Flashback.... Begitu Bu Laksmi sadar, para warga langsung bahu membahu memapah tubuh Bu Laksmi menuju mobil mewah milik Sofia. Sofia tak berhenti mengkhawatirkan kondisi mantan mertuanya itu. Bu Laksmi berjalan dengan tatapan kosong. "Bu, ibu yang sabar ya, aku turut prihatin dengan musibah yang menimpa ibu," Sofia menatap mantan mertuanya itu dengan tatapan iba. Tak bisa dipungkiri rasa sakit hatinya masih tersimpan di relung hatinya yang paling dalam, karena jika melihat Eril dan Bu Laksmi, Sofia langsung teringat dengan putranya yang telah tiada. Namun, ia pun tak bisa menyimpan rasa sakit hati itu cukup lama. Sofia memilih untuk berdamai dengan masa lalu. Tak ada gunanya ia terus menyimpan sebuah kekecewaan terlalu lama. "Emas ibu, Sofia! Emas itu raib. Padahal ibu akan menjualnya untuk membeli kebutuhan dapur," Bu Laksmi terisak lagi, suaranya bergetar karena tangisnya yang belum kunjung mereda. "Semua anak ibu sudah meninggalkan ibu, Ibu hidup sendiri sekarang Sofia.
Pagi sekali Sofia sudah berkutat di dapur untuk membuat sarapan. Ia pun melebihkan masakannya untuk dibawa ke kantor ayahnya. Sofia sangat tahu hari ini adalah peresmian kantor cabang perusahaan ayah dan kakeknya. Maka dari itu Sofia akan memasak masakan yang spesial untuk Reynard dan keluarga kecilnya. Belum lagi keluarga Reynard memberitahukan bahwa mereka akan berkunjung ke rumah Sofia dan Reynard. Sofia menolak untuk dibantu para pelayan di rumahnya. Ia lebih senang membuat sarapan dan bekal dengan tangannya. Sofia memang hobi memasak. Apalagi sekarang bakat memasaknya sangat terasah karena banyaknya variasi makanan yang telah ia coba buat. Jika dulu saat bersama Eril Sofia terkekang oleh dana untuk membuat bahan baku, kini Sofia bebas membeli apa saja dengan uang nafkah dari Reynard. Reynard memberikan beberapa buah kartu, ia pun memberikan uang belanja pada Sofia yang sangat besar. Saat sedang asyik memasak tiba-tiba saja ada tangan kekar yang memeluk pinggangnya dari belakan
Lily sudah tak tahan lagi dengan watak Eril, pria bernama Chaeril Prayoga itu bersikap sangat kejam padanya. Selain memaksa melakukan pekerjaan rumah, Lily pun diberi nafkah dengan sangat tak layak oleh Eril. Lily kini diberikan jatah yang sangat minim pula. Uang itu hanya cukup membeli beras dan telur saja, atau sayuran yang bisa di oseng. Hati wanita mana yang akan kuat jika berada di posisi Lily. Setiap hari libur Eril memilih untuk makan malam di luar atau memesan go food hanya untuk dirinya saja tanpa membelikan Lily. Wanita itu hanya menelan ludah memperhatikan sang suami yang tengah lahap memakan makanan yang ia pesan . Hidup Lily sangat tersiksa ketika hidup bersama Eril. Lily yang notabene nya sudah hidup senang dari sejak kecil kini merasakan perubahan gaya hidup yang luar biasa berbeda. Lily seorang anak kades selalu dimanjakan oleh Jamal dan Tika. Wanita itu selalu mendapatkan apa yang ia mau. Sayang sekali, karena ambisinya merebut Eril dari sisi Sofia malah menghanta
Setelah melihat berita viral tentang cucunya, Bu Laksmi segera bersiap-siap untuk pergi untuk melihat keadaan kedua cucunya itu. Dia menyetop ojek untuk menemui Arsya dan Arsyi. Beruntung perumahan Dicky tak terlalu jauh. Berkali-kali Bu Laksmi meremas tangannya. Rasa khawatir dan gugup hinggap di hatinya begitu saja. Ada sebuah penyesalan, mengapa dulu ia mendengarkan Mega untuk berhenti mengasuh Arsha dan Arshy. "Maafkan Nenek ya, Arsha, Arshy? Gara-gara ulah Nenek, kalian menjadi seperti ini," lirih Bu Laksmi dengan suara bergetar. Entah mengapa setelah ucapan Sofia waktu itu, ucapan wanita cantik itu begitu membekas di hati Bu Laksmi Memang tak seharusnya Bu Laksmi selalu membela Mega dibanding anak yang lain. Apalagi sampai saat ini Mega dan Daffa tak ada mengunjunginya sama sekali. Tak ada rasa peduli dan kasih sayang sedikit pun yang ditunjukkan Mega padanya. Bahkan Mega tak pernah mengabari atau menanyakan kabarnya. Bu Laksmi menjadi galau. Ternyata anak yang selama ini dib
Mega tidur dengan berguling-guling, mencari posisi yang nyaman karena perutnya semakin membesar. Mega berdecak kesal, ternyata hamil semerepotkan itu. Walaupun bekerja sebagai bidan, namun Mega baru pertama merasakan kehamilan. Kelak nanti jika anak ini lahir, Mega tak berniat merencakanan untuk hamil lagi. Mega akan memasang KB saja setelahnya. Mega menatap langit-langit kamar, berharap sang suami segera memasuki kamar mereka dan memanjakan dirinya. Semakin hari hubungan Mega dan Daffa semakin asing dan dingin. Mega selalu protes meminta perhatian sang suami, namun nihil. Daffa lebih memilih asyik dengan ponselnya. Bahkan malam ini, Daffa menghabiskan waktu di belakang rumah mereka yang terdapat spot kolam renang dan gazebo kecil. Entah apa yang dilakukan Daffa di sana, Seolah pria itu mempunyai dunianya sendiri. "Kapan kamu akan berubah mencintaiku lagi seperti dulu, Mas? Aku begitu merindukanmu!" Lirih Mega. Selama Daffa berada di rumah, Mega pun tak diberi nafkah batin. Pria it
Delia melihat halaman media sosialnya yang penuh dengan berita penyiksaan Arsya dan Arsyi. Wanita itu cukup prihatin dengan nasib mantan kedua keponakannya. Bagaimana pun mereka hanya anak kecil yang tak seharusnya di perlakukan demikian. Beruntung Delia masih memiliki hati pada anak Intan dan Dicky itu. Tak seperti Mega yang malah senang melihat nasib kedua keponakannya.Delia kemudian tersenyum tipis saat ia mendapatkan angin segar untuk mendekati mantan suaminya lagi. Bergegas wanita cantik itu membeli buah-buahan. Ya, rencananya ia akan menjenguk Arsya dan Arsyi. Tujuan utamanya adalah untuk bertemu dengan Rizal. Delia berdandan secantik mungkin. Ia seperti ABG yang kasmaran. Delia ingin Rizal meliriknya lagi kemudian jatuh cinta untuk yang kedua kali padanya. Selesai menyemprotkan parfum mewah kesukaannya, gegas Delia mengendarai mobilnya menuju rumah Intan dan Dicky. Rupanya wanita itu belum tahu jika sang mantan suami sudah pergi jauh ke luar pulau untuk mengabdi menjadi dokte
Lily menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menatap dirinya yang sudah tak terurus. Lily menitikan air mata. Tak menyangka jika dirinya kini tampak sangat menyedihkan. Teringat jelas bagaimana penampilan Sofia kala ia mendekati Eril dulu. Penampilan Lily kini persis seperti penampilan Sofia saat menjadi istri Eril.Aplikasi pencari jodoh pun belum menemukan pria yang mau serius dengannya. Sejauh ini hanya ada tiga pria yang ia jadikan teman chat tanpa bertemu. Lily juga tak ingin bertindak sembarangan. Menemui pria lain saat dirinya tengah hamil besar seperti ini tentu bukan solusi yang baik. Lily berjalan pelan ke arah meja makan. Ia menghembuskan nafasnya ketika lagi dan lagi hanya menemukan tumis kangkung lagi di atas meja makan. Lily menitikan air mata sembari memakan makanan itu. Tak ada pilihan lagi baginya. Perutnya masih lapar, akan tetapi, Lily masih saja terasa lapar. Ia pun kemudian memberanikan diri mengambil uang belanja minggu depan. Biarlah kemarahan Eril akan ia hada
Rizal memulai pekerjaannya sebagai dokter gigi di puskesmas yang ada di Kabupaten Sumbawa , Nusa Tenggara Barat. Pria itu tersenyum menatap suasana kerjanya yang baru. Pikirannya kini terasa damai. Rizal memang bertekad akan memulai hidup baru yang lebih baik tanpa bayang-bayang masa lalunya yang amat pahit. Matanya sedikit mengembun kala mengingat sang ibu. Sebenarnya berat hati meninggalkan Bu Laksmi yang kini hidup sendirian dan dijauhi semua anaknya. Akan tetapi, hatinya yang lain masih merasakan kecewa yang amat dalam saat sang ibu terang-terangan lebih memilih Mega dan Daffa dari pada dirinya. Luka di hati Rizal itu belum juga mengering. Entah kapan akan sembuh secara sempurna, yang pasti Rizal ingin menyembuhkan luka itu sepenuhnya dengan hidup di tempat yang baru. Untaian doa selalu ia curahkan untuk sang ibu. Rizal memulai hari pertamanya bekerja dengan antusias. Ia menyambut ramah pasien pertamanya yang ingin menambal giginya yang berlubang. Rizal melayani dengan sepenuh ha
Hubungan Nareswari dan Rizal semakin akrab. Mereka tak segan untuk saling menyapa jika berpapasan di area kos. Rizal juga sering sarapan bersama penghuni kost yang lain, menjadikan hubungan kekeluargaan mereka kian erat. Ada kekaguman yang Nareswari simpan pada dokter gigi itu. Apalagi rupa Rizal yang menawan, membuat wanita yang melihat mudah untuk jatuh hati. Belum lagi sikap Rizal yang dingin dan sedikit misterius membuat Nareswari seolah penasaran dengan pria itu. Pasalnya Rizal tampak menjaga jarak dengan lawan jenis. Entah apa yang salah, tapi Nareswari melihat Rizal seolah menghindari berduaan dengan lawan jenis, kecuali dengan dirinya. Mungkin hanya Nareswari yang bisa berbicara dan mengobrol dengan pria itu. Mungkin Nareswari pernah menjadi pasien dokter gigi itu kala di pulau Jawa hingga membuat Rizal tak sungkan untuk mengobrol."Bentar lagi siap nih!" Ucap Rima yang sedang berjibaku dengan kompor mini yang ada di dalam kamar.Nareswari dan Rima sedang bersiap menikmati s
Empat hari Sofia dan Reynard menghabiskan waktunya di Negara Swiss. Kini mereka meneruskan honeymoon mereka ke negara Finlandia. Sofia ingin sekali melihat aurora, pun dengan Reynard yang belum pernah melihat aurora secara langsung. Udara di Levi, Finlandia minus tujuh belas derajat menyambut kedatangan mereka. Tubuh Sofia terasa sangat dingin, namun Sofia tetap senang karena impiannya melihat Aurora di Finlandia segera terwujud. Mereka sampai di lokasi jam delapan malam. Beruntung staff masih ready dan belum pulang, karena biasanya staff di sana akan berjaga sampai jam sembilan malam. Para staff hotel segera menyambut kedatangan Reynard dan Sofia dengan membawa koper-koper mereka dengan kereta salju. Begitu pun Reynard dan Sofia yang menaiki kereta itu karena jarak hotel lumayan jauh dari titik mereka berada. "Sayang, lihat! Bulu mataku membeku!" Seru Reynard, Sofia pun memperhatikan bulu mata suaminya itu. Benar saja, bulu mata Reynard membeku. "Iya, sayang! Lihat bulu mataku jug
Perjalanan bulan madu Sofia dan Reynard di mulai. Setelah hari pertama dan kedua Reynard mengunci Sofia di dalam kamar hotel saja. Pria itu selalu meminta haknya pada sang istri hingga mereka lupa untuk sekedar pergi berjalan-jalan. Mungkin udara yang sangat dingin, menjadi alasan Reynard menahan Sofia di dalam kamar yang bernuansa krem itu. "Sayang, hari ini kita harus jalan-jalan. Aku bosan di kamar terus!" Rengek Sofia bak anak kecil. "Iya, sayang. Ayo kita ke Blausee!" Reynard mengiyakan, spontan wajah Sofia yang ditekuk mendadak riang."Kenapa tidak dari kemarin sih?" Bibir wanita cantik itu mencucu. "Aku hanya sedang mengabulkan keinginan keluarga kita," seloroh Reynard blak-blakan. "Keinginan apa?" Sofia belum ngeuh dengan maksud sang suami. "Keinginan agar kita pulang membawa cucu," "Ish, alasan!" Sofia segera memakai mantel dan syalnya yang sangat hangat.Wanita itu kemudian menunggu sang suami di dekat pintu. Takut-takut jika Reynard akan kembali mengurungnya di kamar
Lily yang sudah pergi dari kontrakan Eril kini pulang ke rumah kediaman orang tuanya. Walau sempat menolak, tapi nyatanya Tika dan Jamal pun iba melihat kondisi Lily yang sudah tak terurus dan sebatang kara.Terlebih Lily bercerita jika dirinya diusir oleh Eril karena ia tak mau mengurus dan menyusui anak mereka."Lagian kenapa engga kamu bawa anakmu ke sini, Ly?" Tanya Tika, sang ibu."Bu, memangnya kalau si Lily bawa anaknya, ibu mau ngurus tuh bayi?" Tanya Jamal dengan wajah senewen."Ya enggalah, Pak. Ibu kan kerja di desa. Mana bisa ngurus bayi," Tika menjawab dengan gugup."Nah, kenapa ibu sok-sok an suruh si Lily bawa bayinya ke sini?" Tanya Jamal lagi yang tak mengerti dengan jalan pikiran Tika."Ya, kan biar di urus sama ibunya. Lily ada kan di sini dan gak kerja," Tika menatap Lily yang tengah duduk bersandar di atas sofa."Bu, aku engga mau ngurus anak itu. Aku udah ngandung dia selama sembilan bulan. Sekarang giliran bapaknya yang ngurus itu bayi. Aku cape, Bu. Aku lelah. A
Sofia dan Reynard kini berada di bandara internasional. Mereka akan berangkat bulan madu ke beberapa negara Eropa. Tentu sofia sangat senang, karena ini adalah pertama kalinya ia pergi ke luar negeri. Semua keluarga Reynard dan Sofia mengantarkan mereka ke bandara. "Pulangnya bawa bayi untuk kakek, Fia!" Goda Hartanto, membuat pipi Sofia bersemu merah. "Ya ampun, Kek! Kami hanya ingin jalan-jalan," Sofia mengerucutkan bibirnya, merajuk pada sang kakek. Sedangkan Reynard, ia hanya tersenyum mendengar perdebatan kecil antara kakek dan cucu itu."Hamil itu bonus, Fia! Ayah sama ibu pun ingin segera menimang cucu," Rahman terkekeh melihat ekspresi sang putri yang malu-malu. 'benar itu," Sri mengamini. "Sudah-sudah, jangan di godain terus! Kasihan pipi mereka. Sudah semerah tomat dari tadi," Dokter Ali menyahut yang diikuti gelak tawa oleh yang lainnya. Akhirnya keluarga Reynard dan Sofia melepas mereka untuk berbulan madu. Mereka berpamitan dan mendoakan pasangan pengantin itu segera
Paula pulang ke kediaman barunya yang kini ia huni bersama Rangga. Mereka memang langsung tinggal di rumah baru pasca menikah agar kedua keluarganya tak melihat kehidupan pernikahan mereka yang dingin dan tak akur. Wanita itu melepas jas putih yang masih menempel pada tubuhnya. Paula amat letih. Bagaimana tidak, hari ini pasien begitu membeludak karena Reynard sudah mengambil cuti. Otomatis pasien Reynard pun memilih untuk berkonsultasi dengannya. Paula memejamkan matanya. Tak menyangka bila kini ia sudah berumah tangga dengan pria yang tak pernah ia bayangkan sama sekali. Terlebih Paula amat tidak menyukai Rangga, pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Mata Paula memicing saat mendengar suara pintu dibuka. Rupanya sang suami pun sudah pulang ke rumah. Rangga melewati dirinya begitu saja, seolah tak melihat keberadaan dokter cantik itu di sana. Paula juga terlihat tak peduli dengan sikap ketus suaminya. Ia memejamkan matanya lagi, untuk sejenak melepas lelah dan penat. Akan te
Rizal dan Nareswari berada dalam satu bangunan kost yang sama. Kebanyakan yang menghuni kost an itu adalah para perantau dari Jawa. Rizal sendiri belum akrab dengan penghuni kost lain. Akan tetapi berbeda dengan Rizal, Nareswari tampaknya sudah cukup berbaur dengan teman-teman penghuni kost yang lain. Rizal yang memang baru pindah ke kost an itu memang belum mempunyai waktu yang cukup untuk bersosialisasi. Hal itu karena waktunya lebih banyak habis di puskesmas akhir-akhir ini. Pagi ini Rizal keluar dari kamarnya. Ia melirik dapur umum yang digunakan untuk memasak. Memang jika mereka ingin memasak harus bergantian di dapur umum karena kost an per orangnya hanya menyediakan kamar dan kamar mandi saja. "Ramai sekali!" Gumam Rizal saat melihat dapur umum itu tampak penuh dengan orang. Rizal mencium aroma sambel terasi, ikan asin dan tumis kangkung yang mengingatkannya akan rumah. Perut pria itu berbunyi minta untuk di isi. Maklum Rizal memang belum sarapan. Rencananya ia akan membe
Mega menatap jendela di ruang tamu, hatinya begitu gelisah saat sang suami belum juga pulang. Malam telah larut, namun tak menyurutkan Mega untuk menunggu kepulangan Daffa. Mega tersenyum getir saat melihat foto pernikahannya terpajang di tembok ruang tamu. Nyatanya kehidupan rumah tangganya sangat berbeda dengan pose dirinya dan Daffa yang begitu mesra saat di foto itu. Kehidupan Mega seakan tak menemui titik terang, semakin hari ia semakin jauh dari Daffa. Apalagi kini Daffa memilih untuk resign dari maskapai yang telah memperkerjakannya selama lima tahun. Mega melarang keras Daffa untuk resign dari sana. Namun, Daffa tak mendengarkan saran dan penolakan dari istrinya. Pria itu mantap untuk resign dan memasukan lamaran ke maskapai yang lebih terkenal dan menjanjikan. Setelah resign Daffa sering menghabiskan waktunya di luar. Tak ada waktu untuk Mega kini. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu seakan sibuk dengan dunia barunya. Tanpa Mega ketahui, Daffa kini sedang dimabuk
Eril mengacak rambutnya frustasi. Semenjak kepulangannya dari klinik bidan, Lily tak kunjung mau menyusui anak mereka yang diberi nama Renata Annida itu."ini bayi kamu lapar!!" Sentak Eril sekali lagi."Aku engga bisa nyusuin bayi itu, Er. Setiap kali aku netein dia, aku kaya mau ngelempar dia!!" Ucap Lily dengan wajahnya yang tanpa dosa."Gila ya kamu, Ly! Anak kamu kelaparan ini!! Kalau kamu engga mau ngurus dia, mending kamu pergi dari sini!! Dasar wanita engga guna!" Eril mengusir Lily.Eril sendiri kini sedang berusaha menenangkan bayinya yang sedang menangis kejer itu. Lily memang tidak mau menyusui bayinya dengan alasan dia terkena baby blues. "Cup cup, Nak!!" Eril memberikan susu di dalam dot yang sudah ia seduh tadi. Pria itu menyusui sang putri dengan cekatan. Eril juga sudah menghabiskan masa cutinya untuk mengurus bayinya itu. Padahal Lily hanya berkilah. Ia tidak mengalami baby blues sama sekali. Lily hanya tidak ingin p*yudaranya kendor karena menyusui Renata. Tujuan