Daffa dan Delia tidak benar-benar pergi bekerja. Pria itu membawa sang kekasih gelapnya ke luar kota. Daffa terus mengamuk di dalam mobil. Sedangkan Delia kini sedang menangis karena melihat sikap Daffa yang sesungguhnya. Keduanya memang pergi dengan tergesa dari rumah Bu Laksmi setelah sesuatu terjadi. "Kenapa kamu bisa hamil, hah?" Tanya Daffa dengan suara yang menggelegar. Delia memang sudah memberitahukan mengenai hasil tespack nya kemarin pagi. Ya, Delia yang curiga dirinya hamil segera melakukan tespack. Delia senang melihat hasil tespack yang positif. Ia menyangka Daffa akan melepaskan Mega dan kemudian menikahinya. Seenteng itu pikirannya. Wanita itu mulai berharap mimpinya jadi nyata untuk memiliki Daffa untuk dirinya sendiri. Istri dari Rizal itu langsung memfotokan tespacknya dan mengirimkannya pada Daffa. Daffa yang tengah melepas rindu bersama Mega pun langsung memutuskan untuk membawa Delia pergi dari rumah Bu Laksmi dengan alasan pekerjaan dadakan. "Kamu lupa? Seti
Reynard menaruh ponsel di jas putihnya. Ia kemudian tersenyum sendiri. Ya, sore ini Reynard ada janji untuk jalan-jalan sore bersama Sofia. Sofia mengajak Reynard untuk makan es krim bersama di sebuah restoran ternama, kebetulan restoran itu buka sampai malam hari. Reynard tak sabar menunggu jam prakteknya habis, ia ingin segera pulang dan bertemu dengan kekasih tercinta. Seperti biasa Reynard membuka poliklinik, antrian pasien sangat banyak sekali. Dokter tampan itu sangat terkenal di kalangan wanita hamil. Dokter Reynard dikenal sebagai dokter yang cekatan, nyaman berkonsultasi, dan tentunya banyak feedback positif saat dia melakukan tindakan operasi. Banyaknya antrian pasien tak menyurutkan semangat Reynard. Dokter muda itu tak terlihat lelah walau dari pagi harus melakukan visit ke ruangan pasien disambung siang sampai sore yang membuka poliklinik. Ketika istirahat shalat ashar, Reynard membuka ponselnya. Ia tersenyum saat membaca pesan dari Sofia. "Rey, aku sudah di restoran.
"Kamu ini kenapa bengong?" Ketus Lily yang melihat suaminya membisu. Eril tak menjawab ocehan dari istrinya itu. "Liat apa sih?" Lily kemudian berusaha untuk melihat ke arah rumah Sofia. Ia melihat mantan istri suaminya sedang bersama dengan dokter Reynard. "Ngapain sih liat-liat dia? Masih ada rasa kamu?" Lily menatap dengan penuh penasaran. "Punya rasa atau engga bukan urusan kamu!" Jawab Eril dengan dingin kemudian duduk di kursi yang ada di teras rumah adiknya. "Kayanya Mega ke rumah ibu. Rumah ini kosong!" Beri tahu Lily sekaligus mengalihkan topik karena enggan bertengkar dengan Eril. Mereka belum tahu prahara apa yang tengah melanda keluarga besarnya. "Asisten rumah tangganya engga ada?" Tanya Eril memastikan. "Engga ada." "Ya udah hayu kita pulang!" Eril bangkit dari duduknya setelah melihat mobil Reynard meninggalkan kediaman rumah Sofia. Suami istri itu kemudian masuk ke dalam mobil untuk pulang ke rumah Bu Laksmi. Sofia yang melihat Eril dan Lily masuk ke dal
Hartanto, Rahman, dan Sri yang baru saja pulang dari luar kota tersenyum saat melihat Sofia yang sudah memasak untuk menyambut kepulangan mereka. Ada rasa kebahagiaan yang menyeruak dalam dada Hartanto. Bertahun-tahun ia hidup sendiri karena ditinggal oleh sang istri untuk selamanya. Kini dirinya tak kesepian lagi sejak dirinya menerima keadaan dengan berdamai bersama sang putra. Kebahagiaan mulai dirasakan kala Rahman membawa istri dan anaknya. Apalagi Sofia, cucu Hartanto itu seakan terus memberikan kebahagiaan untuknya. Sofia adalah wanita yang manis dan baik hati, bahkan Sofia selalu memperhatikan dirinya ketika lupa meminum vitamin atau melewatkan sarapan. Hartanto yang baru saja membersihkan diri itu duduk di kursi meja makan, disusul dengan Sri dan Rahman. Beberapa hari ini mereka bertiga begitu sibuk terbang keluar kota untuk mengurus beberapa tender dan bertemu dengan investor. "Kakek, ayah, ibu? Cicipi masakanku ya! Kalau ada yang tidak pas, tolong beritahu! Biar nanti
Bu Laksmi pun menatap nanar ke arah televisi. Ia merutuki kebodohannya di masa lalu. Andai saja dirinya memperlakukan Sofia dengan baik pasti saat ini putranya menjadi cucu seorang konglomerat. Lily pun menatap Bu Laksmi dengan tatapan tidak suka. Ia benci kala keluarga suaminya seperti menyayangkan perpisahan Eril dan Sofia. "Jadi, sekarang rencana kalian apa?" Lily berusaha mengalihkan topik agar Sofia tidak menjadi pusat perhatian lagi. Lily menatap satu persatu orang-orang yang ada di ruang keluarga. Mega terduduk dengan tatapan kosong. Mata wanita itu terlihat sangat bengkak. Air mata masih terjatuh di matanya. Tak ada yang menyahuti pertanyaan dari Lily. Eril dan Bu Laksmi pun terlihat diam dan sibuk dengan pikirannya. Semuanya tampak bungkam. Eril masih syok dengan kabar buruk yang diberikan oleh Bu Laksmi. Rizal pun belum pulang setelah kepergiannya tadi. Bu Laksmi tidak tahu ke mana putra keduanya itu pergi. Ia cukup khawatir mengingat keadaan Rizal yang tengah kalut dan ka
Daffa membawa Delia untuk pulang ke rumah Bu Laksmi. Pria itu mengabari istrinya jika ia salah melihat jadwal terbangnya dan akan pulang bersama Delia yang kebetulan menjadi crew di pesawatnya. Mega sempat mengirimkan pesan bahwa semua keluarga Bu Laksmi berkumpul di rumahnya untuk menyambut kepulangan mereka. Daffa pun senang. Dalam hati ia berjanji akan lebih memperhatikan Mega.Daffa mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Tubuhnya terasa lelah karena perjalanan yang menguras tenaganya. Sedangkan Delia, wanita itu duduk di samping Daffa dengan wajah yang masih berderai air mata. Wanita cantik itu begitu menyesali mengapa ia menjadi wanita bodoh yang terbuai oleh kata-kata manis pria buaya yang ada disampingnya kini."Hentikan tangisanmu! Aku muak melihat air matamu itu!" Desis Daffa dengan tatapan tajam. Sesekali ia melirik Delia yang sedang duduk di sampingnya. Setelah mereguk manisnya madu Delia, Daffa membuangnya begitu saja bak sampah tak berguna. "Kamu keterlaluan,
"Mengapa kamu yang menampar adikku, hah?" Intan tidak tahan. Ia berdiri dan menatap Delia dengan tatapan nyalang. "Harusnya adikku yang menampar wajah busukmu itu! Manusia gila mana yang selingkuh dengan iparnya sendiri?" Intan menunjuk wajah Delia. "Tidak usah ikut campur urusanku, Kak. Apa bedanya dengan dirimu? Kau pun seorang penjilat! Menjilat keluarga ini demi keuntungan materi!!" Delia menatap Intan dengan beringas, walau air mata masih menitik di matanya. "Kita berbeda, hey pel*cur!! Ah tidak, kau lebih rendah dari itu. Pel*cur masih dibayar, tapi kau? Kau hanya di nikmati dengan gratisan! Haha!!" Intan menatap Delia tak kalah sengit. Hati Delia sangat sakit mendengar ucapan Intan. "Peselingkuh memang selalu playing victim. Merasa dirinya korban. Jika memang kau memiliki uneg-uneg, mengapa tidak kau langsung katakan padaku??" Teriak Rizal. Lava kemarahan begitu mendidih dalam dirinya. "Apa aku pernah menyakitimu? Apa aku pernah memperlakulanmu dengan buruk? Walau aku meng
Berbalik dengan keluarga Eril, Reynard kini tengah dilanda kebahagiaan yang nyata. Pria itu sedang tersenyum sendiri di dalam kamarnya. Pria tampan itu sangat bahagia hari ini. Bagaimana tidak, kemarin keluarganya bersilaturahmi ke kediaman Sofia, Rahman dan Hartanto menyambut baik kedatangan mereka dengan hangat. Dari acara silaturahmi itu keputusan pun dibuat. Satu minggu lagi acara lamaran Reynard dan Sofia akan dilangsungkan. "Kak?" Melisa sang adik memanggil Reynard dengan sedikit keras, membuat pria bertubuh atletis itu sedikit tersentak. "Ada apa, Mel? Kamu ngagetin Kakak tahu gak?" Gerutu Reynard pada adik bungsunya itu. "Ish! Orang jatuh cinta emang beda ya? Ngelamun terus, berkhayal terus. Sampe aku panggil-panggil gak nyaut. Hati-hati jadi gila, Kak!" Ejek Melisa dengan senyuman menggoda. Melisa adalah anak bungsu dari Dokter Ali dan Ghina. Gadis itu masih mengenyam pendidikannya di jurusan kedokteran. Melisa adalah anak ketiga setelah Reynard dan Rangga. Ia begitu baha
Hubungan Nareswari dan Rizal semakin akrab. Mereka tak segan untuk saling menyapa jika berpapasan di area kos. Rizal juga sering sarapan bersama penghuni kost yang lain, menjadikan hubungan kekeluargaan mereka kian erat. Ada kekaguman yang Nareswari simpan pada dokter gigi itu. Apalagi rupa Rizal yang menawan, membuat wanita yang melihat mudah untuk jatuh hati. Belum lagi sikap Rizal yang dingin dan sedikit misterius membuat Nareswari seolah penasaran dengan pria itu. Pasalnya Rizal tampak menjaga jarak dengan lawan jenis. Entah apa yang salah, tapi Nareswari melihat Rizal seolah menghindari berduaan dengan lawan jenis, kecuali dengan dirinya. Mungkin hanya Nareswari yang bisa berbicara dan mengobrol dengan pria itu. Mungkin Nareswari pernah menjadi pasien dokter gigi itu kala di pulau Jawa hingga membuat Rizal tak sungkan untuk mengobrol."Bentar lagi siap nih!" Ucap Rima yang sedang berjibaku dengan kompor mini yang ada di dalam kamar.Nareswari dan Rima sedang bersiap menikmati s
Empat hari Sofia dan Reynard menghabiskan waktunya di Negara Swiss. Kini mereka meneruskan honeymoon mereka ke negara Finlandia. Sofia ingin sekali melihat aurora, pun dengan Reynard yang belum pernah melihat aurora secara langsung. Udara di Levi, Finlandia minus tujuh belas derajat menyambut kedatangan mereka. Tubuh Sofia terasa sangat dingin, namun Sofia tetap senang karena impiannya melihat Aurora di Finlandia segera terwujud. Mereka sampai di lokasi jam delapan malam. Beruntung staff masih ready dan belum pulang, karena biasanya staff di sana akan berjaga sampai jam sembilan malam. Para staff hotel segera menyambut kedatangan Reynard dan Sofia dengan membawa koper-koper mereka dengan kereta salju. Begitu pun Reynard dan Sofia yang menaiki kereta itu karena jarak hotel lumayan jauh dari titik mereka berada. "Sayang, lihat! Bulu mataku membeku!" Seru Reynard, Sofia pun memperhatikan bulu mata suaminya itu. Benar saja, bulu mata Reynard membeku. "Iya, sayang! Lihat bulu mataku jug
Perjalanan bulan madu Sofia dan Reynard di mulai. Setelah hari pertama dan kedua Reynard mengunci Sofia di dalam kamar hotel saja. Pria itu selalu meminta haknya pada sang istri hingga mereka lupa untuk sekedar pergi berjalan-jalan. Mungkin udara yang sangat dingin, menjadi alasan Reynard menahan Sofia di dalam kamar yang bernuansa krem itu. "Sayang, hari ini kita harus jalan-jalan. Aku bosan di kamar terus!" Rengek Sofia bak anak kecil. "Iya, sayang. Ayo kita ke Blausee!" Reynard mengiyakan, spontan wajah Sofia yang ditekuk mendadak riang."Kenapa tidak dari kemarin sih?" Bibir wanita cantik itu mencucu. "Aku hanya sedang mengabulkan keinginan keluarga kita," seloroh Reynard blak-blakan. "Keinginan apa?" Sofia belum ngeuh dengan maksud sang suami. "Keinginan agar kita pulang membawa cucu," "Ish, alasan!" Sofia segera memakai mantel dan syalnya yang sangat hangat.Wanita itu kemudian menunggu sang suami di dekat pintu. Takut-takut jika Reynard akan kembali mengurungnya di kamar
Lily yang sudah pergi dari kontrakan Eril kini pulang ke rumah kediaman orang tuanya. Walau sempat menolak, tapi nyatanya Tika dan Jamal pun iba melihat kondisi Lily yang sudah tak terurus dan sebatang kara.Terlebih Lily bercerita jika dirinya diusir oleh Eril karena ia tak mau mengurus dan menyusui anak mereka."Lagian kenapa engga kamu bawa anakmu ke sini, Ly?" Tanya Tika, sang ibu."Bu, memangnya kalau si Lily bawa anaknya, ibu mau ngurus tuh bayi?" Tanya Jamal dengan wajah senewen."Ya enggalah, Pak. Ibu kan kerja di desa. Mana bisa ngurus bayi," Tika menjawab dengan gugup."Nah, kenapa ibu sok-sok an suruh si Lily bawa bayinya ke sini?" Tanya Jamal lagi yang tak mengerti dengan jalan pikiran Tika."Ya, kan biar di urus sama ibunya. Lily ada kan di sini dan gak kerja," Tika menatap Lily yang tengah duduk bersandar di atas sofa."Bu, aku engga mau ngurus anak itu. Aku udah ngandung dia selama sembilan bulan. Sekarang giliran bapaknya yang ngurus itu bayi. Aku cape, Bu. Aku lelah. A
Sofia dan Reynard kini berada di bandara internasional. Mereka akan berangkat bulan madu ke beberapa negara Eropa. Tentu sofia sangat senang, karena ini adalah pertama kalinya ia pergi ke luar negeri. Semua keluarga Reynard dan Sofia mengantarkan mereka ke bandara. "Pulangnya bawa bayi untuk kakek, Fia!" Goda Hartanto, membuat pipi Sofia bersemu merah. "Ya ampun, Kek! Kami hanya ingin jalan-jalan," Sofia mengerucutkan bibirnya, merajuk pada sang kakek. Sedangkan Reynard, ia hanya tersenyum mendengar perdebatan kecil antara kakek dan cucu itu."Hamil itu bonus, Fia! Ayah sama ibu pun ingin segera menimang cucu," Rahman terkekeh melihat ekspresi sang putri yang malu-malu. 'benar itu," Sri mengamini. "Sudah-sudah, jangan di godain terus! Kasihan pipi mereka. Sudah semerah tomat dari tadi," Dokter Ali menyahut yang diikuti gelak tawa oleh yang lainnya. Akhirnya keluarga Reynard dan Sofia melepas mereka untuk berbulan madu. Mereka berpamitan dan mendoakan pasangan pengantin itu segera
Paula pulang ke kediaman barunya yang kini ia huni bersama Rangga. Mereka memang langsung tinggal di rumah baru pasca menikah agar kedua keluarganya tak melihat kehidupan pernikahan mereka yang dingin dan tak akur. Wanita itu melepas jas putih yang masih menempel pada tubuhnya. Paula amat letih. Bagaimana tidak, hari ini pasien begitu membeludak karena Reynard sudah mengambil cuti. Otomatis pasien Reynard pun memilih untuk berkonsultasi dengannya. Paula memejamkan matanya. Tak menyangka bila kini ia sudah berumah tangga dengan pria yang tak pernah ia bayangkan sama sekali. Terlebih Paula amat tidak menyukai Rangga, pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Mata Paula memicing saat mendengar suara pintu dibuka. Rupanya sang suami pun sudah pulang ke rumah. Rangga melewati dirinya begitu saja, seolah tak melihat keberadaan dokter cantik itu di sana. Paula juga terlihat tak peduli dengan sikap ketus suaminya. Ia memejamkan matanya lagi, untuk sejenak melepas lelah dan penat. Akan te
Rizal dan Nareswari berada dalam satu bangunan kost yang sama. Kebanyakan yang menghuni kost an itu adalah para perantau dari Jawa. Rizal sendiri belum akrab dengan penghuni kost lain. Akan tetapi berbeda dengan Rizal, Nareswari tampaknya sudah cukup berbaur dengan teman-teman penghuni kost yang lain. Rizal yang memang baru pindah ke kost an itu memang belum mempunyai waktu yang cukup untuk bersosialisasi. Hal itu karena waktunya lebih banyak habis di puskesmas akhir-akhir ini. Pagi ini Rizal keluar dari kamarnya. Ia melirik dapur umum yang digunakan untuk memasak. Memang jika mereka ingin memasak harus bergantian di dapur umum karena kost an per orangnya hanya menyediakan kamar dan kamar mandi saja. "Ramai sekali!" Gumam Rizal saat melihat dapur umum itu tampak penuh dengan orang. Rizal mencium aroma sambel terasi, ikan asin dan tumis kangkung yang mengingatkannya akan rumah. Perut pria itu berbunyi minta untuk di isi. Maklum Rizal memang belum sarapan. Rencananya ia akan membe
Mega menatap jendela di ruang tamu, hatinya begitu gelisah saat sang suami belum juga pulang. Malam telah larut, namun tak menyurutkan Mega untuk menunggu kepulangan Daffa. Mega tersenyum getir saat melihat foto pernikahannya terpajang di tembok ruang tamu. Nyatanya kehidupan rumah tangganya sangat berbeda dengan pose dirinya dan Daffa yang begitu mesra saat di foto itu. Kehidupan Mega seakan tak menemui titik terang, semakin hari ia semakin jauh dari Daffa. Apalagi kini Daffa memilih untuk resign dari maskapai yang telah memperkerjakannya selama lima tahun. Mega melarang keras Daffa untuk resign dari sana. Namun, Daffa tak mendengarkan saran dan penolakan dari istrinya. Pria itu mantap untuk resign dan memasukan lamaran ke maskapai yang lebih terkenal dan menjanjikan. Setelah resign Daffa sering menghabiskan waktunya di luar. Tak ada waktu untuk Mega kini. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu seakan sibuk dengan dunia barunya. Tanpa Mega ketahui, Daffa kini sedang dimabuk
Eril mengacak rambutnya frustasi. Semenjak kepulangannya dari klinik bidan, Lily tak kunjung mau menyusui anak mereka yang diberi nama Renata Annida itu."ini bayi kamu lapar!!" Sentak Eril sekali lagi."Aku engga bisa nyusuin bayi itu, Er. Setiap kali aku netein dia, aku kaya mau ngelempar dia!!" Ucap Lily dengan wajahnya yang tanpa dosa."Gila ya kamu, Ly! Anak kamu kelaparan ini!! Kalau kamu engga mau ngurus dia, mending kamu pergi dari sini!! Dasar wanita engga guna!" Eril mengusir Lily.Eril sendiri kini sedang berusaha menenangkan bayinya yang sedang menangis kejer itu. Lily memang tidak mau menyusui bayinya dengan alasan dia terkena baby blues. "Cup cup, Nak!!" Eril memberikan susu di dalam dot yang sudah ia seduh tadi. Pria itu menyusui sang putri dengan cekatan. Eril juga sudah menghabiskan masa cutinya untuk mengurus bayinya itu. Padahal Lily hanya berkilah. Ia tidak mengalami baby blues sama sekali. Lily hanya tidak ingin p*yudaranya kendor karena menyusui Renata. Tujuan