Reynard menaruh ponsel di jas putihnya. Ia kemudian tersenyum sendiri. Ya, sore ini Reynard ada janji untuk jalan-jalan sore bersama Sofia. Sofia mengajak Reynard untuk makan es krim bersama di sebuah restoran ternama, kebetulan restoran itu buka sampai malam hari. Reynard tak sabar menunggu jam prakteknya habis, ia ingin segera pulang dan bertemu dengan kekasih tercinta. Seperti biasa Reynard membuka poliklinik, antrian pasien sangat banyak sekali. Dokter tampan itu sangat terkenal di kalangan wanita hamil. Dokter Reynard dikenal sebagai dokter yang cekatan, nyaman berkonsultasi, dan tentunya banyak feedback positif saat dia melakukan tindakan operasi. Banyaknya antrian pasien tak menyurutkan semangat Reynard. Dokter muda itu tak terlihat lelah walau dari pagi harus melakukan visit ke ruangan pasien disambung siang sampai sore yang membuka poliklinik. Ketika istirahat shalat ashar, Reynard membuka ponselnya. Ia tersenyum saat membaca pesan dari Sofia. "Rey, aku sudah di restoran.
"Kamu ini kenapa bengong?" Ketus Lily yang melihat suaminya membisu. Eril tak menjawab ocehan dari istrinya itu. "Liat apa sih?" Lily kemudian berusaha untuk melihat ke arah rumah Sofia. Ia melihat mantan istri suaminya sedang bersama dengan dokter Reynard. "Ngapain sih liat-liat dia? Masih ada rasa kamu?" Lily menatap dengan penuh penasaran. "Punya rasa atau engga bukan urusan kamu!" Jawab Eril dengan dingin kemudian duduk di kursi yang ada di teras rumah adiknya. "Kayanya Mega ke rumah ibu. Rumah ini kosong!" Beri tahu Lily sekaligus mengalihkan topik karena enggan bertengkar dengan Eril. Mereka belum tahu prahara apa yang tengah melanda keluarga besarnya. "Asisten rumah tangganya engga ada?" Tanya Eril memastikan. "Engga ada." "Ya udah hayu kita pulang!" Eril bangkit dari duduknya setelah melihat mobil Reynard meninggalkan kediaman rumah Sofia. Suami istri itu kemudian masuk ke dalam mobil untuk pulang ke rumah Bu Laksmi. Sofia yang melihat Eril dan Lily masuk ke dal
Hartanto, Rahman, dan Sri yang baru saja pulang dari luar kota tersenyum saat melihat Sofia yang sudah memasak untuk menyambut kepulangan mereka. Ada rasa kebahagiaan yang menyeruak dalam dada Hartanto. Bertahun-tahun ia hidup sendiri karena ditinggal oleh sang istri untuk selamanya. Kini dirinya tak kesepian lagi sejak dirinya menerima keadaan dengan berdamai bersama sang putra. Kebahagiaan mulai dirasakan kala Rahman membawa istri dan anaknya. Apalagi Sofia, cucu Hartanto itu seakan terus memberikan kebahagiaan untuknya. Sofia adalah wanita yang manis dan baik hati, bahkan Sofia selalu memperhatikan dirinya ketika lupa meminum vitamin atau melewatkan sarapan. Hartanto yang baru saja membersihkan diri itu duduk di kursi meja makan, disusul dengan Sri dan Rahman. Beberapa hari ini mereka bertiga begitu sibuk terbang keluar kota untuk mengurus beberapa tender dan bertemu dengan investor. "Kakek, ayah, ibu? Cicipi masakanku ya! Kalau ada yang tidak pas, tolong beritahu! Biar nanti
Bu Laksmi pun menatap nanar ke arah televisi. Ia merutuki kebodohannya di masa lalu. Andai saja dirinya memperlakukan Sofia dengan baik pasti saat ini putranya menjadi cucu seorang konglomerat. Lily pun menatap Bu Laksmi dengan tatapan tidak suka. Ia benci kala keluarga suaminya seperti menyayangkan perpisahan Eril dan Sofia. "Jadi, sekarang rencana kalian apa?" Lily berusaha mengalihkan topik agar Sofia tidak menjadi pusat perhatian lagi. Lily menatap satu persatu orang-orang yang ada di ruang keluarga. Mega terduduk dengan tatapan kosong. Mata wanita itu terlihat sangat bengkak. Air mata masih terjatuh di matanya. Tak ada yang menyahuti pertanyaan dari Lily. Eril dan Bu Laksmi pun terlihat diam dan sibuk dengan pikirannya. Semuanya tampak bungkam. Eril masih syok dengan kabar buruk yang diberikan oleh Bu Laksmi. Rizal pun belum pulang setelah kepergiannya tadi. Bu Laksmi tidak tahu ke mana putra keduanya itu pergi. Ia cukup khawatir mengingat keadaan Rizal yang tengah kalut dan ka
Daffa membawa Delia untuk pulang ke rumah Bu Laksmi. Pria itu mengabari istrinya jika ia salah melihat jadwal terbangnya dan akan pulang bersama Delia yang kebetulan menjadi crew di pesawatnya. Mega sempat mengirimkan pesan bahwa semua keluarga Bu Laksmi berkumpul di rumahnya untuk menyambut kepulangan mereka. Daffa pun senang. Dalam hati ia berjanji akan lebih memperhatikan Mega.Daffa mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Tubuhnya terasa lelah karena perjalanan yang menguras tenaganya. Sedangkan Delia, wanita itu duduk di samping Daffa dengan wajah yang masih berderai air mata. Wanita cantik itu begitu menyesali mengapa ia menjadi wanita bodoh yang terbuai oleh kata-kata manis pria buaya yang ada disampingnya kini."Hentikan tangisanmu! Aku muak melihat air matamu itu!" Desis Daffa dengan tatapan tajam. Sesekali ia melirik Delia yang sedang duduk di sampingnya. Setelah mereguk manisnya madu Delia, Daffa membuangnya begitu saja bak sampah tak berguna. "Kamu keterlaluan,
"Mengapa kamu yang menampar adikku, hah?" Intan tidak tahan. Ia berdiri dan menatap Delia dengan tatapan nyalang. "Harusnya adikku yang menampar wajah busukmu itu! Manusia gila mana yang selingkuh dengan iparnya sendiri?" Intan menunjuk wajah Delia. "Tidak usah ikut campur urusanku, Kak. Apa bedanya dengan dirimu? Kau pun seorang penjilat! Menjilat keluarga ini demi keuntungan materi!!" Delia menatap Intan dengan beringas, walau air mata masih menitik di matanya. "Kita berbeda, hey pel*cur!! Ah tidak, kau lebih rendah dari itu. Pel*cur masih dibayar, tapi kau? Kau hanya di nikmati dengan gratisan! Haha!!" Intan menatap Delia tak kalah sengit. Hati Delia sangat sakit mendengar ucapan Intan. "Peselingkuh memang selalu playing victim. Merasa dirinya korban. Jika memang kau memiliki uneg-uneg, mengapa tidak kau langsung katakan padaku??" Teriak Rizal. Lava kemarahan begitu mendidih dalam dirinya. "Apa aku pernah menyakitimu? Apa aku pernah memperlakulanmu dengan buruk? Walau aku meng
Berbalik dengan keluarga Eril, Reynard kini tengah dilanda kebahagiaan yang nyata. Pria itu sedang tersenyum sendiri di dalam kamarnya. Pria tampan itu sangat bahagia hari ini. Bagaimana tidak, kemarin keluarganya bersilaturahmi ke kediaman Sofia, Rahman dan Hartanto menyambut baik kedatangan mereka dengan hangat. Dari acara silaturahmi itu keputusan pun dibuat. Satu minggu lagi acara lamaran Reynard dan Sofia akan dilangsungkan. "Kak?" Melisa sang adik memanggil Reynard dengan sedikit keras, membuat pria bertubuh atletis itu sedikit tersentak. "Ada apa, Mel? Kamu ngagetin Kakak tahu gak?" Gerutu Reynard pada adik bungsunya itu. "Ish! Orang jatuh cinta emang beda ya? Ngelamun terus, berkhayal terus. Sampe aku panggil-panggil gak nyaut. Hati-hati jadi gila, Kak!" Ejek Melisa dengan senyuman menggoda. Melisa adalah anak bungsu dari Dokter Ali dan Ghina. Gadis itu masih mengenyam pendidikannya di jurusan kedokteran. Melisa adalah anak ketiga setelah Reynard dan Rangga. Ia begitu baha
Masih di kediaman Bu Laksmi.... "Istrimu yang harus dienyahkan dari keluarga kita, bukan Daffa!!" Bu Laksmi kini bersuara. "Iya, dia yang menggodaku lebih dulu! Dia yang menawarkan tubuhnya padaku. Kucing tidak akan menolak diberikan ikan kan?" ucap Daffa dengan wajah yang sudah babak belur sembari menyender lemah di pelukan sang istri. "Jangan pernah melemparkan satu kesalahan yang telah dibuat bersama kepada salah satu pihak! Kalian tidak ada bedanya! Sama-sama pengkhianat, sama sama pezina!" Rizal menjawab dengan nyalang. Ia maju, ingin menghajar Daffa kembali. Akan tetapi, Dicky menahannya. "Dengarkan aku, Kak Rizal!" Di sisa-sisa tenaganya, Daffa masih mencari alasan untuk menyelamatkan dirinya dan melimpahkan semua kesalahan pada Delia. "Jangan panggil namaku dengan mulut kotormu itu!!' Desis Rizal dengan aura yang begitu menyeramkan. Delia menatap wajah suaminya dengan isak tangis. Sekian hidup bersama, ia baru melihat kemarahan nyata dari Rizal. "Aku tidak berbohong, di