Patricia mendepakkan lidahnya ketika Patricia mendengar hal itu. Uang sebesar 30 miliar itu tidak main-main jumlahnya. Patricia tampak sedikit panik karena bagaimanapun juga, Pendy tetaplah adik kandungnya sendiri.“Err … kayaknya nggak perlu sampai harus ganti baru, deh,” bujuk Patricia.“Maaf, masalah ini nggak bisa dinego lagi,” kata si pelayan toko.Akan tetapi, Pendy malah mengira kalau kakaknya hanya sok baik, dan dia pun berkata, “Kamu sengaja bikin aku jadi bahan tertawaan? Aku kasih tahu, ya, niat busuk kamu nggak bakal berhasil!”Kening Patricia mengerut ketika mendengar tuduhan adiknya. Dia langsung kecewa karena tidak menduga bahwa adiknya akan berbicara seperti itu kepadanya.“Ma, nggak usah peduliin mereka. Biar mereka mampus saja,” kata Helena.“Ma, mending kita ngalah saja, deh. Biar mereka bantu kita kali ini. Kalau nggak, kita harus cari duitnya dari mana lagi,” ujar si pemuda seraya menarik lengan Pendy.Pendy pun jadi berpikir saat mendengar perkataan tersebut. Dia
Rona wajah si bos mall itu langsung memuram karena dia tidak habis pikir bisa-bisanya mereka berbicara dengan nada seperti itu kepada Toby.Demi menjilat bos mall, pemuda itu menawarkan sebatang rokok sambil berdalih, “Itu … tadi tanganku licin. Aku juga nggak nyangka kualitas barangnya sejelek itu dan langsung rusak.”Emosi si bos mall semakin memanas ketika mendengar hal itu, “Jadi kamu bilang kualitas barang kami jelek? Asal tahu saja, ya. Jam ini harganya mahal banget karena biaya pembuatannya juga tinggi.”Pemuda itu mengira dengan berkata seperti itu, si bos mall akan melunak dan memaafkan mereka, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Alhasil, pemuda itu jadi semakin panik sampai keringat dingin bercucuran dan tidak bisa lagi berkata-kata saking takutnya dia.“Kalian jangan harap bisa pergi kalau nggak punya duitnya,” ujar si bos mall ketus.Pendy dan pemuda itu kini telah kehilangan harapan untuk melarikan diri. Bos mall sendiri juga tidak memberikan ampun sedikit pun kepada mer
Suasana hati Patricia hari ini sedang sangat baik karena Toby telah menolongnya tadi. Patricia kira Toby masih sama seperti dulu, seorang sampah yang tidak berguna. Namun, siapa yang menyangka Toby sudah berubah jauh di luar dugaan.“Toby, maaf, ya, hari ini sudah ngerepotin kamu,” kata Patricia.“Nggak apa-apa. Ini memang kewajibanku,” sahut Toby.Setibanya di rumah, William langsung menghampiri Toby setelah dia celingukan. Toby yang melihat itu jadi kebingungan kenapa William kelihatan seperti sedang ketakutan, spontan dia pun bertanya, “Kamu kenapa? Nggak bisa jalan yang benar?”“Pak Toby, kayaknya belakangan ini aku dapat ancaman mati,” jawab William.Kedua alis Toby mengerut saat dia mendengar perkataan William. Beberapa hari yang lalu, William memang nyaris dibunuh oleh seseorang, dan kali ini William sendiri yang mengatakan kalau dia mendapatkan ancaman mati. Dari kedua kejadian ini, Toby yakin kalau William tidak berbohong.“Kamu tahu dari mana?” tanya Toby.William lalu mengel
Begitu William masuk ke dalam, seketika emosinya memuncak ketika melihat anggota keluarganya diikat dan langsung menerjang ke depan. Cukup dengan satu ayunan tangan, semua anak buahnya Blake dengan sigap menghadang jalan William.“Dasar pengkhianat, berani-beraninya kamu menentang Dragon Queen,” ucap Blake sambil menatap sinis William.“Siapa yang berkhianat? Sekarang aku sudah nggak ada berguna lagi buat Dragon Queen, jadi aku nggak berutang apa-apa lagi sama dia,” jelas William.“Haha, itu memang benar, aku setuju sama apa yang kamu bilang tadi,” balas Blake sambil menepuk tangannya.Di saat seperti ini masih sempat-sempatnya Blake menghina dia. William pun mengatupkan rahangnya dan berkata dengan lantang, “Lepasin keluargaku, atau kamu sendiri yang bakal menyesal nanti.”Blake tertawa terbahak-bahak ketika mendengar ucapan William yang tidak ada bedanya dengan lelucon itu. Entah dari mana William mendapatkan rasa percaya diri yang begitu besar sampai dia berani berbicara seperti itu
William merasa jauh lebih lega melihat Toby akhirnya muncul. Selama ada Toby yang membantu, semuanya pasti akan baik-baik saja. William yakin semua yang mereka hadapi pasti diatasi olehnya. Bisa dibilang, sekarang William menganggap Toby sebagai pahlawan.Sementara itu, Blake masih tidak menyadari sama sekali kalau bahaya sedang mendekat, dia masih sibuk mengisap cerutunya sambil berkata, “William, harus kuakui keberanianmu boleh juga. Di sat begini kamu masih bisa ketawa.”Blake masih tidak habis pikir apa yang ada di pikiran William saat ini, tapi dia berasumsi kalau William mungkin sudah gila. Blake masih merasa tidak nyaman dengan tingkah laku William yang seakan tidak mengakui kekalahannya, maka itu dia berniat untuk menumpas habis sisa kesombongan yang masih dimiliki oleh William.“Kalian, terus hajar dia!” perintah Blake.Toby yang melihat situasi sudah seperti ini pun tidak lagi tinggal diam. Dengan satu tendangan sekuat tenaga dia berhasil menghancurkan kursi yang diduduki ole
Para anak buah Blake terkapar tak berdaya di lantai tanpa mampu memberikan perlawanan sedikit pun. Tentu saja William sudah mengingatkan Toby untuk tidak terlalu kasar pada mereka, maka itu Toby tidak membunuh dan hanya membuat mereka tidak bisa bergerak untuk sementara waktu.Firasat buruk yang dirasakan oleh Blake semakin menguat seiring dia melihat Toby yang perlahan berjalan ke arahnya. Tatapan mata Toby terasa begitu mengerikan hingga membuat bulu kuduk di sekujur tubuh Blake berdiri.“Jangan mendekat! Kalau kamu masih berani mendekat, aku kasih tahu Dragon Queen sekarang juga! Dia nggak bakal ngampunin kamu,” ancam Blake sambil perlahan melangkah mundur.Dengan lugunya Blake mengira dia bisa menakuti Toby dengan menyebut nama Dragon Queen. Namun semua itu tidak ada gunanya bagi Toby. Kalaupun Blake memanggil Dragon Queen kemari, dia juga tidak akan bergerak sedikit pun.“Tolong ampuni aku. Aku masih punya keluarga. Kalau aku mati, gimana nasib mereka nanti?” tutur Blake yang berp
“Aku bisa saja biarin kamu pergi, tapi ancaman terbesar itu mulut kamu,” ujar Toby seraya tersenyum tipis.Spontan Blake menutup mulutnya ketika mendengar hal itu karena berpikir Toby akan merobek-robek mulutnya. Walau memang terdengar agak berlebihan, bukan berarti itu hal yang mustahil untuk terjadi. Apabila Toby sampai benar-benar melakukannya, Blake akan kehilangan asetnya dan tidak bisa berguna lagi.Seketika itu pula Toby mengeluarkan racun yang sebelumnya dia minta dari Yeny. Racun ini akan membuat orang yang terkena jadi bisu dan hanya bisa disembuhkan dengan obat penawar yang hanya dimiliki oleh Yeny. Ada pilihan selain memakan obat penawar, yaitu mencari Venom King, tapi tentu saja mencari Venom King bukanlah perkara mudah.Blake sontak termangu ketika melihat dia Toby mengeluarkan sesuatu, dan dia pun bertanya keheranan, “Apa itu?”“Ini bukan barang sembarangan. Barang ini cukup kuat sampai bisa bikin orang lain kehilangan harapan untuk hidup.”Blake begitu terkejut sekaligu
Dengan kondisinya yang seperti itu, Blake tidak akan bisa berguna lagi bagi Dragon Queen dan akan dibuang. Blake tahu betul akan betapa gawatnya masalah yang dia hadapi saat ini, makanya dia merasa begitu terpuruk dan menatap Toby dengan penuh amarah.Pastinya Toby tahu apa yang dipikirkan oleh Blake, tapi dia sedikit pun tidak menaruh simpati kepadanya dan malah menganggap itu sebagai hukuman yang pantas.Begitu orang lain menyadari bahwa Blake sudah tidak bisa berbicara lagi, mereka pun diam-diam bersorak karena sebenarnya mereka sendiri sejak dulu sudah muak dengan Blake. Penderitaan yang Blake rasakan ini memang sudah sepantasnya dia dapatkan.Blake bermaksud menyuruh para anak buahnya untuk kembali, tapi mereka malah dengan sengaja mencemoohnya, “Kami nggak ngerti kamu ngomong apa. Bisu, ya?”Seketika itu juga Blake mengamuk dan kembali dengan perasaan yang gusar, dan salah satu dari anak buahnya masih terus meledeknya, “Oh, aku tahu apa maksudnya Blake.”Kedua mata Blake langsung