Dari raut wajahnya bisa terlihat ekspresi sungkan dan hormat pada lelaki itu. Posisi manajer di bagian bandara merupakan posisi yang sangat tinggi sekali. Tentu saja pramugari tersebut tahu dengan jelas akan hal itu.Dia melihat ke arah Toby dan menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan menilai. Saat dia melihat pakaian yang dikenakan oleh Toby, dia langsung menebak bahwa lelaki itu merupakan orang biasa saja.Pemuda tersebut tampak tidak sabar dan berkata, “Cepat usir dia keluar dari sini, tingkat kesabaranku sudah mau habis!”Mendengar ucapan pemuda itu membuat pramugari tadi semakin yakin bahwa yang terjadi sekarang bukan sebuah candaan belaka. Kalau dia berhasil melakukan apa yang pemuda itu inginkan, kemungkinan dia bisa naik jabatan. Tentu saja dia tahu juga risiko yang akan dia terima jika dia membantah.Pramugari tadi berpikir sesaat kemudian dengan cepat dia memutuskan untuk membela pemuda itu.“Baik, akan segera dibereskan,” jawab pramugari sambil mengangg
“Kalau Bapak masih nggak mau turun, maka Bapak akan memperlambat keberangkatan pesawat kita,” ujar pramugari itu lagi.Para penumpang yang mendengar hal itu terlihat mulai tidak tenang. Meski mereka merasa prihatin dengan apa yang terjadi pada Toby, tidak ada satu pun dari mereka yang berani maju membela Toby.Mereka menganggap cepat atau lambat Toby memang akan turun dari pesawat ini. Sedangkan mereka masih ada urusan penting yang harus diselesaikan di kota tujuan, tentu saja hal itu tidak boleh terhambat hanya karena satu orang saja.“Kamu cepat turun dari pesawat, jangan berulah lagi.”“Lagian kamu tetap harus turun dari pesawat.”“Waktu kami sangat berharga! Jangan bertele-tele lagi. Kalau urusan kami terhambat, kamu yang harus tanggung jawab!”Semua penumpang mulai menyudutkan Toby. Mereka semua tahu sosok pemuda itu bukan orang yang bisa mereka usik, oleh karena itu mereka hanya bisa meminta Toby untuk turun sesuai apa yang diminta pemuda itu.Pemuda tadi semakin melonjak girang
Setelah sambungan telepon terputus, dia meminta sekretarisnya untuk menghubungi Gordon. Gordon yang kebetulan sedang bekerja di bandara terkejut ketika mendengar telah terjadi sesuatu pada putranya. Ditambah lagi dengan Kapten Zeldan yang menghubunginya semakin membuat rasa terkejut lelaki itu berkali-kali lipat.“Kapten Zeldan, ada apa Kapten repot-repot menghubungiku? Aku akan mencari waktu untuk mentraktir-““Jangan basa-basi! Traktir apanya?! Kamu nggak pantas! Anakmu mengusik salah satu temanku, sebaiknya kamu bereskan masalah ini! Kalau sampai teman aku dipersulit, kamu akan menerima akibatnya! Aku juga akan menghubungi atasanmu!”Gordon awalnya mencoba mencari obrolan dengan Kapten Zeldan, tetapi ucapan lelaki itu bagaikan petir yang menyambarnya di siang bolong. Dia bisa mendengar nada emosi dari suara Kapten Zeldan.“Halo?”Sambungan telepon terputus sebelum dia sempat membalas ucapan Kapten Zeldan. Gordon terlihat linglung selama beberapa saat kemudian umpatan kasar langsung
Toby hanya mengibaskan tangannya dengan tidak berdaya dan berkata, “Kamu jangan memfitnah orang baik. Apanya yang ulahku? Kamu jangan sembarangan bicara!”Curtis terdiam di tempat ketika mendengar ucapan Toby. Dia tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Gordon menjewer telinga anaknya sambil berjalan ke hadapan Toby.“Pa, Papa jangan tarik aku! Sakit sekali” rintih Toby kesakitan. Air matanya nyaris saja mengalir akibat rasa perih di telinganya.Gordon mengabaikan lelaki itu dan bersikap seolah tidak mendengarkannya. Dia meminta maaf pada Toby dengan wajah penuh permohonan sambil berkata, “Maaf, Pak Toby. Anakku nggak dewasa dan kemungkinan sudah menyinggung Bapak. Mohon dimaklumi.”Meski jabatannya sudah tidak bisa dipertahankan lagi, dia tetap tidak ingin Kapten Zeldan mempunyai kesan yang tidak baik pada dirinya. Urusan pekerjaan dia bisa mencarinya lagi walaupun bukan sebagai seorang manajer.Demi masa depannya kelak, Gordon memilih untuk meminta maaf saja pada Toby.“Berhenti, k
Semua orang seketika terkesiap melihatnya, karena bagaimanapun juga, Curtis adalah manajer bandara ini. Akan tetapi, dia malah bersikap begitu segan kepada Toby.Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri, mereka tidak akan percaya ini adalah sebuah kenyataan. Apa yang terjadi ini benar-benar di luar bayangan mereka. Hal ini sungguh memutarbalikkan cara pandang mereka. Dari kejadian ini mereka menarik kesimpulan kalau Toby adalah orang yang sangat terpandang, karena jika tidak, mana mungkin manajer bandara ini begitu tunduk kepadanya. Kapten dan pramugari pun jadi panik mengetahui mereka telah membela orang yang salah. Andai saja mereka tahu sejak awal akan jadi seperti ini, mereka tidak akan ikut campur. Betapa menyesalnya mereka ketika situasi malah jadi seperti sekarang. Gordon yang terkejut setelah diteriaki oleh Toby langsung berbalik dan bertanya sembari dia menggosokkan kedua tangannya, “Ada yang bisa dibantu, Pak Toby?” “Nggak usah banyak omong kamu. Memangnya ada apa lag
Orang-orang di sekitar yang mendengarnya pun ikut merinding sekaligus merasa iri. Tella dan Yeny tersenyum canggung dan menyesali kedatangan mereka ke sini yang hanya jadi nyamuk antara Toby dan Helena. Curtis juga keluar dari pesawat sambil menanggung rasa malu yang luar biasa. Awalnya dia ingin mengusir Toby keluar, tapi pada akhirnya malah dia yang diusir. Saking malunya dia sampai ingin menghilang saja dari tempat ini. “Pa, memangnya dia itu siapa? Apa perlu sampai segitunya?” tanya Curtis. “Dasar anak nggak berguna kamu ini. Bisanya cuma bikin susah saja seharian, dan sekarang kamu malah cari masalah sama temannya Kapten Zeldan,” kata Gordon. Curtis terkesiap karena tidak menduga hasilnya akan jadi seperti ini. Mungkin dia tidak akan percaya jika tidak melihatnya langsung dengan kedua matanya sendiri. “Oh, jadi dia kenal sama Kapten Zeldan?” tanya Curtis. Dia mengira Toby hanyalah orang biasa, tapi siapa sangka ternyata dia bisa kenal dengan orang penting seperti Kapten Zelda
“Eh, kok bisa-bisanya ada pembajakan pesawat? Ada apa ini?” tanya Helena yang terkejut mengetahui hal ini. Dia jadi heran kenapa setiap kali keluar rumah, pasti ada saja masalah yang datang. “Wah, biasanya kejadian kayak begini cuma ada di berita,” imbuh Tella dengan penuh semangat. Dilihat dari ekspresi yang dia tunjukkan, tampaknya dia malah menantikan sesuatu seperti itu benar-benar terjadi. Toby sungguh kehabisan kata-kata dan tidak tahu harus apa yang harus dia ucapkan. Cara pikir Tella benar-benar berbeda dengan wanita lain pada umumnya. Para pembajak itu pun berjalan melewati Toby dan bersiap untuk masuk ke kokpit pesawat, tempat di mana sang kapten berada. Di saat itulah, tiba-tiba Toby berseru, “Ada pembajakan!” Raut wajah para pembajak itu langsung berubah dan menunjukkan rasa panik. Semua orang langsung melirik ke arah mereka berada karena di sepanjang lorong pesawat, hanya ada mereka yang terlihat mencolok, dan juga cara mereka berjalan pun sangat mencurigakan. Mereka b
Toby tentu saja tidak akan tinggal diam melihat si pembajak melakukan sesuatu yang dapat mengancam keselamatan, baik itu Helena ataupun orang yang tidak dia kenal. Ketika tangan si pembajak itu semakin mendekati Helena, tiba-tiba tangannya terhenti di tengah jalan dan tidak bisa digerakkan sedikit pun. Spontan dia pun menatap Toby kesal karena menganggap Toby hanya merusak rencananya. “Lepasin aku,” ujar si pembajak seraya berusaha mengenyahkan tangan Toby. Akan tetapi, tidak peduli seberapa keras dia mencoba, Toby masih tidak mau melepaskan cengkeramannya. Si pembajak itu jadi merasa kaget, malu, sekaligus kesal. “Kalau kamu mau aku lepasin, berlutut dulu dan bersujud,” kata Toby tersenyum. “Sialan, cari mati kamu, hah?!” Si pembajak itu langsung naik pitam mendengar ucapan Toby. Dia berpikir si Toby ini pasti sudah tidak waras, makanya dia berani berbicara seperti itu. Akan tetapi, Toby hanya bersikap seakan tidak terjadi apa-apa dan langsung menendang lutut orang itu. Si pemba