"Baiklah, selesaikan urusanmu disana. Aku tidak akan mengganggu.""Tuut." Anna menutup panggilannya. Adipati menggigit bibir bawahnya. Sepertinya kali ini Anna tidak akan memaafkannya dengan mudah. Namun, Adipati tidak suka merumitkan pikirannya. Ia lantas masuk kembali ke dalam kamar untuk menemani sang istri.Adipati yang lelah dengan rutinitasnya turut merebahkan badannya di samping sang istri. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Sarah yang terekspos tanpa sadar. "Sepertinya, aku benar-benar mulai mencintaimu, istriku." lirih Adipati yang tak terdengar oleh Sarah.Adipati lalu terlelap sembari memeluk sang istri. Matahari pagi yang hangat menyapa melalui celah jendela. Sarah mengerjapkan mata, berusaha membuka matanya. Sarah melirik arah perutnya, terlihat tangan kekar yang melingkar memeluknya. Sontak Sarah menoleh ke belakangnya. "Paman?" lirihnya terkejut.Perlahan Sarah berusaha memindahkan tangan suaminya. Saat hampir terlepas, Adipati kembali melingkarkan tangannya
"Apa kau akan pulang, Paman?" tanya Sarah pada pria yang berdiri di depan cermin. Suaminya itu tengah mengenakan jasnya, ia akan kembali ke kota dan langsung menuju kantornya.Adipati menoleh ke arah Sarah. Ditatapnya istri cantiknya yang masih berbalut selimut, tengah duduk dengan wajah yang malas."Apa kau ingin aku tetap tinggal?" tanyanya balik."Bu-bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin tahu saja. Kau jangan salah paham, Paman."Sarah beranjak dari bibir ranjangnya mendengus kesal, berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Usai mandi, Sarah sudah tidak menemukan sang suami di kamar. 'Dia pergi tanpa pamit padaku,' Sarah membatin.Ada rasa kesal dalam hatinya. Ketika pria itu pergi begitu saja. "Seharusnya dia menungguku sebentar. Ck, kenapa aku jadi memikirkannya? Haish." Sarah yang sudah berganti baju dan berhias tampak sangat cantik dan manis dalam satu waktu. Ia keluar kamar untuk menghirup udara pagi hari yang segar."Kau sudah selesai?"Tiba-tiba langkahnya terhent
"Arjuna, bergegaslah. Bos pasti mencari kita berdua."Clara yang sudah selesai membersihkan diri, mulai berdandan terburu-buru. Ia tak sempat memakai riasan tebal seperti biasa. "Ah, ya." Arjuna berjalan ke kamar mandi. Tok tok tok. Clara mengetuk pintu kamar mandi, berkata, "Arjuna, aku berangkat lebih dulu. Kau juga bergegaslah."Disisi lain, Adipati di ruangannya tengah sibuk dengan beberapa pekerjaan. Ia masih menunggu kabar dari Clara dan Arjuna. Menurut informasi dari rekannya, terakhir mereka melihat Arjuna pulang bersama Clara. Jadi, mungkin mereka sedang bersama saat ini.Tok tok tok. Seseorang mengetuk pintu ruangannya Adipati. "Masuklah!"Rupanya itu adalah Clara. Wanita itu bergegas menghadap Adipati, meminta maaf atas keterlambatannya."Maaf, Tuan. Saya terlambat.""Tidak masalah. Kau berangkat bersama Arjuna?" tanya sang CEO dengan santai.Wanita itu mengangkat kedua alisnya, memahami bahwa CEO nya itu mungkin telah mendapatkan informasi bahwa mereka pergi bersama.
"Baiklah. Aku akan sampaikan hadiah ini untuk Sarah. Pasti dia akan senang."Kembalilah ke kamar. Mungkin saja Anna sedang mencarimu.""Tidak. Saat ini Anna sedang marah padaku."Kenapa? Bukankah tadi dia baik-baik saja?""Ya, sebelum mengetahui alasan kepulangan kalian yang mendadak. Tapi tidak usah dipikirkan. Dia hanya sedang cemburu.""Mungkin dia takut jika kita mengabaikannya. Tapi kami tidak akan demikian. Kami tetap menyayangi Anna sebagai menantu terbaik kami." ujar Dharmawangsa mantab."Aku tahu itu. Aku yakin, Anna pun dapat merasakannya. Baiklah, aku akan kembali ke kamar. Kalian beristirahatlah. Besok aku akan ke kampung halaman Sarah."Kedua orang tuanya mengangguk hampir bersamaan. Adipati pun meninggalkan kamar mereka. Anna yang tadi mengintip pembicaraan mereka, sudah kembali berbaring di posisi semula. Adipati meletakkan kotak perhiasan itu ke dalam tasnya. Besok akan ia bawa untuk diberikan pada Sarah. Ia senang, kedua orang tuanya memberikan perhatian kepada ist
Adipati langsung berdiri, menarik Sarah dalam pelukannya. Sarah yang terkejut tidak melawan, ia justru merasakan kenyamanan dalam dekapan dada bidang sang suami.Sarah memejamkan mata sekejap. Baru kali ini mereka berpelukan seperti itu. Jika bisa, rasanya ia ingin menghentikan waktu sebentar saja, untuk dapat lebih lama bersama Adipati."Aku akan membawamu ke kota."Sontak Sarah terkejut. Bukankah baru saja suaminya itu berkata mereka memiliki peraturan? Bahkan kedua mertuanya pun tak berani melanggar peraturan itu."Bagaimana dengan peraturan yang Paman katakan tadi?""Kau tidak perlu memikirkannya. Biarkan itu menjadi urusanku."Adipati tahu, mungkin idenya ini gila. Jika Anna dan keluarganya sampai tahu, pasti masalah besar akan terjadi.Namun karena cintanya pada Sarah, keegoisan lainnya muncul dalam benaknya. Dia adalah nahkoda dalam rumah tangganya. Jadi, hanya dia yang berhak menentukan, boleh atau tidak boleh sesuatu itu dilakukan.Adipati akan membuat mereka memahami pilihan
Adipati merasa ada sesuatu yang aneh. Mungkin ini memang sebuah kebetulan, tapi ini cukup mengganggu pikirannya."Paman, apa yang sedang kau pikirkan?""Tidak ada." jawab pria itu singkat.Mereka telah sampai di rumah, Adipati menurunkan Sarah dari gendongannya. Badan Sarah memang kecil, namun tangan Adipati terasa lumayan pegal juga setelah menurunkannya. Tanpa sadar, Adipati memijat pergelangan tangannya. Melihat itu, Sarah menyeringai."Sudah ku bilang, tidak usah menggendongku. Tapi kau keras kepala, Paman. Sekarang tanganmu terasa sakit 'kan?""Apa kau mengkhawatirkanku?"Sarah mendengus kesal karena ketahuan tengah mencemaskan sang suami. Sarah langsung masuk ke dalam rumah, meninggalkan suaminya yang masih berada di depan pintu.Adipati memulas senyum, melihat istrinya yang masih gengsi untuk memberikan perhatian.Adipati segera mengikuti Sarah dari belakang. Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Sarah meraih handuk untuk segera mandi. Tubuhnya terasa sangat lengket setelah ber
Deg! Perkataan Sarah sama persis dengan ide yang Arjuna angkat, sebagai ide pemasaran apartemennya.Ini bukan lagi hanya sekedar dugaan saja, tapi ini benar-benar fakta yang Adipati temukan sendiri."Begitukah?"Sarah melempar senyum manisnya pada sang suami. "Tapi itu mimpiku saat remaja. Sekarang aku sudah tidak menginginkannya.""Tapi kau masih mengingatnya. Apa itu mimpi yang berarti bersama seseorang?"Sarah tertegun dengan pertanyaan suaminya. Ia menggigit bibir bawahnya. Berpikir untuk mendapatkan jawaban yang pas untuk dikatakan.Rahang pria itu seketika mengeras, ketika melihat Sarah meragu. Lalu ia mengangkat dagu Sarah, memaksanya untuk bertatap. "Dengarlah, aku tidak masalah dengan masa lalumu. Tapi jangan pernah berpikir untuk kembali bersama masa lalu itu ketika kau sudah bersama denganku. Karena aku tidak akan pernah membiarkannya."Perkataan suaminya yang tiba-tiba membuat Sarah terkej
Adipati duduk di balik meja kerjanya, ia mengeratkan kedua tangannya menumpu dagunya. "Apa sebenarnya yang Anna sembunyikan? Sarah dan Arjuna. Apa mereka semua berniat untuk mengkhianatiku?""Braak!" Adipati menggebrak mejanya untuk meluapkan emosi. Malam ini akan menjadi malam yang panjang untuknya. Banyak hal yang mengganggu pikirannya. Sepertinya malam ini Adipati akan tidur di ruang kerjanya.Namun dari tiga daftar nama yang mungkin mengkhianatinya, siapakah lebih dulu yang harus dia selidiki?Adipati membutuhkan seseorang untuk melakukan penyelidikan. Segera, ia meraih ponsel di saku celananya, lalu menekan sebuah tombol panggilan ."Temui aku di ruang kerjaku."Hanya satu kalimat yang pria itu katakan. Dan ia pun langsung menutup ponselnya. Ia kembali berdiam diri, wajahnya sangat serius. Dalam keadaan seperti ini pasti orang yang melihatnya pun takut untuk mendekatinya."Krek." Romi muncul dari balik pintu. Ia berjalan mendekati meja kerja Adipati. Dilihatnya pria di depann