Toby hanya mengibaskan tangannya dengan tidak berdaya dan berkata, “Kamu jangan memfitnah orang baik. Apanya yang ulahku? Kamu jangan sembarangan bicara!”Curtis terdiam di tempat ketika mendengar ucapan Toby. Dia tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Gordon menjewer telinga anaknya sambil berjalan ke hadapan Toby.“Pa, Papa jangan tarik aku! Sakit sekali” rintih Toby kesakitan. Air matanya nyaris saja mengalir akibat rasa perih di telinganya.Gordon mengabaikan lelaki itu dan bersikap seolah tidak mendengarkannya. Dia meminta maaf pada Toby dengan wajah penuh permohonan sambil berkata, “Maaf, Pak Toby. Anakku nggak dewasa dan kemungkinan sudah menyinggung Bapak. Mohon dimaklumi.”Meski jabatannya sudah tidak bisa dipertahankan lagi, dia tetap tidak ingin Kapten Zeldan mempunyai kesan yang tidak baik pada dirinya. Urusan pekerjaan dia bisa mencarinya lagi walaupun bukan sebagai seorang manajer.Demi masa depannya kelak, Gordon memilih untuk meminta maaf saja pada Toby.“Berhenti, k
Semua orang seketika terkesiap melihatnya, karena bagaimanapun juga, Curtis adalah manajer bandara ini. Akan tetapi, dia malah bersikap begitu segan kepada Toby.Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri, mereka tidak akan percaya ini adalah sebuah kenyataan. Apa yang terjadi ini benar-benar di luar bayangan mereka. Hal ini sungguh memutarbalikkan cara pandang mereka. Dari kejadian ini mereka menarik kesimpulan kalau Toby adalah orang yang sangat terpandang, karena jika tidak, mana mungkin manajer bandara ini begitu tunduk kepadanya. Kapten dan pramugari pun jadi panik mengetahui mereka telah membela orang yang salah. Andai saja mereka tahu sejak awal akan jadi seperti ini, mereka tidak akan ikut campur. Betapa menyesalnya mereka ketika situasi malah jadi seperti sekarang. Gordon yang terkejut setelah diteriaki oleh Toby langsung berbalik dan bertanya sembari dia menggosokkan kedua tangannya, “Ada yang bisa dibantu, Pak Toby?” “Nggak usah banyak omong kamu. Memangnya ada apa lag
Orang-orang di sekitar yang mendengarnya pun ikut merinding sekaligus merasa iri. Tella dan Yeny tersenyum canggung dan menyesali kedatangan mereka ke sini yang hanya jadi nyamuk antara Toby dan Helena. Curtis juga keluar dari pesawat sambil menanggung rasa malu yang luar biasa. Awalnya dia ingin mengusir Toby keluar, tapi pada akhirnya malah dia yang diusir. Saking malunya dia sampai ingin menghilang saja dari tempat ini. “Pa, memangnya dia itu siapa? Apa perlu sampai segitunya?” tanya Curtis. “Dasar anak nggak berguna kamu ini. Bisanya cuma bikin susah saja seharian, dan sekarang kamu malah cari masalah sama temannya Kapten Zeldan,” kata Gordon. Curtis terkesiap karena tidak menduga hasilnya akan jadi seperti ini. Mungkin dia tidak akan percaya jika tidak melihatnya langsung dengan kedua matanya sendiri. “Oh, jadi dia kenal sama Kapten Zeldan?” tanya Curtis. Dia mengira Toby hanyalah orang biasa, tapi siapa sangka ternyata dia bisa kenal dengan orang penting seperti Kapten Zelda
“Eh, kok bisa-bisanya ada pembajakan pesawat? Ada apa ini?” tanya Helena yang terkejut mengetahui hal ini. Dia jadi heran kenapa setiap kali keluar rumah, pasti ada saja masalah yang datang. “Wah, biasanya kejadian kayak begini cuma ada di berita,” imbuh Tella dengan penuh semangat. Dilihat dari ekspresi yang dia tunjukkan, tampaknya dia malah menantikan sesuatu seperti itu benar-benar terjadi. Toby sungguh kehabisan kata-kata dan tidak tahu harus apa yang harus dia ucapkan. Cara pikir Tella benar-benar berbeda dengan wanita lain pada umumnya. Para pembajak itu pun berjalan melewati Toby dan bersiap untuk masuk ke kokpit pesawat, tempat di mana sang kapten berada. Di saat itulah, tiba-tiba Toby berseru, “Ada pembajakan!” Raut wajah para pembajak itu langsung berubah dan menunjukkan rasa panik. Semua orang langsung melirik ke arah mereka berada karena di sepanjang lorong pesawat, hanya ada mereka yang terlihat mencolok, dan juga cara mereka berjalan pun sangat mencurigakan. Mereka b
Toby tentu saja tidak akan tinggal diam melihat si pembajak melakukan sesuatu yang dapat mengancam keselamatan, baik itu Helena ataupun orang yang tidak dia kenal. Ketika tangan si pembajak itu semakin mendekati Helena, tiba-tiba tangannya terhenti di tengah jalan dan tidak bisa digerakkan sedikit pun. Spontan dia pun menatap Toby kesal karena menganggap Toby hanya merusak rencananya. “Lepasin aku,” ujar si pembajak seraya berusaha mengenyahkan tangan Toby. Akan tetapi, tidak peduli seberapa keras dia mencoba, Toby masih tidak mau melepaskan cengkeramannya. Si pembajak itu jadi merasa kaget, malu, sekaligus kesal. “Kalau kamu mau aku lepasin, berlutut dulu dan bersujud,” kata Toby tersenyum. “Sialan, cari mati kamu, hah?!” Si pembajak itu langsung naik pitam mendengar ucapan Toby. Dia berpikir si Toby ini pasti sudah tidak waras, makanya dia berani berbicara seperti itu. Akan tetapi, Toby hanya bersikap seakan tidak terjadi apa-apa dan langsung menendang lutut orang itu. Si pemba
Tabung jarum tersebut menembakkan sebuah anak panah yang terbuat dari bahan logam ketika ditiupkan. Toby cukup kaget ternyata lawannya bukan orang sembarangan. Mereka bahkan sampai membawa senjata yang mengerikan seperti itu ke dalam pesawat. Toby pun menggelengkan kepalanya karena merasa kecewa dengan pemeriksaan keamanan di bandara. Namun, Tobby tidak berusaha untuk menghindar dan malah menangkap anak panah dengan tangannya. Lawannya yang melihat itu kaget bukan main sampai mulutnya menganga lebar. Banyak pula kaum hawa yang terpukau melihat aksi Toby. Mereka tidak menyangka Toby ternyata begitu keren, dia bahkan tidak takut sedikit pun meski dihadapkan dengan mara bahaya. Di tengah kepanikannya itu, si pembajak lagi-lagi menembakkan beberapa anak panah, tapi semuanya berhasil dihentikan oleh Toby. Para pembajak itu tidak menyangka bisa bertemu dengan lawan sekuat ini. Andai saja mereka tahu dari awal kalau Toby ada di pesawat ini, mereka tidak akan berani membajak pesawat. “Semua
Setelah semua yang tadi terjadi berlalu, akhirnya pesawat berhasil mendarat dengan selamat. Para pembajak pesawat itu tidak ada yang berani menatap mata Toby, dan mereka pun kemudian diamankan ke dalam mobil polisi. Ini pertama kalinya Toby datang ke Wieland, jadi dia masih asing terhadap semua yang ada di sini. Dia menatap sekeliling dan bertanya-tanya. Bukankah seharusnya ada orang suruhan Weston yang menjemputnya? Kenapa sampai sekarang masih tidak ada orang satu pun? Seketika itu Toby melihat ada sebuah papan yang bertuliskan “Selamat Datang Kepada Direktur Cantik Group Center Cloud”, dengan nama Weston di bawahnya. Sungguh sebuah sambutan yang sangat memalukan. Orang yang datang menjemput juga bukan Weston, melainkan asistennya. Toby dan yang lainnya datang menghampiri asistennya Weston, dan ketika asistennya Weston melihat mereka datang, dia langsung terpukau oleh kecantikan Helena, Tella dan Yeny. Spontan dia langsung berkata, “Biar aku yang bantu bawain koper kalian, mari i
“Masa?” Pria itu sudah pernah mencoba di berbagai macam tempat. Dia sudah pernah mencoba yang harganya ratusan juta, tapi untuk yang harganya mencapai miliaran … dia masih belum pernah. Karena dirasa tawaran yang diberikan oleh asistennya Weston itu terlalu tidak masuk akal, pria itu jadi curiga apakah dia sedang membodohi dirinya. “Serius. Aku berani jamin, tiga cewek yang aku maksud itu nggak bakal bisa kamu ukur pakai uang. Jangankan dua miliar, bahkan ratusan miliar juga masih belum dapat.” Mereka semua jadi penasaran mendengarnya. Apabila yang dikatakan oleh asistennya Weston itu benar, justru merekalah yang untung besar. Asisten itu kembali berkata, “Ini kesempatan yang cuma datang sekali seumur hidup. Aku sendiri juga sudah ambil risiko ngasih tahu kalian soal ini.” “Hmm, boleh juga. Oke, utangmu aku kurangi sedikit,” kata pria itu. Asisten itu sebenarnya berharap semua utangnya dianggap lunas, tapi ternyata hanya dikurangi sedikit. “Kalau kamu masih banyak omong, awas s