Para pria perkasa itu tahu kalau mereka bukan lawan Toby. Akan tetapi, mereka adalah orang yang sangat mementingkan harga diri. Perlakuan Toby kepada mereka sama saja tidak memberi mereka muka sama sekali.Karena itu, raut wajah mereka seketika menjadi sedingin gunung es. Mereka semua menatap Toby dengan tatapan marah.Toby bersikap seolah-olah tidak melihat apa-apa ketika melihat para pria perkasa itu menatapnya seperti itu. Bagi Toby, sekalipun mereka semua menyerangnya secara sekaligus, dia tetap yakin bisa mengalahkan mereka.“Kalian semua ayo sini,” tukas Toby sambil mengaitkan jari telunjuknya.Para pria perkasa itu seketika terdiam seribu bahasa. Sebenarnya mereka sudah sepenuhnya menerima kekalahan mereka. Karena mereka tahu jelas seperti apa kekuatan Toby.Pada titik ini, mereka mengakui mereka sama sekali bukan lawan Toby.Houston spontan mengerutkan kening ketika mendapati kalau para pria perkasa itu bukan lawan Toby. Tentu saja ini bukan hal yang baik baginya.Houston menat
Houston tiba-tiba merinding, keringat dingin membasahi punggungnya. Ini bukanlah pertanda baik baginya.“Kalau begitu kamu suruh dia datang ke sini,” kata Toby.Pelayan itu menatap Toby seolah-olah sedang melihat orang bodoh. Dia tidak tahu dari mana Toby mendapatkan kepercayaan diri sebesar itu. Bisa-bisanya Toby sama sekali tidak takut saat mendengar kalau tempat ini milik Matthias.Houston spontan melihat ke arah pelayan itu, lalu tertawa sambil berkata, “Karena dia begitu ingin cari mati, lebih baik kamu telepon Pak Matthias saja.”Pelayan itu juga tidak ragu-ragu lagi. Dia hanyalah seorang pelayan, tentu saja dia tidak berhak menelepon Matthias. Akan tetapi, dia telah melaporkan masalah ini kepada manajernya.Sesaat kemudian, manajer itu datang. Manajer itu sudah sangat akrab dengan Toby. Dia langsung tercengang saat melihat Toby di sana. Bukankah itu teman Pak Matthias? Dia pun menggosok tangannya, bersiap untuk menyapa pria itu.Akan tetapi, pelayan yang tidak tahu apa-apa itu j
Situasi apa ini? Seharusnya tidak seperti ini. Dalam persepsi Houston, Toby hanyalah seorang menantu yang hidup bergantung pada keluarga istrinya. Bagaimana orang seperti itu bisa berteman dengan Matthias?Sebuah pemikiran tiba-tiba terlintas dalam benak Houston. Apakah mungkin Toby berpura-pura lemah untuk mengelabui semua orang? Houston pun tidak menyangkal pemikirannya tersebut.Dia merasa pasti ada alasan seperti itu dalam masalah ini. Meski dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia tahu kalau Toby jelas bukan orang biasa.Houston mulai merasa gelisah. Bahkan manajer saja bersikap begitu merendah dan sungkan di depan Toby.Toby menatap Houston dengan ekspresi dingin. Houston merasa segalanya berubah menjadi tidak seperti dugaannya.Toby juga menatap si pelayan dengan kesal, lalu langsung mengabaikannya begitu saja.Pelayan itu orang yang cerdas juga. Dia dengan tahu diri segera berdiri di samping, lalu mulai mengkhianati Houston dengan berkata, “Pak Toby, jangan salahkan aku.
Pelayan itu langsung terdiam. Dia tidak menyangka manajernya itu sama sekali tidak memberinya muka. Namun, dia juga tidak bisa berkata apa-apa.Sekarang pelayan itu sangat menyesal. Kalau saja dia tidak berjanji pada Houston akan mengurus masalah ini, dia juga tidak akan dipaksa mengundurkan diri.Sedikit tip yang diberikan Houston sama sekali tidak setimpal dengan kerugiannya karena harus mengundurkan diri.Toby sama sekali tidak bersimpati pada pelayan itu. Dia langsung membawa Helena dan yang lainnya pergi.“Untung saja kamu kabari aku tepat waktu. Kalau nggak, bakal jadi masalah besar,” ujar Toby sambil menghela napas.Helena yang masih menggertakkan giginya berkata pada Houston, “Aku sama sekali nggak menyangka dia akan sebusuk itu. Bisa-bisanya dia punya pemikiran seperti itu. Aku sudah salah menilai orang.”Setelah mendengar kata-kata Helena, Toby langsung berkata, “Jangan menilai seseorang dari penampilan luar. Mulai sekarang kamu harus lebih berhati-hati.”Helena sama sekali t
“Benar.” Orang-orang yang berpakaian hitam tersebut tampak menganggukkan kepalanya dan tidak mengelak sama sekali. Dalam hal ini, mereka semua menjawab dengan jujur pertanyaan dari lawan bicaranya.Saat Seventh King Dragon mendengar jawaban tersebut, kedua telapak tangannya langsung terkepal dengan erat. Dia juga tidak bodoh dan bisa melihat bahwa Toby memiliki hubungan yang sangat erat dengan masalah ini. Bahkan kemungkinan besar Toby yang menjadi pemicunya.“Pokoknya Toby harus disingkirkan! Apa pun itu caranya!” kata Seventh King Dragon yang memiliki satu tujuan, yaitu menyingkirkan Toby dengan cara apa pun.Dia tidak menyangka ternyata putranya bisa mati di tangan Toby. Hal ini yang membuat emosinya semakin memuncak. Dia menahan geramannya dan berkata, “Pokoknya Toby harus dienyahkan!”Ekspresi orang-orang berpakaian hitam tersebut tampak sangat serius ketika mendengar ucapan Seventh King Dragon. Mereka menunggu lelaki itu memberikan perintah selanjutnya pada mereka semua.“Ambore,
Kalau bukan dia yang melihatnya sendiri, Toby pasti tidak akan percaya. Dia yakin pasti ada sesuatu yang aneh telah terjadi. Tetapi titik keanehan ini masih belum bisa dia katakan ada di mana.Dia memperhatikan lagi surat itu secara saksama, tetapi di dalam surat ini tidak menuliskan kapan waktu mereka akan bergerak. Surat tersebut hanya menuliskan sebuah ancaman yang diberikan pada Toby.Toby tahu cara ini adalah cara yang sering digunakan oleh Ambore dengan menyerang mental dari sasaran mereka. Tujuan mereka adalah agar target merasa cemas dan panik. Cara ini mungkin bisa digunakan di diri orang lain, tetapi tidak berlaku untuk Toby.Dari awal Toby sudah mempersiapkan semuanya dengan lengkap. Kalau mereka memang mau menyerangnya, mereka juga harus tahu apakah mereka bisa melawan Toby?Toby tidak khawatir dengan dirinya sendiri, tetapi orang yang paling dia khawatirkan adalah Helena dan yang lainnya. Toby yakin dia bisa menghadapi Ambore, tetapi bagaimana dengan Helena dan yang lainny
Setelah Ambore terlibat pertarungan dengan Toby, mereka baru menyadari seberapa besar kemampuan Toby. Ekspresi wajah mereka terlihat mengeras ketika memandang Toby, untuk sesaat mereka tidak bisa mengendalikan lelaki itu.Semuanya terasa bingung dan merasa lawannya kali ini sangat sulit sekali. Toby yang menyadari kebingungan Ambore tetap terlihat tenang dan santai. Mereka benar-benar tidak ada apa-apanya bagi Toby.Satu persatu dari wajah Ambore menggambarkan raut bingung dan gusar.Dalam waktu singkat, satu per satu dari anggota tim Ambore mulai ditaklukkan oleh Toby. Padahal Ambore merupakan orang terpilih dan terlatih, tetapi sekarang mereka justru tidak bisa mengalahkan Toby.Setelah Toby berhasil mengalahkan Ambore, lelaki itu bertanya, “Siapa yang memerintahkan kalian?”Semua orang di depan Toby tampak mengangkat dagu dengan angkuh tanpa menjawab pertanyaan lelaki itu. Meski mereka tidak menjawab Toby, tetapi dia sudah bisa menebak siapa orang di balik ini semua. Siapa lagi kala
“Baik, aku percaya padamu! Aku yakin kamu bisa berhasil!” Untuk kali ini Seventh King Dragon percaya sepenuhnya dengan kemampuan Arthur.Sudut bibir Arthur terangkat ke atas. Baginya, ini merupakan kesempatan bagus untuk dia menunjukkan kemampuannya. Arthur dengan sengaja berkata, “Tuan, untuk kali ini aku nggak mau terima gaji. Aku hanya ingin membalaskan dendam teman-temanku!”“Baik!” sahut Seventh King Dragon sambil menganggukkan kepalanya semangat.Melihat majikannya yang benar-benar tidak memberikan sepeser pun padanya hanya bisa menangis sedih dalam hati. Sekarang dia merasa sangat menyesal telah berkata seperti itu. Kalau tahu hasilnya akan seperti ini, seharusnya dia tidak mengajukan ide tidak menginginkan uang.Sekarang dia merasa sangat frustrasi dan yang bisa dia lakukan sekarang hanya menyesali keputusannya saja.“Tuan, aku hanya ingin mengatakan satu hal. Kali ini, aku merasa sangat yakin,” ujar Arthur lagi.Seventh King Dragon merasa bingung ketika melihat Arthur masih ti