Setelah penerbangan dan stay beberapa hari di Eropa Barat. Daffa melakukan tugasnya dengan baik. Kini ia dan seluruh kru pesawat sudah sampai di Swiss. Delia yang baru menginjakan kakinya di kota Zermatt itu melongo, merasa takjub dengan pemandangan yang disuguhkan oleh negara Swiss itu. Memang ini pertama kali Delia menginjakan kaki di Swiss. Sedangkan Daffa dia sudah beberapa kali ke negara yang menjadi tujuan destinasi wisata dunia itu. "Indah sekali!" Lirih Delia takjub. Setelah pendaratan pesawat yang sempurna, Delia mengabari Rizal. Ia mendengarkan saran dari Daffa, Delia harus rajin mengabari suaminya agar Rizal tak pernah curiga padanya. Delia pun menurutinya, ia lebih sering mengabari Rizal dan memberikan perhatian pada suaminya itu. Sesekali ia mengirim foto cantiknya pada sang suami, dan beberapa kali melakukan panggilan video. Tentunya hal itu membuat hati Rizal sedikit tenang, walaupun tekad pria itu sudah bulat untuk menyelidiki aktivitas Delia di luar sana. Daffa
Bu Laksmi terus kepikiran dengan Sofia yang merupakan cucu dari seorang konglomerat. Wanita paruh baya itu memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut. Andai saja ia tahu dari awal, tak mungkin dirinya bersikap jahat pada Sofia. "Ibu kenapa?" Tanya Mega yang sedang memakan buah mangga muda. "Ibu kepikiran si Sofia. Ibu engga nyangka dia itu cucu konglomerat. Bayangin, Ga! Engga tanggung-tanggung silsilah keluarga si Sofia. Dia turunan Hartanto, pengusaha tajir melintir di negeri ini," Bu Laksmi membuka kaca matanya dan menaruhnya ke dalam tempatnya. "Siapa yang bakal ngira sih, Bu? Aku juga kalau tahu, engga mungkin bakal perlakuin dia dengan buruk," Mega mencocolkan mangga muda itu pada garam yang ada pada wadah kecil. "Ibu jadi pusing dibuatnya. Mana sekarang kakak kamu udah nikah sama si Lily. Susah buat kakak kamu balikan lagi sama si Sofia!" Bu Laksmi berdecak kesal. "Kalau buat balikan ya pasti susah, Bu. Apalagi si Sofia udah punya dokter Reynard," timpal Mega. Hening. An
Tiga hari kemudian..... Pagi hari telinga Intan sudah dibuat panas saja oleh cerita Vebby. Bagaimana tidak, Vebby tengah asyik bercerita tentang perjalanan liburannya ke Swiss. Memang seminggu kemarin Vebby menghabiskan jatah cutinya untuk mengunjungi negara yang sangat terkenal akan keindahan alamnya itu. Intan sangat iri, karena Swiss adalah negara impian yang ingin ia kunjungi bersama suami dan anak-anaknya. Intan menyimpan nama negara Swiss itu sebagai destinasi wisata keinginannya untuk ia kunjungi. Intan mencoba berpura-pura tak mendengar, namun suara Vebby begitu kencang. Mau tak mau ia harus mendengar cerita perjalanan menyenangkan yang membuat hatinya begitu panas dan iri. Di tempat Intan bekerja, memang semua diwajibkan untuk datang lima belas menit sebelum pekerjaan dimulai, dan waktu itu digunakan oleh semua staff kantor untuk mengobrol, sarapan, atau bergosip ria bersama teman-teman. "Beneran kamu pergi ke Swiss, Vebb? Kok uang kamu gak habis-habis sih?" Celetuk
Reynard mengutarakan keinginannya untuk melamar Sofia kepada Ali dan Ghina. Kedua orang tuanya pun cukup paham dan mengerti dengan keputusan sang putra, juga kabar mengenai asal usul Sofia menjadi nilai plus bagi keluarga Dokter Ali. Pasalnya siapa yang tak mau berbesan dengan pengusaha sesukses Hartanto? Belum sepak terjangnya di dunia bisnis. Hartanto dikenal pengusaha yang sangat jujur dan memiliki solidaritas yang sangat tinggi. Hartanto tak pernah memecat karyawan atau melakukan PHK. Hartanto hanya akan memecat karyawan yang kedapatan melakukan sesuatu yang tak jujur, seperti mencuri atau menggelapkan dana. Walaupun dibalik sifat angkuhnya, Hartanto adalah pengusaha yang cukup bijak. Terbukti ia menerapkan kebijakan-kebijakan yang cukup mensejahterakan karyawan-karyawannya."Jadi gimana, Pa, Ma? Apa kalian merestui hubungan Rey dan Sofia?" Tanya Reynard dengan tak sabar, kini mereka sedang duduk bersantai di ruang keluarga. "Ya, Papa merestui kamu, Rey. Kita akan siapkan lamara
Eril dan Lily seperti biasa pergi ke kantor bersama. Lily menyenderkan kepalanya di bahu sang suami yang tengah menyetir. Sekelebat ingatan mengenai Sofia terlintas di pikiran Eril. Ia mengingat kala membonceng Sofia dengan sepeda motor kala mereka masih berumah tangga. Entah mengapa hatinya sangat sakit mengingat kenangan itu. Apakah saat ini dirinya menyadari jika merindukan Sofia? "Sayang?" Gumam Lily yang tengah bersandar di bahu Eril. "Hmmm," Eril hanya bergumam. Matanya memperhatikan jalanan, tapi pikirannya sibuk memikirkan Sofia. Tingkah Lily membuat Eril sangat bosan. Apalagi ia baru mengetahui fakta jika selama mereka berpacaran dulu, Lily membeli makanan via aplikasi online di restoran western. Eril pun baru tahu kemarin malam saat ia meminjam ponsel istrinya untuk memesan makanan karena di rumah tidak ada makanan apapun. "Jangan marah lagi ya?" Lily berkata dengan manja. Seolah kesalahan yang ia lakukan hanya kesalahan sepele. Tadi malam mereka memang terlibat adu mu
Rizal dan Mega terkejut melihat ibu mereka pingsan. Spontan Rizal segera menggendong Bu Laksmi dan menidurkannya di Sofa. Rizal kini tengah kalut dengan foto yang ia lihat tadi. Ternyata firasatnya selama ini benar. Ternyata Delia mempunyai pria idaman lain di luar sana. Akan tetapi, ia tidak menyangka jika pria lain itu adalah Daffa, adik iparnya sendiri.Mega berjalan setengah berlari ke dalam kamar. Dia membawa minyak kayu putih dan membalurkannya di telapak tangan dan kaki Bu Laksmi yang dingin. Rizal pun memijat kaki sang ibu dengan lembut. Semua anak Bu Laksmi memang patuh dan sangat sayang sekali pada ibunya. Doktrin yang diajarkan Bu Laksmi ternyata sukses. Ya, sedari kecil semua anak Bu Laksmi selalu di doktrin untuk menurut dan menyayangi ibu dengan sepenuh hati, karena ibulah yang melahirkan dan merawat anak-anaknya. Jika ada anak Bu Laksmi yang tak patuh padanya, Bu Laksmi akan mengungkit jasanya yang telah mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak-anaknya dan mengcap m
Intan yang setelah melakukan keributan di rumah Bu Laksmi pun pulang ke rumahnya. Ia tampak tak bersemangat. Dalam hati, Intan memaki dirinya sendiri karena tak bisa mengontrol emosi yang membuat ia harus melemparkan foto perselingkuhan Delia dan Daffa. Intan keluar dari dalam mobilnya dengan wajah ditekuk. Ia pun berjalan gontai ke rumahnya yang lumayan mewah dan terdapat kolam ikan itu. "Mama pulang!" Intan berkata dengan lemas, tampak Dicky sudah pulang terlebih dahulu. Pria tampan itu terlihat menggandeng kedua anaknya. "Mama!" Sapa Arsha dan Arshy ceria. Mereka begitu bahagia sang ibu sudah pulang. Kedua anaknya itu memeluk sang ibu, intan membalas pelukan kedua buah hatinya walaupun hatinya tengah berkecamuk. "Sayang, maaf mama pulang terlambat. Ini boneka kalian," Intan menyerahkan boneka kesayangan kedua anaknya, walaupun boneka itu sangat kotor dan Kumal. "Terima kasih, Ma," Arsha dan Arshy berucap dengan riang. "Nanti mama cuci ya bonekanya?" Intan menghibur kedua a
Daffa dan Delia tidak benar-benar pergi bekerja. Pria itu membawa sang kekasih gelapnya ke luar kota. Daffa terus mengamuk di dalam mobil. Sedangkan Delia kini sedang menangis karena melihat sikap Daffa yang sesungguhnya. Keduanya memang pergi dengan tergesa dari rumah Bu Laksmi setelah sesuatu terjadi. "Kenapa kamu bisa hamil, hah?" Tanya Daffa dengan suara yang menggelegar. Delia memang sudah memberitahukan mengenai hasil tespack nya kemarin pagi. Ya, Delia yang curiga dirinya hamil segera melakukan tespack. Delia senang melihat hasil tespack yang positif. Ia menyangka Daffa akan melepaskan Mega dan kemudian menikahinya. Seenteng itu pikirannya. Wanita itu mulai berharap mimpinya jadi nyata untuk memiliki Daffa untuk dirinya sendiri. Istri dari Rizal itu langsung memfotokan tespacknya dan mengirimkannya pada Daffa. Daffa yang tengah melepas rindu bersama Mega pun langsung memutuskan untuk membawa Delia pergi dari rumah Bu Laksmi dengan alasan pekerjaan dadakan. "Kamu lupa? Seti