“Masa?” Pria itu sudah pernah mencoba di berbagai macam tempat. Dia sudah pernah mencoba yang harganya ratusan juta, tapi untuk yang harganya mencapai miliaran … dia masih belum pernah. Karena dirasa tawaran yang diberikan oleh asistennya Weston itu terlalu tidak masuk akal, pria itu jadi curiga apakah dia sedang membodohi dirinya. “Serius. Aku berani jamin, tiga cewek yang aku maksud itu nggak bakal bisa kamu ukur pakai uang. Jangankan dua miliar, bahkan ratusan miliar juga masih belum dapat.” Mereka semua jadi penasaran mendengarnya. Apabila yang dikatakan oleh asistennya Weston itu benar, justru merekalah yang untung besar. Asisten itu kembali berkata, “Ini kesempatan yang cuma datang sekali seumur hidup. Aku sendiri juga sudah ambil risiko ngasih tahu kalian soal ini.” “Hmm, boleh juga. Oke, utangmu aku kurangi sedikit,” kata pria itu. Asisten itu sebenarnya berharap semua utangnya dianggap lunas, tapi ternyata hanya dikurangi sedikit. “Kalau kamu masih banyak omong, awas s
Tubuh pria itu sampai terdorong dan nyaris saja terjatuh. Dia kaget bukan main karena kekuatan yang dimiliki Toby ternyata jauh lebih besar dari dugaannya. “Aku harap kalian semua bisa lebih tenang sedikit,” kata Toby. “Tenang palamu,” balas pria itu. Dia mana mungkin bisa tenang setelah melihat wanita cantik seperti Helena sudah menunggu di dalam. Terlebih lagi, lawan mereka hanya satu orang, jadi kenapa harus takut? Toby pun terpaksa menggunakan kekerasan untuk membuat mereka mundur. Tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil masuk bahkan selangkah pun. Semuanya berhasil dipukul mundur oleh Toby, dan masing-masing dari mereka tumbang dengan pose yang berbeda-beda pula. Toby yakin mereka bisa menemukan kamar ini juga pasti bukan karena kebetulan. Pasti ada seseorang yang membocorkannya, jadi dia langsung mencengkeram kerah baju pria itu dan bertanya padanya, “Siapa yang suruh kalian kemari?” Pria itu ketakutan ketika mendengar nada bicara Toby yang sangat mengerikan, maka dari
Kakaknya pria itu juga menyadari kalau Toby bukanlah orang sembarangan saat dia bertarung tadi. Dia punya firasat kalau Toby bukan sekadar orang biasa, maka itu dia pun mulai serius. Tadi dia hanya ceroboh, tapi kalau kali ini bisa sedikit lebih berhati-hati, dia yakin pasti akan menang. Karena itu dia pun segera melancarkan serangan kepada Toby. Namun, Toby hanya menganggap serangannya itu tak lebih dari sekadar lelucon belaka. Toby menahan laju lengan dia dan berkata, “Kalau kamu masih mau nerusin, yang ada kamu sendiri yang bakal celaka.” Dia langsung mengamuk mendengar ucapan Toby. Apa pula maksudnya itu, apakah Toby sedang meremehkannya? “Kak, hati-hati,” kata pria itu. “Kamu tenang saja, dari dulu aku nggak pernah kalah satu kali pun,” jawab pria yang bernama Wade itu. Harus diakui, Toby cukup terkesan dengan keberanian dan kepercayaan diri Wade. Namun, Toby juga sedang malas berurusan dengan mereka, jadi tanpa banyak bicara lagi, Toby langsung menendang Wade sampai dia ter
“Maaf, Pak Toby. Aku benar-benar nggak tahu bakal jadi kayak begini. Nanti biar aku kasih mereka peringatan.” Weston dapat merasakan kemarahan Toby meski berada di balik telepon. Kalau dia tidak berinisiatif melakukan sesuatu, takutnya Toby malah akan semakin kesal, dan Weston tahu betul seberapa bahayanya kalau sampai itu benar-benar terjadi. Toby sungguh kecewa terhadap Weston dan tidak tahu lagi harus bagaimana menilainya. Di saat seperti ini saja dia masih bisa bermulut manis alih-alih memperbaiki sikapnya. Akan tetapi untuk saat ini, Toby sedang tidak ingin banyak bicara dengannya. “Ya sudah, aku paham maksud kamu, tapi lain kali kamu harus lebih hati-hati,” pesan Toby. Wade sungguh terkejut dengan apa yang terjadi di hadapannya. Cara bicara Toby sama sekali tidak terdengar seperti segan terhadap Weston. Dia pun menyadari pasti ada sesuatu yang tidak beres. Saking kalutnya sampai satu wajahnya dipenuhi dengan keringat dingin. “Nih, Weston mau ngomong sama kamu,” kata Toby ser
Toby tidak mau perhitungan dengan orang yang orang yang suka mencari masalah seperti ini. Dia segera menarik Helena dan yang lainnya pergi.Melihat hal ini, pria itu mengira Toby takut, makanya Toby mengajak orang-orang pergi. Memikirkan hal ini, dia jadi semakin menjadi-jadi.Dia menyimpulkan bahwa Toby pasti takut. Dia tertawa dengan lancang dan berkata, “Haha, tampaknya kamu takut. Aku tahu kamu nggak punya nyali.”Toby menoleh ke belakang, seolah-olah dia sedang melihat seorang idiot. Pria itu jadi memiliki firasat buruk, sorot mata Toby membuat hatinya gelisah untuk beberapa waktu. “Orang ini bukan orang biasa.” Pria itu berpikir seperti itu di dalam hati. Namun, begitu pikiran itu muncul, dia langsung menggelengkan kepalanya dan mengabaikannya. Mungkin pria itu hanya hebat berkelahi.Pria berbadan besar itu menghalangi jalan Toby dan berkata, “Hei, kalau kamu ingin melarikan diri, jangan harap bisa. Kamu sudah memukulku, jadi kamu harus meminta maaf padaku. Kamu harus berlutut d
Dia pikir dia pergi ke pasar malam saja dulu, setelah itu baru pergi ke Jalan 73, agar sejalan. Selain itu, dia juga bisa menyelesaikan masalah adiknya terlebih dahulu.Weston tiba-tiba memanggil kakak dari pria berbadan besar itu dan berkata dengan nada datar, “Nanti kalau sudah bertemu dengan Pak Toby, bersikaplah yang sopan sedikit. Dia biasanya sangat rendah hati.”Dia takut bawahannya juga akan memiliki masalah yang sama. Jadi, untuk mencegah anak buahnya membawa masalah baginya, dia tidak lupa untuk mengingatkan, dengan harapan hal itu bisa dihindari.“Oke.” Kakak dari pria berbadan besar itu mengangguk, kemudian berangkat ke pasar malam.Mendengar kakaknya akan datang, pria berbadan besar itu langsung tampak sangat arogan. Dia duduk di kursi, menyilangkan kakinya, lalu mencibir pada Toby, “Aku sarankan kamu sebaiknya cepat meminta maaf padaku. Kalau nggak, nanti ketika kakakku datang, kamu mau minta maaf pun sudah terlambat.”Toby bersikap seolah dia tidak mendengar apa-apa. Dia
Ketika melawan Toby, kakak dari pria berbadan besar itu baru sadar bahwa identitas Toby tidak sesederhana itu. Dia punya firasat bahwa Toby bukan orang biasa. Dia menarik napas dalam-dalam dan mulai menanggapi hal ini dengan serius.Dia pikir, dia pasti sudah bertindak ceroboh barusan. Kalau dia tidak bertindak ceroboh kali ini, dia pasti akan baik-baik saja.Memikirkan hal ini, kakak dari pria berbadan besar itu mulai menyerang Toby.Toby merasa seperti sedang melihat lelucon ketika melihat pria itu menyerangnya. Dia sama sekali tidak terkejut melihat situasi seperti ini.Dia menahan lengan kakak dari pria berbadan besar itu dan berkata, “Kalau ini berlanjut terus, nggak akan ada baiknya untukmu.”Kakak dari pria berbadan besar itu langsung marah mendengarnya. Apa maksudnya? Apa itu berarti Toby meremehkannya?“Kak, hati-hati,” ujar pria berbadan besar itu.Kakak dari pria berbadan besar itu mendengus dingin dan berkata, “Tenang saja. Aku, Wade, sudah lama hidup di dunia ini. Aku belu
“Pak Toby, aku benar-benar nggak tahu akan terjadi seperti ini. Aku akan memperingatkan mereka.”Weston bisa merasakan kemarahan Toby meskipun pria itu berada di seberang telepon. Kalau dia salah bertindak, takutnya Toby malah akan semakin kesal. Dia tahu berapa seriusnya hal ini.Toby menggelengkan kepalanya, tidak tahu bagaimana harus menilainya. Dia saat seperti ini saja, pria itu masih bisa bermulut manis alih-alih memperbaiki sikapnya. Hal ini membuatnya kecewa.Namun pada saat ini, dia juga sedang tidak ingin banyak bicara dengan Weston.“Sudahlah, aku paham maksudmu. Lain kali lebih berhati-hati saja,” ujar Toby dengan kesal.Wade tercengang. Apa yang sedang terjadi? Kalau dilihat dari nada bicaranya, Toby sepertinya sama sekali tidak segan pada Weston. Dia jadi tidak mengerti.Dia pikir, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Saking bingungnya, kepalanya sampai penuh dengan keringat dingin.“Ini ponselmu. Ada sesuatu yang ingin Weston katakan padamu,” ujar Toby sambil tersenyum.M