jelaskan saja sekarang pada
"Saya harap Anda menjadi bijak dalam mengambil keputusan.""Jangan cemas, Rom. Jika dia benar adalah anakku, aku akan mengajak Anna bicara baik-baik untuk masa depan anak itu."Adipati memberikan jawaban dengan hati tidak yakin. Romi bersedia menerima permintaan bosnya. Meskipun Romi merasa, bosnya sudah tidak seharusnya terlibat dengan kisah masa lalunya. Namun dia juga tidak tega melihat Adipati dalam keadaan seperti ini.Romi pamit undur diri dan langsung menjalankan tugasnya. *****"Papa, ayo kita main ke taman," pinta Reyhan dengan suara lembutnya. Ditatapnya wajah tampan versi mini dirinya dengan tersenyum. "Apa sudah dapat ijin dari Mama?"Reyhan mengangguk. Sesungguhnya anak itu belum mengatakan apapun pada Sarah. Seperti biasa, hari libur adalah saatnya bagi Sarah untuk me time sejenak. Dengan posisinya saat ini, mau tidak mau dia harus menjaga dan merawat dirinya. Dia selalu pergi ke klinik kecantikan langganannya dan menghabiskan waktu sekitar lima jam untuk treatment.
Maya sangat terkejut dengan ucapan Adipati. "Adhi, putraku. Apa kau tidak ingat, Anna telah selingkuh darimu saat itu?"Adipati bergeming. Tentu dia masih ingat, pernah menangkap basa Anna saat sedang bersama mantan kekasihnya saat itu. Bahkan dia lebih memilih pria itu dari pada dirinya.Namun, entah mengapa. Hati Adipati seolah merasa, anak perempuan kecil itu ada hubungannya dengan dirinya."Maafkan aku, Bu. Aku hanya, ah seharusnya aku tidak memikirkannya. Pasti pikiranku yang salah.""Jelas pikiranmu lah yang salah Adhi. Oh Tuhan. Benar firasat Sarah, kau sedang memikirkan Anna yang baru saja kembali dari luar negeri. Sementara kau mengabaikan keluargamu yang ada di sekitarmu. Apakah kau tidak melihat bagaimana wajah sedih Sarah ketika kau abaikan di meja makan tadi?""Mengenai itu,,,""Katakan pada Ibu. Apa Anna sudah menemuimu?""Bagaimana Ibu tahu?" jawab Adipati kelepasan. Maya menepuk keningnya. "Aku adalah ibumu. Jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Dan jika wanita itu
Anna langsung membekap mulut anaknya dan tersenyum canggung. Adipati yang terkejut pun mulai curiga, mengapa anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa."Papa? Apa maksudnya?""Maafkan anakku, dia mengira kau adalah ayahnya," ucapnya sembari melepaskan tangannya.Anak kecil itu tampak muram dan menundukkan wajahnya. Sesekali dia melirik Adipati. Namun saat Adipati menatapnya, Alicia buru-buru merunduk kembali."Oh ya, mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu. Setelah ini aku pasti tidak akan sempat untuk menyapamu. Aku sebenarnya terlalu malu. Namun atas perbuatanku di masa lalu, aku ingin meminta maaf padamu. Tolong sampaikan pada Sarah, aku minta maaf. Sekarang aku sudah memiliki kehidupan baruku. Semoga kalian juga selalu bahagia," ujar Anna sambil berdiri, bersiap untuk berpamitan pulang.Adipati juga turut berdiri. "Apa kau akan langsung pulang?"Anna menatap putrinya. "Ya, Alicia juga sepertinya sudah sangat lelah. Terima kasih sudah menyambutku dengan baik. Aku permisi
"Roger!!!" Bentak Layla ketika melihat Roger yang membeku di tempat, memandangnya dengan tatapan mengerikan. Sontak Roger tersadar, rupanya kejadian tadi hanyalah dalam bayangan di benaknya. Layla langsung meraih vas bunga di nakas tepat di sampingnya berdiri, lalu mengarahkannya pada Roger untuk membela diri."Keluar sekarang, atau aku akan berteriak.""Layla tenanglah. Aku hanya salah masuk. Dan ingin memberikan buket bunga ini padamu," ujar Roger sambil menyodorkan buket pada Layla.Layla yang merasa terancam terus berupaya mengusir Roger dari sana. Layla takut akan niat Roger yang diam-diam menyelinap di rumahnya. "Keluar kamu, atau vas ini akan melayang ke wajahmu," ancam Layla dengan suara rendah namun penuh penekanan.Dalam paniknya, Layla tepat berusaha menggenggam handuk yang melekat di tubuhnya agar tidak sampai jatuh. Karena hal itu akan sangat memalukan.Roger mengangkat kedua tangannya, lalu meletakkan buket bunga itu ke lantai. "Baiklah. Aku akan keluar. Tapi aku akan m
"Aku berubah karena ulahmu sendiri. Jika kau tidak terima hidup denganku seperti ini, aku tidak keberatan kau keluar dari rumah. Tapi jika kau masih ingin hidup dalam kemewahan ini, terima saja sikapku dan jangan memprotes lagi," tegas Daniel.Linda terlihat terkejut dengan pilihan yang terlontar dari mulut suaminya. Entah kesalahan seperti apa yang dia lakukan, sampai dia berubah seperti ini. Menurut Daniel, Ini juga termasuk hukuman bagi Linda. Tidak memberitahukan kesalahannya, dan memperlakukannya dengan dingin. Namun sepertinya Linda tahu mengenai info tentang dirinya yang di dapatkan dari ayah Romi dan Andreas, selaku orang kepercayaan Daniel."Apa ada yang berbicara buruk tentangku padamu? Katakan padaku, apa yang Amir dan Alex katakan padamu? Apa kau lebih percaya mereka dari pada aku istrimu?""YA! Aku lebih percaya mereka dari pada kamu. Wanita yang memiliki niat busuk terhadapku dan keluargaku. Mulai sekarang, kau bisa tidur menggunakan kamar tamu. Itupun jika kau masih in
Layla menoleh ke arah suara. "Ada apa, Kak?""Sepertinya tadi ada tamu yang memencet bel pintu. Apa kau tahu siapa?"Mengetahui kedatangan Ali, Roger berusaha menyembunyikan dirinya di balik lemari besar tempat dimana Layla menyimpan peralatan makan yang terbuat dari keramik asal China, kenang-kenangan bersama suaminya dahulu. "Tanyakan saja pada pelayan, dari tadi aku disini untuk menidurkan Reyhan.""Aneh. Aku juga tidak melihat pelayan ada di depan.""Berarti kau hanya salah dengar, Kak.""Sepertinya begitu. Yasudah, kalau begitu."Setelah Ali pergi, Layla menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mengurus cucunya, Layla yang sedari pagi belum mandi merasa kegerahan. Kini Reyhan sudah sangat aktif seiring usia yang bertambah. Namun, Reyhan juga tampak semakin menggemaskan.Terdengar suara shower dari kamar mandi yang sedang deras mengguyur tubuh Layla. Usia Layla memang tidak muda lagi, namun kecantikan alami dan bentuk tubuh Layla masih terjaga dengan baik hingga saat