Sofia masih setia menunggu Reynard pulang, wanita cantik itu melirik jam dinding. Sudah pukul sembilan malam, tapi Reynard belum juga sampai ke rumah. Sofia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas, ia mengirimkan chat ke nomor suaminya. Namun, Reynard tak juga membaca dan membalas pesan itu. Tak putus asa, Sofia pun menelepon nomor sang suami. Tapi nihil, panggilan itu terus saja berdering dan tak diangkat oleh si empu nomor. "Kemana kamu, Rey?" Resah Sofia, hatinya begitu mencemaskan Reynard. Sofia tak berpindah sedikit pun dari tempat duduknya, ia tetap menunggu Reynard di ruang keluarga. Tak ada yang menemaninya, karena kedua pembantunya sudah pamit untuk istirahat ke dalam kamar mereka masing-masing. Setelah menikah dengan Sofia, Reynard mengubah jam prakteknya di rumah sakit. Jika saat lajang jam prakteknya berakhir pukul sembilan malam. Namun, tidak dengan sekarang. Reynard mengganti jadwalnya siang sampai sore. Jadi, Maghrib Reynard sudah ada di rumah menemani
Rizal termenung di dalam mobilnya. Pikirannya begitu kalut tentang kedua keponakannya. Dicky memang baru menghubungi dirinya terkait apa yang terjadi pada Arsya dan Arsyi. Rizal bergegas segera ke rumah sakit yang kakaknya sebutkan. Tangannya mengepal erat mengingat apa yang terjadi pada kedua keponakannya. "Sudah aku duga," Rizal bergumam sembari mengingat dirinya yang beberapa kali memergoki kejanggalan pada sikap kedua keponakannya. Sesampainya di rumah sakit, Rizal berlari ke arah instalasi gawat darurat. Ia melihat kakaknya sedang duduk termenung dengan wajah yang sembab dan penampilan yang berantakan. "Mana Arsya dan Arsyi?" Tanya Rizal tak berbasa-basi. "Mereka sedang ditolong oleh tim medis," jawab Dicky dengan suara parau. "Kak Intan?" Rizal menanyakan keberadaan sang kakak ipar karena tak terlihat Intan ada di sana. "Sedang ditolong dokter. Tadi dia pingsan," timpal Dicky. "Sebenarnya apa yang dilakukan oleh baby sitter itu, Kak?" Tanya Rizal. Ia memang belum meliha
Seminggu sudah penganiayaan yang terjadi pada Arsya dan Arsyi mencuat di media sosial. Intan dan Dicku sampai cuti dari pekerjaannya karena ingin mendampingi pemulihan anak-anaknya. Untuk baby sitter itu sendiri sudah diamankan oleh pihak kepolisian dan tinggal menjalani proses hukum yang berlaku. Mental Intan juga terguncang karena komentar netizen yang menyalahkan dirinya karena meninggalkan anak bekerja. Intan cukup tertekan membaca semua komentar yang ditujukan padanya. "Padahal lakinya udah jadi pegawai negeri, mending temenin anak aja sih bukannya ikut kerja cari duit,," komentar warganet yang Intan baca, membuatnya semakin berkecil hati menjadi seorang ibu. "Milih anak disiksa dari pada resign dari kerjaan," komentar itu di amini warganet lain. "Ya gitu deh, kalau aku mending jadi ibu rumah tangga full di rumah nemenin anak-anak. Kalau sama emaknya engga mungkin kan ada kejadian di siksa gitu," komentar lainnya yang membuat Intan semakin menyalahkan dirinya sendiri."Sayang
Flashback.... Begitu Bu Laksmi sadar, para warga langsung bahu membahu memapah tubuh Bu Laksmi menuju mobil mewah milik Sofia. Sofia tak berhenti mengkhawatirkan kondisi mantan mertuanya itu. Bu Laksmi berjalan dengan tatapan kosong. "Bu, ibu yang sabar ya, aku turut prihatin dengan musibah yang menimpa ibu," Sofia menatap mantan mertuanya itu dengan tatapan iba. Tak bisa dipungkiri rasa sakit hatinya masih tersimpan di relung hatinya yang paling dalam, karena jika melihat Eril dan Bu Laksmi, Sofia langsung teringat dengan putranya yang telah tiada. Namun, ia pun tak bisa menyimpan rasa sakit hati itu cukup lama. Sofia memilih untuk berdamai dengan masa lalu. Tak ada gunanya ia terus menyimpan sebuah kekecewaan terlalu lama. "Emas ibu, Sofia! Emas itu raib. Padahal ibu akan menjualnya untuk membeli kebutuhan dapur," Bu Laksmi terisak lagi, suaranya bergetar karena tangisnya yang belum kunjung mereda. "Semua anak ibu sudah meninggalkan ibu, Ibu hidup sendiri sekarang Sofia.
Pagi sekali Sofia sudah berkutat di dapur untuk membuat sarapan. Ia pun melebihkan masakannya untuk dibawa ke kantor ayahnya. Sofia sangat tahu hari ini adalah peresmian kantor cabang perusahaan ayah dan kakeknya. Maka dari itu Sofia akan memasak masakan yang spesial untuk Reynard dan keluarga kecilnya. Belum lagi keluarga Reynard memberitahukan bahwa mereka akan berkunjung ke rumah Sofia dan Reynard. Sofia menolak untuk dibantu para pelayan di rumahnya. Ia lebih senang membuat sarapan dan bekal dengan tangannya. Sofia memang hobi memasak. Apalagi sekarang bakat memasaknya sangat terasah karena banyaknya variasi makanan yang telah ia coba buat. Jika dulu saat bersama Eril Sofia terkekang oleh dana untuk membuat bahan baku, kini Sofia bebas membeli apa saja dengan uang nafkah dari Reynard. Reynard memberikan beberapa buah kartu, ia pun memberikan uang belanja pada Sofia yang sangat besar. Saat sedang asyik memasak tiba-tiba saja ada tangan kekar yang memeluk pinggangnya dari belakan
Lily sudah tak tahan lagi dengan watak Eril, pria bernama Chaeril Prayoga itu bersikap sangat kejam padanya. Selain memaksa melakukan pekerjaan rumah, Lily pun diberi nafkah dengan sangat tak layak oleh Eril. Lily kini diberikan jatah yang sangat minim pula. Uang itu hanya cukup membeli beras dan telur saja, atau sayuran yang bisa di oseng. Hati wanita mana yang akan kuat jika berada di posisi Lily. Setiap hari libur Eril memilih untuk makan malam di luar atau memesan go food hanya untuk dirinya saja tanpa membelikan Lily. Wanita itu hanya menelan ludah memperhatikan sang suami yang tengah lahap memakan makanan yang ia pesan . Hidup Lily sangat tersiksa ketika hidup bersama Eril. Lily yang notabene nya sudah hidup senang dari sejak kecil kini merasakan perubahan gaya hidup yang luar biasa berbeda. Lily seorang anak kades selalu dimanjakan oleh Jamal dan Tika. Wanita itu selalu mendapatkan apa yang ia mau. Sayang sekali, karena ambisinya merebut Eril dari sisi Sofia malah menghanta
Setelah melihat berita viral tentang cucunya, Bu Laksmi segera bersiap-siap untuk pergi untuk melihat keadaan kedua cucunya itu. Dia menyetop ojek untuk menemui Arsya dan Arsyi. Beruntung perumahan Dicky tak terlalu jauh. Berkali-kali Bu Laksmi meremas tangannya. Rasa khawatir dan gugup hinggap di hatinya begitu saja. Ada sebuah penyesalan, mengapa dulu ia mendengarkan Mega untuk berhenti mengasuh Arsha dan Arshy. "Maafkan Nenek ya, Arsha, Arshy? Gara-gara ulah Nenek, kalian menjadi seperti ini," lirih Bu Laksmi dengan suara bergetar. Entah mengapa setelah ucapan Sofia waktu itu, ucapan wanita cantik itu begitu membekas di hati Bu Laksmi Memang tak seharusnya Bu Laksmi selalu membela Mega dibanding anak yang lain. Apalagi sampai saat ini Mega dan Daffa tak ada mengunjunginya sama sekali. Tak ada rasa peduli dan kasih sayang sedikit pun yang ditunjukkan Mega padanya. Bahkan Mega tak pernah mengabari atau menanyakan kabarnya. Bu Laksmi menjadi galau. Ternyata anak yang selama ini dib
Mega tidur dengan berguling-guling, mencari posisi yang nyaman karena perutnya semakin membesar. Mega berdecak kesal, ternyata hamil semerepotkan itu. Walaupun bekerja sebagai bidan, namun Mega baru pertama merasakan kehamilan. Kelak nanti jika anak ini lahir, Mega tak berniat merencakanan untuk hamil lagi. Mega akan memasang KB saja setelahnya. Mega menatap langit-langit kamar, berharap sang suami segera memasuki kamar mereka dan memanjakan dirinya. Semakin hari hubungan Mega dan Daffa semakin asing dan dingin. Mega selalu protes meminta perhatian sang suami, namun nihil. Daffa lebih memilih asyik dengan ponselnya. Bahkan malam ini, Daffa menghabiskan waktu di belakang rumah mereka yang terdapat spot kolam renang dan gazebo kecil. Entah apa yang dilakukan Daffa di sana, Seolah pria itu mempunyai dunianya sendiri. "Kapan kamu akan berubah mencintaiku lagi seperti dulu, Mas? Aku begitu merindukanmu!" Lirih Mega. Selama Daffa berada di rumah, Mega pun tak diberi nafkah batin. Pria it