“Iya, kalian ikut pergi saja. Kalau kalian nggak ikut malah lebih membosankan,” lanjut Toby sambil tertawa.Rasa bimbang Tella dan Yeny sebelumnya lenyap ketika mendengar ucapan Toby. Mereka langsung menyetujui tawaran tersebut. Toby memesan empat tiket pesawat dan mereka berangkat menuju Wieland.Tentu saja Toby tahu akan ada orang yang mengikutinya, tetapi dia tidak panik dan tetap tenang. Untuk menghindari adanya bahaya yang datang, dia menghubungi Linto dan meminta lelaki itu untuk menjadi sekuriti di depan vilanya dan memantau semua pergerakan di sekitar sana.Awalnya Linto terlihat sedikit keberatan. Tapi setelah mendengar bayaran sebesar 20 juta, dia langsung melonjak girang. Hanya beberapa hari saja dia bisa mendapatkan bayaran sebesar itu!Linto langsung menyetujui Toby tanpa berpikir panjang lagi.Toby terdiam ketika melihat Helena dan yang lainnya membereskan barang ke dalam tujuh hingga delapan buah koper. Hanya mengunjungi sebuah undangan kerja sama saja apakah butuh bawaa
“Maaf, kenapa aku harus tukaran tempat denganmu? Apalagi istriku ada di sini,” sahut Toby dengan datar.Dia sengaja berkata seperti itu agar pemuda tersebut tahu bahwa Helena adalah istrinya dan akan mundur teratur. Tetapi ternyata pemuda itu bersikap seolah-olah tidak mendengarkan ucapannya tadi dan membalas ucapan Toby sambil tertawa.“Hahaha. Pak, kamu jangan bercanda denganku. Perempuan cantik seperti dia nggak mungkin istrimu.”Kepala langsung Toby terangkat ketika dia mendengar ucapan tersebut.“Jangan sembarangan bicara di sini! Aku nggak akan tukaran tempat duduk!”Kalau orang lain yang berada di posisi Toby saat ini, sudah dipastikan orang tersebut sudah meledak di tempat. Toby merasa emosinya masih cukup stabil dan bisa dia kendalikan. Tetapi ternyata pemuda itu masih tetap keras kepala dan curiga dengan dirinya. Sebaik apa pun emosi Toby, dia pasti tidak bisa menahannya.Helena yang mendengar orang asing tengah memarahi suaminya merasa tidak terima. Keningnya berlipat dalam
Dari raut wajahnya bisa terlihat ekspresi sungkan dan hormat pada lelaki itu. Posisi manajer di bagian bandara merupakan posisi yang sangat tinggi sekali. Tentu saja pramugari tersebut tahu dengan jelas akan hal itu.Dia melihat ke arah Toby dan menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan menilai. Saat dia melihat pakaian yang dikenakan oleh Toby, dia langsung menebak bahwa lelaki itu merupakan orang biasa saja.Pemuda tersebut tampak tidak sabar dan berkata, “Cepat usir dia keluar dari sini, tingkat kesabaranku sudah mau habis!”Mendengar ucapan pemuda itu membuat pramugari tadi semakin yakin bahwa yang terjadi sekarang bukan sebuah candaan belaka. Kalau dia berhasil melakukan apa yang pemuda itu inginkan, kemungkinan dia bisa naik jabatan. Tentu saja dia tahu juga risiko yang akan dia terima jika dia membantah.Pramugari tadi berpikir sesaat kemudian dengan cepat dia memutuskan untuk membela pemuda itu.“Baik, akan segera dibereskan,” jawab pramugari sambil mengangg
“Kalau Bapak masih nggak mau turun, maka Bapak akan memperlambat keberangkatan pesawat kita,” ujar pramugari itu lagi.Para penumpang yang mendengar hal itu terlihat mulai tidak tenang. Meski mereka merasa prihatin dengan apa yang terjadi pada Toby, tidak ada satu pun dari mereka yang berani maju membela Toby.Mereka menganggap cepat atau lambat Toby memang akan turun dari pesawat ini. Sedangkan mereka masih ada urusan penting yang harus diselesaikan di kota tujuan, tentu saja hal itu tidak boleh terhambat hanya karena satu orang saja.“Kamu cepat turun dari pesawat, jangan berulah lagi.”“Lagian kamu tetap harus turun dari pesawat.”“Waktu kami sangat berharga! Jangan bertele-tele lagi. Kalau urusan kami terhambat, kamu yang harus tanggung jawab!”Semua penumpang mulai menyudutkan Toby. Mereka semua tahu sosok pemuda itu bukan orang yang bisa mereka usik, oleh karena itu mereka hanya bisa meminta Toby untuk turun sesuai apa yang diminta pemuda itu.Pemuda tadi semakin melonjak girang
Setelah sambungan telepon terputus, dia meminta sekretarisnya untuk menghubungi Gordon. Gordon yang kebetulan sedang bekerja di bandara terkejut ketika mendengar telah terjadi sesuatu pada putranya. Ditambah lagi dengan Kapten Zeldan yang menghubunginya semakin membuat rasa terkejut lelaki itu berkali-kali lipat.“Kapten Zeldan, ada apa Kapten repot-repot menghubungiku? Aku akan mencari waktu untuk mentraktir-““Jangan basa-basi! Traktir apanya?! Kamu nggak pantas! Anakmu mengusik salah satu temanku, sebaiknya kamu bereskan masalah ini! Kalau sampai teman aku dipersulit, kamu akan menerima akibatnya! Aku juga akan menghubungi atasanmu!”Gordon awalnya mencoba mencari obrolan dengan Kapten Zeldan, tetapi ucapan lelaki itu bagaikan petir yang menyambarnya di siang bolong. Dia bisa mendengar nada emosi dari suara Kapten Zeldan.“Halo?”Sambungan telepon terputus sebelum dia sempat membalas ucapan Kapten Zeldan. Gordon terlihat linglung selama beberapa saat kemudian umpatan kasar langsung
Toby hanya mengibaskan tangannya dengan tidak berdaya dan berkata, “Kamu jangan memfitnah orang baik. Apanya yang ulahku? Kamu jangan sembarangan bicara!”Curtis terdiam di tempat ketika mendengar ucapan Toby. Dia tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Gordon menjewer telinga anaknya sambil berjalan ke hadapan Toby.“Pa, Papa jangan tarik aku! Sakit sekali” rintih Toby kesakitan. Air matanya nyaris saja mengalir akibat rasa perih di telinganya.Gordon mengabaikan lelaki itu dan bersikap seolah tidak mendengarkannya. Dia meminta maaf pada Toby dengan wajah penuh permohonan sambil berkata, “Maaf, Pak Toby. Anakku nggak dewasa dan kemungkinan sudah menyinggung Bapak. Mohon dimaklumi.”Meski jabatannya sudah tidak bisa dipertahankan lagi, dia tetap tidak ingin Kapten Zeldan mempunyai kesan yang tidak baik pada dirinya. Urusan pekerjaan dia bisa mencarinya lagi walaupun bukan sebagai seorang manajer.Demi masa depannya kelak, Gordon memilih untuk meminta maaf saja pada Toby.“Berhenti, k
Semua orang seketika terkesiap melihatnya, karena bagaimanapun juga, Curtis adalah manajer bandara ini. Akan tetapi, dia malah bersikap begitu segan kepada Toby.Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri, mereka tidak akan percaya ini adalah sebuah kenyataan. Apa yang terjadi ini benar-benar di luar bayangan mereka. Hal ini sungguh memutarbalikkan cara pandang mereka. Dari kejadian ini mereka menarik kesimpulan kalau Toby adalah orang yang sangat terpandang, karena jika tidak, mana mungkin manajer bandara ini begitu tunduk kepadanya. Kapten dan pramugari pun jadi panik mengetahui mereka telah membela orang yang salah. Andai saja mereka tahu sejak awal akan jadi seperti ini, mereka tidak akan ikut campur. Betapa menyesalnya mereka ketika situasi malah jadi seperti sekarang. Gordon yang terkejut setelah diteriaki oleh Toby langsung berbalik dan bertanya sembari dia menggosokkan kedua tangannya, “Ada yang bisa dibantu, Pak Toby?” “Nggak usah banyak omong kamu. Memangnya ada apa lag
Orang-orang di sekitar yang mendengarnya pun ikut merinding sekaligus merasa iri. Tella dan Yeny tersenyum canggung dan menyesali kedatangan mereka ke sini yang hanya jadi nyamuk antara Toby dan Helena. Curtis juga keluar dari pesawat sambil menanggung rasa malu yang luar biasa. Awalnya dia ingin mengusir Toby keluar, tapi pada akhirnya malah dia yang diusir. Saking malunya dia sampai ingin menghilang saja dari tempat ini. “Pa, memangnya dia itu siapa? Apa perlu sampai segitunya?” tanya Curtis. “Dasar anak nggak berguna kamu ini. Bisanya cuma bikin susah saja seharian, dan sekarang kamu malah cari masalah sama temannya Kapten Zeldan,” kata Gordon. Curtis terkesiap karena tidak menduga hasilnya akan jadi seperti ini. Mungkin dia tidak akan percaya jika tidak melihatnya langsung dengan kedua matanya sendiri. “Oh, jadi dia kenal sama Kapten Zeldan?” tanya Curtis. Dia mengira Toby hanyalah orang biasa, tapi siapa sangka ternyata dia bisa kenal dengan orang penting seperti Kapten Zelda