Helena sendiri tidak marah. Sebenarnya kalimat itu adalah apa yang ingin dia ucapkan, tapi tersimpan di dalam hatinya. Kalau bukan karena memberi muka, dia pasti sudah mengatakannya.“Maaf, telah membuatmu melihat hal konyol.” Helena menatap Houston sambil tersenyum. Kemudian, dia pura-pura memelototi Tella.Houston menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu mengibaskan tangannya dan berkata, “Tidak masalah, Bu Helena. Ini hal yang sangat wajar. Bu Helena, tolong jangan dimasukkan dalam hati. Aku hanya bercanda.”Helena tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia tahu apa yang dipikirkan pria itu. Oleh karena itu, dia segera berkata, “Pak Houston, aku juga nggak membicarakan hal lain lagi. Sebaiknya kita bicarakan baik-baik soal pekerjaan saja.”Houston tahu kalau dia tidak akan bisa minum dengan Helena. Dalam kondisi tak berdaya, dia mau tidak mau harus memesan sebotol minuman untuk Helena dan yang lainnya.“Bu Helena, sekretaris di sampingmu ini siapanya kamu, sih?” tanya Houston dengan penas
Houston mengira Helena dan yang lainnya baru akan menyadarinya nanti. Namun yang mengejutkannya adalah Helena dan yang lainnya telah menyadarinya sekarang.Kalau bukan karena melihat dengan matanya sendiri, dia bahkan tidak percaya benar seperti itu. Dia mengira semua yang ada di depannya ini jauh di luar imajinasinya.Houston merasa sedikit bersalah. Dia menatap Helena sambil berpura-pura kebingungan, lalu berkata, “Aku nggak begitu mengerti maksud kamu apa.”Ketika Helena melihat sampai detik ini Houston masih saja berpura-pura tidak mengerti, seketika dia menganggap pria itu terlalu munafik.Kemudian, Tella juga mulai menyadari apa yang terjadi. Dia pernah menjadi pembunuh wanita sebelumnya. Oleh karena itu, dia tahu betul apa yang menyebabkan situasi saat ini.“Ternyata kamu sekeji ini.” Tella hendak menyerang Houston, tapi dia malah mendapati tubuhnya lemas tak bertenaga, hampir tidak bisa bergerak.Begitu Houston melihat Tella tidak bisa melakukan apa-apa, pria itu langsung terta
Houston terperanjat begitu melihat pukulan Toby datang ke arahnya. Dia tidak siap, tidak tahu harus berbuat apa. Dia pun merasa semua sudah di luar imajinasinya.Seandainya bukan karena melihat dengan mata kepalanya sendiri, Houston sungguh tidak percaya kalau ini benar terjadi.Satu pukulan dari Toby membuat tubuh Houston langsung terhempas keluar. Dia bahkan hampir tidak bisa berdiri lagi. Dia pun tercengang akan hal ini, merasa akhir seperti ini benar-benar di luar apa yang dia bayangkan.“Huh, berani-beraninya kamu pukul aku. Kelihatannya kamu sudah kehilangan akal sehat,” tukas Houston dengan dingin.Toby hanya tertawa tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sebaliknya, dia bersikap seolah tidak melihat apa-apa. Dia seakan-akan sedang melihat orang bodoh. Sudah sampai detik ini, Houston masih saja begitu naif.Toby curiga kalau otak pria itu rusak. Ketika Houston melihat tatapan Toby penuh dengan aura membunuh, dia pun mulai panik.Houston mengakui kalau dia bukan lawan Toby. Karena i
“Tunggu sebentar ya, Pak. Aku akan suruh satpam urus masalah ini.” Pelayan itu terlihat sangat tenang. Untuk membantu Houston menangani masalah ini, dia pun langsung memanggil satpam.Karena hanya dengan mendengar satu kata dari Houston, dia hanya tahu ada orang yang datang membuat onar.Houston justru merasa senang dengan hasil ini. Pada saat yang sama, dia juga memberi sedikit tip kepada pelayan itu.Pelayan itu merasa sangat senang, lalu dia diam-diam menyembunyikan tip dari Houston.Ketika Toby keluar dari ruangan, dia langsung melihat pemandangan di depannya itu. Houston segera menunjuk ke arah Toby dan berkata, “Itu dia orangnya. Kalian suruh orang hajar dia. Hajar sampai babak belur semakin bagus. Aku akan biaya pengobatannya.”Saat pelayan mendengar perkataan tersebut, dia masih tampak sangat ragu-ragu. Bagaimanapun, mereka juga takut harus ganti rugi. Setelah dia mendengar Houston sendiri yang akan ganti rugi, dia baru merasa lega.“Haha, serahkan saja padaku.” Pelayan itu lan
Para pria perkasa itu tahu kalau mereka bukan lawan Toby. Akan tetapi, mereka adalah orang yang sangat mementingkan harga diri. Perlakuan Toby kepada mereka sama saja tidak memberi mereka muka sama sekali.Karena itu, raut wajah mereka seketika menjadi sedingin gunung es. Mereka semua menatap Toby dengan tatapan marah.Toby bersikap seolah-olah tidak melihat apa-apa ketika melihat para pria perkasa itu menatapnya seperti itu. Bagi Toby, sekalipun mereka semua menyerangnya secara sekaligus, dia tetap yakin bisa mengalahkan mereka.“Kalian semua ayo sini,” tukas Toby sambil mengaitkan jari telunjuknya.Para pria perkasa itu seketika terdiam seribu bahasa. Sebenarnya mereka sudah sepenuhnya menerima kekalahan mereka. Karena mereka tahu jelas seperti apa kekuatan Toby.Pada titik ini, mereka mengakui mereka sama sekali bukan lawan Toby.Houston spontan mengerutkan kening ketika mendapati kalau para pria perkasa itu bukan lawan Toby. Tentu saja ini bukan hal yang baik baginya.Houston menat
Houston tiba-tiba merinding, keringat dingin membasahi punggungnya. Ini bukanlah pertanda baik baginya.“Kalau begitu kamu suruh dia datang ke sini,” kata Toby.Pelayan itu menatap Toby seolah-olah sedang melihat orang bodoh. Dia tidak tahu dari mana Toby mendapatkan kepercayaan diri sebesar itu. Bisa-bisanya Toby sama sekali tidak takut saat mendengar kalau tempat ini milik Matthias.Houston spontan melihat ke arah pelayan itu, lalu tertawa sambil berkata, “Karena dia begitu ingin cari mati, lebih baik kamu telepon Pak Matthias saja.”Pelayan itu juga tidak ragu-ragu lagi. Dia hanyalah seorang pelayan, tentu saja dia tidak berhak menelepon Matthias. Akan tetapi, dia telah melaporkan masalah ini kepada manajernya.Sesaat kemudian, manajer itu datang. Manajer itu sudah sangat akrab dengan Toby. Dia langsung tercengang saat melihat Toby di sana. Bukankah itu teman Pak Matthias? Dia pun menggosok tangannya, bersiap untuk menyapa pria itu.Akan tetapi, pelayan yang tidak tahu apa-apa itu j
Situasi apa ini? Seharusnya tidak seperti ini. Dalam persepsi Houston, Toby hanyalah seorang menantu yang hidup bergantung pada keluarga istrinya. Bagaimana orang seperti itu bisa berteman dengan Matthias?Sebuah pemikiran tiba-tiba terlintas dalam benak Houston. Apakah mungkin Toby berpura-pura lemah untuk mengelabui semua orang? Houston pun tidak menyangkal pemikirannya tersebut.Dia merasa pasti ada alasan seperti itu dalam masalah ini. Meski dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia tahu kalau Toby jelas bukan orang biasa.Houston mulai merasa gelisah. Bahkan manajer saja bersikap begitu merendah dan sungkan di depan Toby.Toby menatap Houston dengan ekspresi dingin. Houston merasa segalanya berubah menjadi tidak seperti dugaannya.Toby juga menatap si pelayan dengan kesal, lalu langsung mengabaikannya begitu saja.Pelayan itu orang yang cerdas juga. Dia dengan tahu diri segera berdiri di samping, lalu mulai mengkhianati Houston dengan berkata, “Pak Toby, jangan salahkan aku.
Pelayan itu langsung terdiam. Dia tidak menyangka manajernya itu sama sekali tidak memberinya muka. Namun, dia juga tidak bisa berkata apa-apa.Sekarang pelayan itu sangat menyesal. Kalau saja dia tidak berjanji pada Houston akan mengurus masalah ini, dia juga tidak akan dipaksa mengundurkan diri.Sedikit tip yang diberikan Houston sama sekali tidak setimpal dengan kerugiannya karena harus mengundurkan diri.Toby sama sekali tidak bersimpati pada pelayan itu. Dia langsung membawa Helena dan yang lainnya pergi.“Untung saja kamu kabari aku tepat waktu. Kalau nggak, bakal jadi masalah besar,” ujar Toby sambil menghela napas.Helena yang masih menggertakkan giginya berkata pada Houston, “Aku sama sekali nggak menyangka dia akan sebusuk itu. Bisa-bisanya dia punya pemikiran seperti itu. Aku sudah salah menilai orang.”Setelah mendengar kata-kata Helena, Toby langsung berkata, “Jangan menilai seseorang dari penampilan luar. Mulai sekarang kamu harus lebih berhati-hati.”Helena sama sekali t