Surya duduk di belakang stir. Menyandarkan kepala dan punggung di kursi. Menatap kosong ke depan. Mencoba mencari ingatan di masa lalu tentang kehamilan ketiga Anaya. Anak laki-laki yang seharusnya, bisa dia andalkan di masa tuanya. Tidak akan pernah bisa dia gapai. Anak seperti Arga, siapa yang tidak akan bangga jika memilikinya? Di usia semuda itu, dia sudah menjadi seorang direktur. Bahkan di usianya seperti itu dulu, Surya masih pergi pagi pulang malam. Kapan Anaya hamil? Lalu, di mana dia melahirkan? Setahu Surya, dia selalu pulang ke rumah Anaya, walaupun hanya dua minggu sekali. Yah. Dia ingat sekarang. Saat Anatasya kecelakaan, Anaya sempat pergi membawanya pulang ke kampungnya. Alasan wanita itu, adalah untuk mengobati Anatasya. Saat Radit lahir, Surya bahkan hampir tidak pernah pulang ke rumah Anaya lagi. Mungkin saat itulah kehamilan Anaya, tidak disadari Surya. Tapi, setidaknya, Anaya bisa menceritakan itu sekarang bukan? Mengapa menyembunyikan fakta yang seharusnya
Bulan madu berkesan, membawa aura cinta yang mendalam di wajah kedua anak manusia, yang baru saja menikmatinya. Aluna dan Calvin dihadiahi paket bulan madu ke Labuan Bajo, oleh Anatasya. Seminggu menikmati liburan, kini, mereka berdua, telah kembali ke rutinitas sehari-hari. Calvin dan Aluna sekarang tinggal di rumah Aluna, sementara menunggu rumah mereka selesai di bangun.Hari ini, Rustam mengajak seluruh keluarga, untuk makan malam, sekaligus untuk mendengarkan penyampaian penting. Untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak mereka inginkan, Calvin sengaja memesan makanan online, untuk dirinya, istri serta kakeknya. "Aduh. Anak ini. Kelakuannya semakin menjadi sejak menikahi dokter itu. Perempuan kok dimanja sampe segitunya. Suruh masak sana. Jangan cuman tau memesan online." berang Sintia. Dia yang sudah kelelahan menyiapkan makanan, pada akhirnya, makanan itu tidak disentuh sama sekali.Semua anggota keluarga sudah datang. Tersisa Tantri yang kata Sunia , sedang siap-siap
Suara jeritan Talita didengar oleh beberapa pria yang baru pulang dari masjid. Keadaan Hilda benar-benar memprihatinkan. Hampir seluruh tubuhnya bersimbah darah. Pelipisnya lecet. Talita mundur, saat beberapa pria tadi, mengangkat tubuh Hilda ke dalam ambulance kompleks, yang disetir Pak RT. Melarikan wanita berambut blonde itu ke rumah sakit terdekat. Talita bingung, dengan kejadian yang baru saja terjadi. Apa yang sudah dia lakukan? Dengan cepat wanita itueraih barang berharganya. Uang, dan beberapa perhiasan, atm, dua pasang baju ganti. Masuk ke ransel kecil. Mengganti pakaiannya dengan gamis dan kerudung. Memakai masker, lalu pergi lewat pintu belakang kontrakkan. Melarikan diri, adalah jalan yang bisa dipikirkan otak Talita yang bersumbu pendek. Bukannya merasa bersalah dan mencoba memperbaiki diri, Talita lebih memilih untuk mencari masalah baru. Pak RT yang kebetulan mengenal keluarga Talita, segera menghubungi nomor ponsel Surya. Beruntung, dia tidak pernah menghapus kon
Calvin memasang wajah serius, saat tau kemana arah pembicaraan Baskoro. "Oh. Jadi, anda datang di saat jam kerja saya yang sedang padat, untuk membahas urusan pribadi yang sebenarnya anda sendiri sudah tau, apa jawabannya Tuan?"Baskoro menatap tajam Calvin, saat pria itu melemparkan pertanyaan kepadanya. "Anda tersinggung dengan pertanyaan saya, Pak Calvin?" tanyanya dengan suara parau. Calvin tersenyum. Tipe pria seperti Baskoro ini, jika punya riwayat hipertensi dan menerima sedikit saja bantahan atas apa yang dia inginkan, sudah dipastikan, hipertensinya akan kambuh. "Kakek saya, atau siapapun di muka bumi ini, tidak punya hak atau otoritas untuk mengatur saya, dalam hal memilih pasangan hidup. Hal itu adalah mutlak urusan Allah dan saya, Tuan. Saya sangat tidak suka, jika ada yang protes dengan pilihan hati saya. Saya tidak menerima cucu anda atau siapapun selain Istri saya, jawabannya sudah pasti. Saya hanya mencintai Istri saya. Jadi, jika anda datang untuk membahas masalah
Wanita dengan gamis coklat susu itu, terlihat gelisah, saat dia menaiki bus jurusan Bandung. Sebenarnya dia mau pergi ke Surabaya, tapi salah masuk bus. Jadinya, dia hanya bisa diam dalam gelisah. Matanya liar menatap setiap penumpang yang naik. Takut, jika ada orang yang mengenalinya. Saat bus mulai bergerak, barulah hatinya merasa lega. Dia selamat. Talita, memperbaiki letak duduk, dan menaikan masker yang sedikit melorot. Rasa kantuk mulai menyerangnya. Sebab semalaman dia tidak tidur.Baginya semua tempat terasa tidak aman. Itu karena dia telah salah dalam bertindak. Tidak ada pilihan lain, selain melarikan diri.Kesalahan yang dia buat sudah sangat keterlaluan. Dalam hati Talita selalu bertanya, apakah Hilda selamat atau dia mati? Talita menyesali dirinya yang tidak bisa mengontrol emosinya. Tapi, bukankah Hilda yang mulai duluan. Apa dia bilang? Dia akan menikah dengan Surya? Apa Surya meninggalkan dirinya karena Hilda?Talita membela dirinya sendiri. Ah. Apa yang dia lakuka
Tubuh Renata, diangkat oleh para pelayan. Mereka meletakkannya di atas tikar, di lantai, kamarnya, sesuai dengan permintaan Nyai Soraya. Ada baskom sedang dengan kembang yang banyak. Di sisinya ada dupa dengan asap tipis mengepul. Aroma bunga melati dibakar, tercium menusuk hidung. Nyai Soraya, mengambil centong kecil dari kuningan. Melafalkan sesuatu. Lalu meniup di ubun-ubun Renata. Wajah Renata berubah merah lalu menghitam. Tubuhnya gemetar hebat. Pakaiannya basah karena keringat yang keluar. Namun dia tetap tidak bisa bergerak. Nyai Soraya menyiram air kembang ke seluruh tubuh Renata. Dari kepala turun ke kakinya. Setelah air kembang itu disiram ke tubuhnya, Renata terlihat lebih tenang. Warna wajahnya pun, sudah tidak menghitam. Kulit putih mulusnya, hanya menyisakan sedikit warna kemerah-merahan. Setelah air di gentong habis. Renata membuka matanya. Iris kecoklatan itu, nampak mengerjap dengan cepat. Dengan raut bingung, Renata memandang sekelilingnya. Lalu tubuhnya yang
Siapa yang dapat melawan apa yang sudah ditakdirkan Tuhan? Tidak ada. Selain berpasrah diri dan mengikuti semua yang ditentukan-Nya. Surya dan Melisa kembali ke kampung, setelah menjenguk Virgo. Meski kesannya seperti terlambat, tapi kesadaran diri yang mulai ditunjukkan Virgo, membuat Surya bersyukur. Semoga saja, apa yang dia katakan tadi, akan terjadi. Dia ingin menjadi peternak ikan? Ah. Membayangkannya saja, membuat Surya tersenyum senang. Jika dengan melewati semua hal menjengkelkan tentang Virgo, bisa membuat dia sadar dan berubah, maka, dengan tulus, akan Surya lakukan.Dia berharap, Melisa pun akan mengalami hal demikian. Hingga sikap egois, manja dan mau menang sendiri itu, bisa hilang dari hidupnya.Surya juga menyadari satu hal. Dia adalah anak kampung yang kebetulan bisa berhasil di kota, sekarang takdir mambawa dia kembali ke tempat asalnya. Sebenarnya perubahan sikapnya, karena pengaruh dari Talita yang sangat kuat. Walaupun sebenarnya, tidak seharusnya, pengaruh da
"Bunda." lirih suara Anatasya memanggil Anaya. Anaya yang sedang mengamati kiriman video CCTV di ponselnya, langsung menekan tombol, untuk memanggil perawat.Wanita cantik itu, menggenggam tangan anak gadisnya, dengan wajah sumringah."Bunda di sini Sayang. Bunda sayang Acha. Apa yang sakit Nak?""Bunda. Aku haus." lirih suara Anatasya.Dokter dan perawat tiba di ruangan. Memeriksa Anatasya, lalu, berkata dengan senang "Perkembangannya sangat baik. Tubuhnya merespon obat dengan cepat. Setelah ini, kasih makan dan minum teratur dan bergizi, supaya cepat pulih." "Terima kasih Dokter." ucap Anaya. Anaya memberikan Anatasya minum. "Bunda. Kapan aku bisa pulang?" tanya Anatasya."Eh. Baru juga sadar Sayang. Belom bisa pulang dong." Anaya tau, jika Anatasya sangat tidak suka bau obat- obatan dan bau rumah sakit. Dia paling tidak betah lama-lama di rumah sakit. "Bentar lagi, polisi mau ke sini Nak. Mau nanya tentang kejadian kebakaran itu. Ada yang videoin." kata Anaya, setelah selesai