Pagi hari Mega sudah siap-siap berangkat menuju puskesmas, tempatnya bekerja. Terlihat Daffa masih sangat sibuk dengan game online di tangannya. Mega geram, ia tak mungkin membiarkan sang suami terus seenaknya padanya. "Mas!" Panggilnya. Namun Daffa tak menoleh, ia masih anteng dengan gadgetnya itu. Karena tak ada jawaban, Mega mengambil ponsel dari tangan Daffa. Daffa terkejut melihat aksi mega, ia menautkan kedua alisnya. Karena menurutnya tingkah Mega itu sangat tidak sopan. "Apa-apaan kamu ini, Mega? Kembalikan cepat! Aku sedang mabar," bentak Daffa, namun Mega tak mengindahkan perintah Daffa. Mega menyembunyikan ponsel itu di punggungnya. "Cepat nanti aku afk!" Hardiknya lagi. "Kamu yang apa-apaan, Mas? Seharian selalu saja kamu sibuk main game online. Sampe kamu lupa istri kamu ini sedang hamil dan butuh perhatian dari suami!" Ucap Mega dengan nada tinggi. "Aku bosan dan setres. Masih bagus aku bermain game online dan tidak bermain wanita," kelakar Daffa tanpa dosany
Intan dan Dicky mulai membuat strategi untuk mengetahui bagaimana baby sitter yang mereka pekerjakan mengasuh anak mereka. Intan dan Dicky menaruh CCTV pada tempat yang tidak bisa Siska lihat. Tepatnya di dalam kamar sang anak. Selesai memasang kamera tersembunyi, Intan dan Dicky bekerja seperti biasa ke kantor. Sebelum berangkat, Intan memandang wajah kedua anaknya bergantian. Entah mengapa ada perasaan berat meninggalkan keduanya hari ini. Dicky pun sama. Ia seperti enggan pergi ke kantor hari ini. Akan tetapi, bagaimana pun mereka harus pergi bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan hidup mereka. "Arsya dan Arsyi baik-baik ya sama Sus Siska?" Intan berjongkok di hadapan kedua anaknya. Arsya dan Arsyi hanya mengangguk lemah. Rizal benar, kedua anaknya kini memang terlihat berbeda. Mereka cenderung menjadi pendiam dan selalu berwajah murung. "Kenapa engga jawab, Nak?" Dicky ikut berjongkok di depan kedua anaknya. "Arsya dan Arsyi pasti anteng main sama Sus Siska ya?" Siska
Hari Minggu, adalah hari yang dipilih oleh dua keluarga untuk membicarakan rencana mereka. Dua keluarga itu adalah keluarga Dokter Ali dan Dokter Bagus. Sesuai janjinya, Dokter Ali mendatangi rumah teman sejawatnya itu setelah pernikahan Reynard telah dilaksanakan. Dokter Ali memboyong semua keluarganya, kecuali Reynard. Suami dari Sofia itu berhalangan hadir karena sibuknya jadwal praktek yang tak bisa ia tinggalkan. Jadilah Dokter Ali membawa Istrinya. Ghina, dan putranya Rangga. Sedangkan putri bungsunya, Melisa. Gadis cantik itu tak hadir karena tak setuju dengan keputusan sang ayah. Melisa tak pernah percaya bahwa Rangga berlaku demikian. Ia yakin, Paula dan Dokter Bagus dalang di balik ini semua. Kedatangan keluarga Dokter Ali disambut dengan hangat oleh keluarga Dokter Bagus. Bahkan kedua kakak laki-laki Paula yang di luar negeri datang hanya untuk menyaksikan rencana pernikahan adik bungsunya itu. Kedua keluarga itu telah duduk saling berhadapan di ruang tamu yang bernuan
Setelah puas berpamitan pada teman-teman sejawatnya, Rizal mendatangi kontrakan sang adik. Tujuannya adalah ingin berpamitan pada Eril. Rizal sudah menimbang-nimbang, hanya Eril yang akan ia datangi. Rizal belum siap jika harus bertemu dengan Mega, terlebih dengan Daffa. Luka itu masih saja terpatri di hatinya walau Rizal sudah berusaha untuk ikhlas atas semua yang terjadi. Untuk Bu Laksmi sendiri, Rizal sudah mentransfer uang senilai 50 juta pada sang ibu. Bagaimana pun Rizal tak akan tenang meninggalkan sang ibu yang kini bak sebatang kara diacuhkan oleh anak-anaknya. Rizal tak sampai hati bila rumah masa kecil mereka di sita bank jika sang ibu tak bisa melunasi sisa pembayaran yang tinggal dua bulan lagi saja. Setidaknya hati Rizal akan tenang karena sang ibu mempunyai pegangan. Akan tetapi, Rizal juga tak ingin dimanfaatkan oleh sang ibu seperti sebelum-sebelumnya. Rizal hanya akan memberi uang jika itu untuk urusan genting saja. Mobil Rizal kini terparkir di halaman kontrakan E
Sudah beberapa bulan ini Delia tak ada kegiatan yang bisa membuat otaknya segar. Wanita itu masih asyik merenungi kesalahannya. apalagi ia diberikan sanksi dengan pelarangan terbang selama beberapa bulan. Setiap hari ia selalu sibuk menikmati rasa penyesalannya kepada sang mantan suami. Tiada teman membuat hatinya dilanda kesepian dan juga stres. Sering kali kesedihan Delia ia ungkapkan dengan membuat sebuah konten. Namun naas, bukannya kasihan, warganet justru membully Delia habis-habisan. Hal itu membuat mental Delia semakin terpuruk. Delia kini sedang merebahkan tubuhnya di sebuah ranjang yang bernuansa gold. Air matanya tak lagi keluar, ia sudah cukup lelah menangis, meratapi penyesalannya yang tak berujung. Bahkan tangisannya tak mampu menyentuh hati Rizal untuk kembali padanya. Sebuah pencetan bell mengalihkan perhatiannya. Dengan malas Delia bangkit dari posisi tidurannya. Ia mengira itu adalah tukang laundry yang biasa mengantarkan pakaiannya atau ojek online karena ia sed
Seorang wanita dengan cekatan menata masakan buatannya di meja makan. Wanita itu bernama Sofia. Sofia membuat nasi goreng dengan telur ceplok. Wanita berusia 26 tahun itu harus berhemat agar uang bulanan yang diberikan suaminya cukup sampai gajian nanti. Suaminya yang bernama Chaeril Prayoga atau yang kerap di sapa Eril keluar dengan setelan santai. Pria itu terlihat tampan. Ditambah postur tubuhnya yang tinggi membuat penampilannya kian mempesona. Sofia mengernyit heran menatap pakaian yang tak biasa dari suaminya. Biasanya sang suami akan mengenakan setelan formal karena ini masih hari kerja. Sofia menahan pertanyaannya saat Eril mendudukan dirinya di kursi makan yang ada di hadapannya. "Telur lagi?" Eril berdecak kesal saat membuka tudung saji. "Iya, Mas. Hanya nasi goreng dan telur saja. Uang belanjaku sisa seratus ribu lagi, Mas," jawab Sofia dengan jujur. "Uang segitu banyak kok. Uang bulanan engga besar, tapi di tangan istri yang tepat bisa jadi makanan enak. Bisa bisulan
Akad nikah sebentar lagi akan dilaksanakan. Semua keluarga berkumpul di halaman depan rumah Bu Laksmi yang telah di dekor dengan sangat mewah. Sebetulnya Mega ingin menikah di gedung besar, tapi karena alasan Bu Laksmi ingin semua tetangga menyaksikan pernikahan Mega, akhirnya Mega berbesar hati untuk mengadakan resepsi pernikahan di halaman rumah ibunya yang sangat luas. Calon suami Mega pun tidak mempermasalahkan karena nantinya mereka akan melaksanakan resepsi kedua di kediaman calon suami Mega di Yogyakarta. "Kamu kenapa engga pake seragam?" Tante dari Eril mendekat pada Sofia yang tampak berbeda dari outfit keluarga lainnya."Dia lagi hamil. Jadi, baju yang kita jaitin engga muat!" Jawab Bu Laksmi cepat yang mendengar pertanyaan dari adiknya."Oh," Tante dari Eril itu hanya membulatkan bibirnya, lalu bergegas pergi untuk mengambil kendi yang telah diisi uang untuk acara saweran nanti.Sofia menundukan wajahnya. Ia memilin jarinya sendiri. Berada di tengah keramaian, tapi dirinya
Sofia menghembuskan nafasnya gusar. Ia sudah tahu pasti Bu Laksmi akan menolak memberikan surat mas kawin itu padanya. Sofia berusaha menutup telinga ketika Bu Laksmi mengomelinya dengan hardikan dan sumpah serapah yang memekikan telinga. Sakit hati? Tentu saja. Namun Sofia sudah biasa dengan makian mertuanya itu. Hingga ia hanya bisa memendam amarah dan sakit hatinya di dalam hati saja."Dokter bilang janin Sofia kini posisinya sungsang dan plasentanya ada di bawah. Jadi, kata dokter Sofia harus rajin USG. Sekarang Sofia gak punya uang lagi buat USG. Tolong ibu kasih suratnya ya, Bu! Toh Sofia meminta hak Sofia kan, Bu?" Sofia menyahut, ia tak tahan lagi jika harus diam saja. "Gini nih kalau punya istri engga berpenghasilan. Apa-apa minta ke suami," Laksmi mencak-mencak, amarahnya berkobar karena Sofia berani menjawab omelannya. "Sudahlah, Bu. Berikan saja suratnya! Memang itu sudah hak Sofia kan, Bu?" Bela Eril terhadap istrinya, ia sangat pusing dengan ibu dan Istrinya yang tidak