Rustam bangun setelah Calvin sampai di rumah. Calvin memberikan kembali botol vitamin, yang tentu saja isinya telah diganti. Calvin memberikan obat penyembuh saraf. Keadaan Rustam sudah terlihat lebih baik. Setelah minum obat penawar racun, wajah tua itu sudah tidak pucat, seperti tadi saat beliau tidur. Calvin memberikan dosis penuh kepada kakeknya. Supaya, kandungan obat yang selama seminggu ini, dikonsumsi Rustam, khasiatnya bisa berkurang. Setelah mandi, Calvin mengutarakan keinginannya kepada Rustam, untuk melamar Aluna. "Kek, Kakek setuju gak, kalau Rangga melamar Aluna?" tanya Calvin. "Nah kan? Tebakan Kakek tidak meleset. Kamu memang menyukai Aluna. Aluna anak yang baik. Kakek sangat setuju jika kamu melamar dia. " Wah. Udah ada yang mau lamaran nih. Kami gak dikasih tau?" Sintia, menyela pembicaraan Rustam dan Calvin. Calvin menoleh dengan enggan. Ingin sekali menjawab, tapi dia merasa sangat malas. Dia membiarkan pertanyaan itu berlalu. Bahkan dengan santai dia meng
Malam itu juga, Arga menemani Calvin, untuk datang menyatakan perasaannya kepada Aluna, lewat Anaya. Calvin merasa, dia harus bicara lebih dulu dengan Anaya. Dia nanti akan melamar Aluna secara pribadi. Langsung dengan keluarga besarnya. Pada sebuha acara yabg sudah disusun mereka dengan matang. "Saya menjaminkan seluruh jiwa dan raga saya, untuk kebahagiaan Aluna. Saya berjanji atas nama Allah, Tuhanku Semesta Alam. Bahwa saya akan bertanggung jawab dan mencintai Aluna sampai akhir hayat."Mata Anaya meneteskan air mata kebahagiaan. Dia juga terkejut, setelah tau, jika yang melamar Aluna adalah teman masa kecilnya yang sering datang ke ruko, untuk belajar kelompok. Anaya juga salut dengan cara Calvin mendekati Aluna. Dia lebih dulu mengambil hati Arga, sebagai wali nikah Aluna. Lalu, membuat Acha dan Icha, menyukai dirinya. Sekarang, dia berhasil meyakinkan Anaya dan Hendrawan, bahwa dia mampu membahagiakan anak mereka. Tantangan Calvin selanjutnya, adalah menaklukan hati dingin
Tantri berjalan angkuh masuk ke dalam rumah. Tubuh tuanya, berbalut outfit mahal. Meski cantik, tapi Tantri terlihat bengis. Dagunya selalu terangkat. Menandakan dia ingin semua orang tau, levelnya. Sintia dan Sunia, menyambut sang ibu, dengan bahagia. Meski begitu, mereka tetap fokus pada masalah yang sedang terjadi. "Mama lama amat di kampung. Ngapain aja di sana?""Ya, seneng-senenglah. Papa kalian itu, udah loyo. Lagi pula, Mama punya syarat yang harus terus di patuhi, tiap purnama, Mama harus bergulat dengan perjaka ting-ting." Ujar Tantri, santai. "Jadi satu bulan lebih ini, Mama sama brondong gitu?" Sintia terbelalak. Dan bergidik geli. "Ia dong. Iri? Bilang bos." Sintia memasang wajah mual. Pura-pura alim. Padahal aslinya dia lebih parah dari Tantri. Mana Tantri tau, jika selama ini kumpulan sosialita Sintia, selalu arisan brondong. Lain juga dengan Sunia. Dia adalah tipe wanita bebas. Penganut freechild. Suaminya bahkan menikah siri, tanpa dia ketahui. Yang dia tau, sua
Tempat wisata yang baru launching bulan lalu, dipilih Calvin sebagai tempat untuk melamar Aluna. Pria itu bergerak cepat. Dia lebih dulu, mengantongi restu dari Anaya dan Hendrawan. Pesta lamaran dia persiapkan sebaik mungkin. Semua dekorasi dan makanan telah siap. Sanak saudara terdekat sudah di beritahukan. Calvin bahkan menyewa EO, untuk semua ini. Anaya juga turut andil dalam memberi ide kepada Arumi, yang dipercayakan Calvin, untuk memantau persiapan.Arumi cukup lihai melihat selera sahabatnya itu. Aluna adalah tipe gadis yang tidak suka sesuatu yang berlebihan. Dia lebih suka kesederhanaan yang manis. Jadilah dekorasi elegan menghampar di pelupuk mata. Romantis dan menyenangkan. Di tepi pantai, berlatar belakang matahari terbenam. Sungguh sangat indah. "Lun nanti sore, temennya Rehan ulang tahun. Ikut yah." "Lama gak? Aku masih mau ngedit konten soalnya.""Gak lama kok. Pokoknya dari sini, kita langsung ke sana.""Gak ganti baju dulu gitu. Maka ke acara ulang tahun pake b
Arga melompat dari balik mobil Anatasya. Lalu memukul salah seorang pria yang lebih dekat dengannya. Anatasya tersenyum mendapati adik laki-lakinya sudah ada di sampingnya. Dengan gerakan cepat, gadis yang terlihat gemulai itu, menendang satu pria bertato yang bertampang sangar.Saat pria itu berkelit, kesempatan bagi Anatasya, untuk menempelkan alat itu di lehernya. Satu orang tersisa, nampak hendak lari masuk ke mobil. Namun kemudian dia keluar, karena Anatasya menggoyang-goyang kunci mobil di tangannya. "Saya kasih kamu kesempatan untuk pergi. Membawa teman-temanmu. Asal dengan syarat, kasih tau saya, siapa yang menyuruh kalian?" Pria itu gemetar. Dia membisu dalam ketakutan. Wajah ayu Anatasya berubah jadi bengis. Senyumnya seperti seringai serigala lapar. "Anda tidak punya pilihan. Jawab pertanyaan saya, atau anda saya habisi." teriak Anatasya. Arga bergidik ngeri mendengar suara lantang Anatasya. Kan! Benar kata Aluna. Jangan bikin Anatasya marah. "Saya tidak tau Nona. K
Calvin dan Aluna sudah sampai di butik. Mereka juga sudah fitting baju. Tidak ada yang neko-neko dalam hal ini. Mereka adalah tipe orang cuek. Karena itu, Anaya bisa dengan leluasa menentukan pilihan. Dan mereka berdua, tidak ada yang menolak. Butik itu adalah milik Zenna, adik ipar Anaya. Istri satu-satunya adik Anaya. Antonio yang berprofesi sebagai TNI AD. Calon pengantin baru itu sedang bersantai sejenak, dan memberikan waktu kepada calon pengantin lain, untuk mencoba baju pengantin mereka. Saat tiba-tiba masuk seorang gadis cantik, dengan dandanan yang berantakan..Wajahnya sembab. Matanya liar mencari-cari seseorang. Tatapannya berhenti pada Calvin dan Aluna, yang duduk berdampingan, sambil melihat katalog bulan madu. Sambil mengusap air mata dengan punggung tangannya, gadis itu berjalan ke arah Aluna. Merebut katalog dari tangannya. Lalu merobek-robek. Sisa sobekan di tangannya, dia lemparkan ke wajah Aluna. "Dasar cewe gak tau diri. Kamu gak laku yah, sampai-sampai merebu
Surya duduk di belakang stir. Menyandarkan kepala dan punggung di kursi. Menatap kosong ke depan. Mencoba mencari ingatan di masa lalu tentang kehamilan ketiga Anaya. Anak laki-laki yang seharusnya, bisa dia andalkan di masa tuanya. Tidak akan pernah bisa dia gapai. Anak seperti Arga, siapa yang tidak akan bangga jika memilikinya? Di usia semuda itu, dia sudah menjadi seorang direktur. Bahkan di usianya seperti itu dulu, Surya masih pergi pagi pulang malam. Kapan Anaya hamil? Lalu, di mana dia melahirkan? Setahu Surya, dia selalu pulang ke rumah Anaya, walaupun hanya dua minggu sekali. Yah. Dia ingat sekarang. Saat Anatasya kecelakaan, Anaya sempat pergi membawanya pulang ke kampungnya. Alasan wanita itu, adalah untuk mengobati Anatasya. Saat Radit lahir, Surya bahkan hampir tidak pernah pulang ke rumah Anaya lagi. Mungkin saat itulah kehamilan Anaya, tidak disadari Surya. Tapi, setidaknya, Anaya bisa menceritakan itu sekarang bukan? Mengapa menyembunyikan fakta yang seharusnya
Bulan madu berkesan, membawa aura cinta yang mendalam di wajah kedua anak manusia, yang baru saja menikmatinya. Aluna dan Calvin dihadiahi paket bulan madu ke Labuan Bajo, oleh Anatasya. Seminggu menikmati liburan, kini, mereka berdua, telah kembali ke rutinitas sehari-hari. Calvin dan Aluna sekarang tinggal di rumah Aluna, sementara menunggu rumah mereka selesai di bangun.Hari ini, Rustam mengajak seluruh keluarga, untuk makan malam, sekaligus untuk mendengarkan penyampaian penting. Untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak mereka inginkan, Calvin sengaja memesan makanan online, untuk dirinya, istri serta kakeknya. "Aduh. Anak ini. Kelakuannya semakin menjadi sejak menikahi dokter itu. Perempuan kok dimanja sampe segitunya. Suruh masak sana. Jangan cuman tau memesan online." berang Sintia. Dia yang sudah kelelahan menyiapkan makanan, pada akhirnya, makanan itu tidak disentuh sama sekali.Semua anggota keluarga sudah datang. Tersisa Tantri yang kata Sunia , sedang siap-siap