Hartanto sedang makan malam bersama anak, menantu, dan cucunya. Masa tuanya lengkaplah sudah karena ia telah berkumpul dengan putra semata wayangnya. Walau tanpa sang istri, Hartanto bersyukur ia tak kesepian lagi karena ada Rahman dan keluarganya yang menemaninya. "Gimana makan malam kemarin, Sofia? Apa menyenangkan?" Hartanto mengawali pembicaraan. "Keluarga Rey mau bersilaturahmi katanya, Kek," Sofia berkata dengan malu-malu. "Alhamdulillah. Akhirnya, Bu!" Rahman tersenyum senang, akhirnya keinginannya mempunyai menantu seperti Reynard akan segera terlaksana. "Iya, Pak, Alhamdulillah Rey serius dengan niatnya," Sri tersenyum senang, ia ingin segera melihat Sofia ada yang menjaga dan membahagiakannya. Tentunya sebagai seorang ibu, ia menginginkan yang terbaik untuk anaknya. "Terus kamu udah siap, Sofia?" Lagi-lagi Hartanto bertanya. Memang Hartanto adalah seseorang yang mempertimbangkan segala sesuatu dari hal terkecil. Ia tak mau cucunya merasa terpaksa . "Hm, Sofia sih
Sore harinya Reynard mendatangi toko makeup milik Sofia. ia tersenyum saat wanita yang dicintainya sedang berdiri melayani beberapa pembeli. Sofia selalu tersenyum menyapa ramah para customer. Hati Reynard menghangat melihat senyuman itu. Semakin hari ia semakin tergila-gila saja pada janda muda itu. Hari ini Sofia memakai rok Plisket dengan blazer yang senada dengan rok. Penampilan yang sangat sederhana namun memberikan kesan yang anggun padanya. "Sofia?" Panggil Reynard kalem. Setelah memparkirkan mobilnya, dokter tampan itu segera menghampiri sang kekasih. "Rey?" Sofia tersenyum senang saat melihat Reynard. Sofia menyambut Reynard. Sofia menyuruh pria yang ia cintai untuk duduk dan menyajikan air mineral dingin. Reynard pun langsung membuka air kemasan itu dan meneguknya. "Gimana grand opening hari ini? Maaf aku terlambat. Tadi banyak sekali jadwal operasi," Reynard mengawali obrolan, terlihat sekali wajah Rey sangat lelah. "Alhamdulillah grand openingnya lancar, terima
Siang ini Reynard akan membuka polikliniknya, sejak pagi ia sudah disibukan dengan jadwal operasi Caesar. Belum lagi visit ke ruangan pasien pasca operasi. Reynard adalah dokter yang mempunyai jam terbang sangat tinggi, ia sangat sibuk. Hari-harinya selalu ia habiskan di rumah sakit, walau lelah namun Rey selalu bersyukur dengan profesi yang dilakoninya. Pria tampan itu sangat senang bisa membantu para ibu hamil. Ia ikut bahagia melihat senyuman semua ibu hamil saat mendengar tangisan bayi di ruang operasi. Reynard berjalan melewati halaman rumah sakit. Ruang poliklinik obygin beberapa meter dari pintu masuk. Dari jauh ia melihat seorang pria dan wanita paruh baya yang menggandeng lengan ibu hamil dengan tergopoh-gopoh. Reynard yang melihat kondisi gawat darurat pun segera ambil langkah seribu menghampiri bapak dan ibu hamil itu yang akan memasuki ruang IGD. "Istrinya kenapa, Pak?" Tanya Reynard dengan khawatir, ia bisa menerka apa yang diderita oleh sang ibu hamil. Sementara w
Setelah penerbangan dan stay beberapa hari di Eropa Barat. Daffa melakukan tugasnya dengan baik. Kini ia dan seluruh kru pesawat sudah sampai di Swiss. Delia yang baru menginjakan kakinya di kota Zermatt itu melongo, merasa takjub dengan pemandangan yang disuguhkan oleh negara Swiss itu. Memang ini pertama kali Delia menginjakan kaki di Swiss. Sedangkan Daffa dia sudah beberapa kali ke negara yang menjadi tujuan destinasi wisata dunia itu. "Indah sekali!" Lirih Delia takjub. Setelah pendaratan pesawat yang sempurna, Delia mengabari Rizal. Ia mendengarkan saran dari Daffa, Delia harus rajin mengabari suaminya agar Rizal tak pernah curiga padanya. Delia pun menurutinya, ia lebih sering mengabari Rizal dan memberikan perhatian pada suaminya itu. Sesekali ia mengirim foto cantiknya pada sang suami, dan beberapa kali melakukan panggilan video. Tentunya hal itu membuat hati Rizal sedikit tenang, walaupun tekad pria itu sudah bulat untuk menyelidiki aktivitas Delia di luar sana. Daffa
Bu Laksmi terus kepikiran dengan Sofia yang merupakan cucu dari seorang konglomerat. Wanita paruh baya itu memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut. Andai saja ia tahu dari awal, tak mungkin dirinya bersikap jahat pada Sofia. "Ibu kenapa?" Tanya Mega yang sedang memakan buah mangga muda. "Ibu kepikiran si Sofia. Ibu engga nyangka dia itu cucu konglomerat. Bayangin, Ga! Engga tanggung-tanggung silsilah keluarga si Sofia. Dia turunan Hartanto, pengusaha tajir melintir di negeri ini," Bu Laksmi membuka kaca matanya dan menaruhnya ke dalam tempatnya. "Siapa yang bakal ngira sih, Bu? Aku juga kalau tahu, engga mungkin bakal perlakuin dia dengan buruk," Mega mencocolkan mangga muda itu pada garam yang ada pada wadah kecil. "Ibu jadi pusing dibuatnya. Mana sekarang kakak kamu udah nikah sama si Lily. Susah buat kakak kamu balikan lagi sama si Sofia!" Bu Laksmi berdecak kesal. "Kalau buat balikan ya pasti susah, Bu. Apalagi si Sofia udah punya dokter Reynard," timpal Mega. Hening. An
Tiga hari kemudian..... Pagi hari telinga Intan sudah dibuat panas saja oleh cerita Vebby. Bagaimana tidak, Vebby tengah asyik bercerita tentang perjalanan liburannya ke Swiss. Memang seminggu kemarin Vebby menghabiskan jatah cutinya untuk mengunjungi negara yang sangat terkenal akan keindahan alamnya itu. Intan sangat iri, karena Swiss adalah negara impian yang ingin ia kunjungi bersama suami dan anak-anaknya. Intan menyimpan nama negara Swiss itu sebagai destinasi wisata keinginannya untuk ia kunjungi. Intan mencoba berpura-pura tak mendengar, namun suara Vebby begitu kencang. Mau tak mau ia harus mendengar cerita perjalanan menyenangkan yang membuat hatinya begitu panas dan iri. Di tempat Intan bekerja, memang semua diwajibkan untuk datang lima belas menit sebelum pekerjaan dimulai, dan waktu itu digunakan oleh semua staff kantor untuk mengobrol, sarapan, atau bergosip ria bersama teman-teman. "Beneran kamu pergi ke Swiss, Vebb? Kok uang kamu gak habis-habis sih?" Celetuk
Reynard mengutarakan keinginannya untuk melamar Sofia kepada Ali dan Ghina. Kedua orang tuanya pun cukup paham dan mengerti dengan keputusan sang putra, juga kabar mengenai asal usul Sofia menjadi nilai plus bagi keluarga Dokter Ali. Pasalnya siapa yang tak mau berbesan dengan pengusaha sesukses Hartanto? Belum sepak terjangnya di dunia bisnis. Hartanto dikenal pengusaha yang sangat jujur dan memiliki solidaritas yang sangat tinggi. Hartanto tak pernah memecat karyawan atau melakukan PHK. Hartanto hanya akan memecat karyawan yang kedapatan melakukan sesuatu yang tak jujur, seperti mencuri atau menggelapkan dana. Walaupun dibalik sifat angkuhnya, Hartanto adalah pengusaha yang cukup bijak. Terbukti ia menerapkan kebijakan-kebijakan yang cukup mensejahterakan karyawan-karyawannya."Jadi gimana, Pa, Ma? Apa kalian merestui hubungan Rey dan Sofia?" Tanya Reynard dengan tak sabar, kini mereka sedang duduk bersantai di ruang keluarga. "Ya, Papa merestui kamu, Rey. Kita akan siapkan lamara
Eril dan Lily seperti biasa pergi ke kantor bersama. Lily menyenderkan kepalanya di bahu sang suami yang tengah menyetir. Sekelebat ingatan mengenai Sofia terlintas di pikiran Eril. Ia mengingat kala membonceng Sofia dengan sepeda motor kala mereka masih berumah tangga. Entah mengapa hatinya sangat sakit mengingat kenangan itu. Apakah saat ini dirinya menyadari jika merindukan Sofia? "Sayang?" Gumam Lily yang tengah bersandar di bahu Eril. "Hmmm," Eril hanya bergumam. Matanya memperhatikan jalanan, tapi pikirannya sibuk memikirkan Sofia. Tingkah Lily membuat Eril sangat bosan. Apalagi ia baru mengetahui fakta jika selama mereka berpacaran dulu, Lily membeli makanan via aplikasi online di restoran western. Eril pun baru tahu kemarin malam saat ia meminjam ponsel istrinya untuk memesan makanan karena di rumah tidak ada makanan apapun. "Jangan marah lagi ya?" Lily berkata dengan manja. Seolah kesalahan yang ia lakukan hanya kesalahan sepele. Tadi malam mereka memang terlibat adu mu