Share

BAB 36

Author: Bintang
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

“Miss, sepertinya aku tidak akan lama lagi harus keluar dari sini. Mencari pekerjaan lainnya,” ujar Aliya pelan.

“Loh, kenapa?” Diani mengernyitkan kening.

“Sepertinya aku akan kalah taruhan,” ujar Aliya dengan senyuman lemah di bibirnya.

“How come? Suami Miss Aliya menolak untuk datang bersamamu ke jamuan nanti?” Diani menerka.

“Ya, Miss. Kalaupun aku datang, aku hanya akan datang sendiri,” jawab Aliya.

“Sorry asking this, tapi apa Miss Aliya tidak minta ke suami Miss, untuk menemani Miss kali ini? Apa Miss tidak cerita soal taruhan itu?”

Sejenak terdiam dan berpikir, Aliya akhirnya memutuskan untuk sedikit bercerita pada Diani. Meskipun tidak secara mendetail, tapi Aliya memberitahukan pada Diani garis besarnya.

Aliya bukan tipe seseorang yang mudah curhat kepada orang lain. Bahkan sejak masa ia sekolah dulu, ia lah yang sering menjadi tempat curhatan teman-tema

Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 37

    ‘Oh please… Dari sekian banyak tempat, sekian banyak hari dan jam… Kenapa harus ketemu makhluk satu ini di sini dan sekarang??’Aliya merutuk dalam hati.“Hei, kok bengong? Bingung ya, mau beli baju tapi mahal-mahal semua?” Suara agak cempreng dan genit itu terdengar lagi.Aliya menoleh dan tersenyum. “Ngga juga, Miss Milah. Belum nemu yang cocok aja…”“Belum nemu yang cocok, atau belum mampu?” Milah lalu mendekati rak di sebelah Aliya berdiri.“Mana aja, boleh,” jawab Aliya santai.“Makanya Miss, jangan sampai salah pilih suami. Cari yang bisa diandalkan dong,” kata Miss Milah sambil melihat-lihat pakaian yang tergantung di rak itu. “Kalo liat Miss Aliya yang segitunya banting tulang, saya curiga suami Miss Aliya ngga bisa diandalkan, yah?”Cess.Meskipun Milah mengucapkan kalimat itu dengan sembrono dan terlihat asa

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 38

    ‘Gapapa menurut gue sih, dateng ya dateng aja Miss,’ suara Diani dari ujung telepon terdengar.Aliya dan Diani tengah terlibat percakapan melalui telepon selular mereka. Dua hari lagi acara perjamuan yang selalu diributkan oleh Milah dan Titha.Aliya juga sempat menanyakan soal kepergian Diani. Namun Aliya harus kecewa, karena Diani tetap tidak bisa hadir pada acara jamuan itu.Aliya yang sempat ingin membatalkan kehadirannya juga, di dorong Diani untuk tetap hadir sekadar having fun.“Iya sih… Aku pikir juga gitu. Dateng sendirian, no problem lah. Kalah taruhan, ya tinggal cari kerja tempat lain,” cetus Aliya.‘Apa Miss mau gue ngomong sama Miss Milah untuk batalin taruhan itu?’ tawar Diani pada Aliya.“Ih jangan Miss! Ngapain. Ga perlu. Aku hadapi dengan jantan. Eh, betina…” sahut Aliya lalu tertawa.‘Iya bener juga. Meskipun kalah taruhan, but lost it with

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 39

    Aliya telah dalam keadaan terjatuh telentang di rerumputan. Namun kedua kakinya masih meronta dan menendang. Salah satu penyerang lalu menduduki tubuh Aliya. Sementara penyerang lainnya menahan kedua tangan Aliya kuat-kuat di atas kepala Aliya. Dengan masih berusaha melakukan perlawanan, Aliya menatap nyalang dan penuh ketakutan ke arah penyerang itu. Ia tidak bisa mengenali wajah si penyerang karena helm full faceyang ia gunakan. Keringat lelah dan keringat dingin mengucur di seluruh tubuh Aliya. Sekuat apapun ia meronta, seakan sia-sia. Tak pernah ia menyangka, hal seperti ini akan terjadi padanya. Wajahnya kini tak hanya bersimbah peluh, namun pula airmata. Ia yang dibekap kuat -menutupi hidung dan mulutnya- membuat napasnya terengah dan mulai kesulitan menghirup udara. Si penyerang yang menduduki tubuhnya merunduk ke arah Aliya. Tangan kirinya yang masih terbebas, merogoh sakunya. Sebuah kain kecil kini berada di tangannya.

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 40

    Aliya mengerjapkan matanya. Ia menatap langit-langit kamar di atasnya, beberapa saat. Ia telah bangun sekitar dua puluh menit lalu, namun dirinya masih terpaku di tempat tidur miliknya, dengan pikiran mengawang-awang. Seluruh badan terasa begitu nyeri dan linu. Terdapat memar di pergelangan tangan dan beberapa goresan -mungkin terkena ranting kering atau semak belukar- di tangan dan juga kakinya. Aliya menghela napas. Ia sungguh bersyukur telah selamat lagi dari tragedi yang hampir menimpanya tadi malam. Elang datang menolongnya kembali. Semalaman tadi ia tak bisa memejamkan mata. Rasa takut masih menghinggapinya. Namun ia bisa mendengar suara mesin mobil pajero milik Elang yang berada di dekat rumah. Tampaknya ia menunggui Aliya dan sengaja tidak mematikan mesin mobilnya agar Aliya tahu, ia masih di sana. Sampai akhirnya Aliya pun jatuh tertidur dengan perasaan takut yang telah berkurang. Elang. Ia teringat semalam Elang sempa

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 41

    Aliya memejamkan kedua mata dan mengatupkan giginya. Tangannya bergerak cepat dan kesal mengetikkan beberapa kata. Lalu ia kirimkan.[Siapa bilang saya ga datang? Jangan kebanyakan denger berita hoax, Babe!]‘You want battle? I’ll give you war!’Aliya lalu melempar ponselnya ke tempat tidur.Kali ini ia tidak hendak menahan diri lebih jauh lagi. Kedua tangan Aliya bertengger di pinggang rampingnya. Dadanya terlihat naik turun sedikit lebih cepat. “The heck! Aku ladenin kamu, Mil!” desis Aliya geram. Suara pesan masuk kembali terdengar. Dengan gusar Aliya meraih ponsel tersebut.[Okee! See you there!]Aliya lalu melakukan panggilan telepon ke nomor Nilam. Dalam tiga dering, Nilam menjawab.‘Hello Mis?’“Aku besok jadi ikut, Miss. Ketemuan di mana?”‘Wah? Seriusan? Oke, oke. Kita ketemu depan ITC aja ya. Kita via tol aja nanti, b

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 42

    Aliya dan Nilam telah berdiri di pintu utama sebuah hotel berbintang lima yang dijadikan tempat perjamuan Bastian, pemilik lembaga kursus tempat mereka bekerja.Semula sang pemilik, Mister Bastian akan mengadakan jamuan itu di pusat Kota Bogor, namun terjadi perubahan lokasi. Acara diadakan di sekitar Cisarua Bogor, di satu hotel berbintang lima yang terbilang masih baru namun menjadi buah bibir karena kemegahannya.Mata Nilam berbinar melihat kemegahan bagian depan hotel tersebut. Sementara Aliya pun tak luput dari mengagumi eksterior hotel bintang lima itu yang tampak memukau.“Ayo, masuk,” ajak Nilam sambil meraih pergelangan tangan Aliya.Mereka berdua lalu menuju lift, setelah petugas resepsionis memberitahu mereka ballroom tempat perjamuan itu diadakan.Keluar dari lift, mereka langsung melangkahkan kaki memasuki ballroomutama yang berada di lantai tiga hotel itu. Lagi-lagi keduanya berdecak kagum, melihat

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 43

    Milah melangkahkan kaki dengan anggun dan arogan. Tangan kanan Milah memegang lengan Tony, tunangannya.Milah menggunakan halter dressberwarna silver dengan belahan panjang hingga atas lutut kirinya. Rambutnya di sanggul tinggi memperlihatkan leher serta punggungnya yang sedikit terbuka.Dengan wajah angkuh ia berjalan bersama Tony menghampiri Aliya dan Nilam. “Oulalaa… Look who’s here…” ujar Milah begitu sampai di tempat Aliya dan Nilam berdiri.“Hai Miss,” sapa Nilam sambil tersenyum.Milah mengabaikan sapaan Nilam dan memindai Aliya dari atas ke bawah lalu ke atas kembali. Ia pun sedikit tergelak dalam tawa melihat penampilan Aliya lalu segera meluncurkan hinaannya. “Sudah saya duga pasti begini penampilan kamu, Miss. Lucu sekali…” cemooh Milah tanpa basa basi.“Lucu bagaimana?” tanya Aliya dengan tenang. “Saya ngga s

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 44

    “Ha-halo…” sapa Milah dengan senyum terbaiknya, saat pria itu berhenti melangkah di hadapannya. Namun, tak mengindahkan Milah yang menyapanya, sosok itu justru mengulurkan tangan kanannya menyentuh punggung Aliya yang baru saja mengakhiri percakapannya di ponsel. Aliya terkesiap kaget dan menoleh cepat. Napasnya tercekat. “Sayang, maaf aku terlambat…” pria itu menyapa dengan seulas senyuman yang sangat menawan. “A-apa yang…” Aliya terhenti. “Please jangan marah, aku sedikit terhambat oleh kerjaan,” ujar pria itu pelan dengan suara dalam dan terdengar seksi. Baik Milah dan Titha ternganga selebar-lebarnya. Kedua pasang mata mereka melihat bergantian pada pria tampan depan mereka dan pada Aliya. “Si-siapa dia, Miss?” tergagap Titha bertanya. Pria itu menoleh pada Titha, tanpa senyum. Nilam yang semula juga terperangah kaget, langsung berseru. “Oh, aku tahu! Kau suami Miss Aliya. Ya kan?” Pria itu menoleh dan tersenyum pada Nilam. “Senang bertemu dengan Anda, Miss….” “Nilam. Na

Pinakabagong kabanata

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   Catatan Penulis

    Hai GoodReaders!! Akhirnya “Istri Ku Sang Ratu Bumi” telah sampai di penghujung cerita. Terima kasih banyak untuk seluruh GoodReaders yang dengan setia mengikuti kisah ini hingga akhir. Author mohon maaf jika pada tulisan yang GoodReaders baca dalam cerita ini, masih ditemukan banyak typo atau kata-kata rancu dan hal lain yang tanpa sadar Author lakukan. Author berharap GoodReaders dapat menikmati juga menyukai karya ini. Adakah kesan dan pesan kalian untuk Author? Would love to know it! Adakah tokoh favorit kalian? Aliya? Elang? Dean? Agni? Atau lainnya? Author dengan senang hati membaca kesan kalian dan pesan kalian untuk mereka :D Jangan lupakan untuk memberi review di luar buku ya… Bintang lima dari kalian akan menambah semangat author melanjutkan Session 2 buku ini. Sambil menunggu, kalian bisa buka karya on going Author dengan judul “Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan”. Love-love yang banyak untuk kalian semua! Sampai Jumpa di karya-karya Author lainnya…. Luv U!!

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 299

    Mereka semua telah menjadi bagian dari keluarga bagi Aliya. Keluarga kedua yang berbeda dunia. Dunia aneh penuh kejutan yang hidup berdampingan dengan manusia umumnya. Siapa yang pernah menyangka, ternyata sejak lama ada kehidupan seperti ini di tengah-tengah kehidupan normalnya dahulu? Kini tatapan Aliya membidik pada sang suami, Einhard Sovann Gauthier. Pria tampan yang tampak asyik mengajak putri mereka berbicara. Meski demikian, tak dapat dipungkiri, Aliya bisa merasakan sesuatu yang menekan kuat yang terpancar dari Elang. Meski pria tampan itu tengah bermain dengan bayi mungil, namun aura kekuasaan nan tenang dan terkendali, menyelimuti suaminya. Membuat siapapun tak kuasa menentang dan menghindari membuat masalah dengannya. Senyum di bibir Aliya kian merekah. Matanya berbinar menangkap pemandangan yang begitu menyejukkan hatinya itu. Fayza tampak tergelak ketika hidung Elang menyerbu perut mungil sang putri. Hatinya begitu damai melihat semua pemandangan yang ada di sekit

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 298

    “Sekali lagi aku minta maaf, Dean. Sungguh…”Dean menghela napas pelan. “Apa yang kau bicarakan, Al?”Ia terhenti karena teko yang dipanaskan Aliya telah berbunyi.“Biar aku saja,” katanya sembari berjalan mendekat untuk mematikan kompor lalu mengangkat teko dan menuangkannya ke dua cangkir dan empat gelas belimbing yang telah diisikan kopi dan gula oleh Aliya sebelumnya.Tangannya mengaduk telaten setiap gelasnya. “Jika kau berpikir kepergianku karena berada di dekatmu itu menyakitkan untukku dan untuk menjauh darimu, kau keliru Aliya.”“Aku pergi karena memang ada sesuatu yang harus kulakukan. Dan itu baru bisa kulakukan saat ini, ketika situasi di sini telah kondusif. Einhard seorang elemen yang kini berada di ambang Level Satu. Einhard seorang diri, sudah bisa menakuti semua elemen yang ada di sini saat ini, Al.”Dean selesai mengaduk dan meletakkan sendok ke bak cuci piring dan melanjutkan. “Sekalipun aku pergi, kita sekarang punya Nawidi yang seorang Level Dua Tingkat Tertinggi.

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 297

    “Einhard, duduk di sini,” Dean beralih pada Elang yang berdiri di sebelah Aliya. Elang lalu menggamit pergelangan tangan Aliya dan menariknya untuk duduk di antara Dean dan Nawidi. Dengan patuh Aliya mengikuti suaminya dan membalas semua sapaan dari Agni dan teman-teman elemen lainnya dengan hangat. “Fayza di mana?” tanya Dean lagi setelah Elang dan Aliya duduk. “Kami tinggalkan di rumah dulu dengan bi Sumi dan Asih,” jawab Elang. Tangannya menerima sodoran jagung bakar dari Dean. “Thanks.” “Liebling, kau mau?” Elang mengoper jagung bakar itu ke Aliya. “Ngga, Liebe. Kau aja,” tolak Aliya. Ia melemparkan pandangan ke sekeliling, lalu beralih pada Dean. “Kau mau kemana? Pertanyaanku tadi belum di jawab.” Dean tersenyum. “Aku ada kerjaan di Botswana, Al.” “Apa?? Botswana? Afrika??” Mata Aliya membulat. “Jauh banget. Ada apa di sana?” “Emm… Kerjaan lama ku.” “Liebling, bisa tolong buatkan kopi untukku?” Elang menyentuh lengan istrinya itu. “Aku--” Tatapan Aliya beralih pada Elang

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 296

    “Gung, dulu gimana si cewek itu. Lu buang kemana?” “Ya kali, dia barang. Main buang-buang aja.” Agung meringis. Bukan karena luka di tangan kiri yang ia derita setelah latihan tadi. Namun karena mendengar pertanyaan Agni. “Kok baru nanya sekarang?” tanyanya dengan tangan yang sibuk mengulur kain kasa panjang untuk membalut luka-luka di sela tangannya. “Gue baru kepo, Gung. Asli, waktu itu gue eneg banget denger nama tu cewek. Baru kali ini gue agak legaan,” tukas Agni sambil membantu Agung menggunting kasa tersebut, merobek ujungnya lalu mengikatnya kuat. “Ish! Pelan-pelan, Ni.” “Jangan cengeng lu.” Agni mengoles antiseptik pada bekas luka lain di tangan kanan Agung. Meski tidak sedalam luka di tangan kiri, namun tetap saja menggambarkan betapa keras latihan yang baru saja ditempuh Agung. “Lain kali lu perhitungkan ritme serangan si bang Nawi, Gung. Dia punya pola sendiri dengan alter variasinya. Pas bagian lu, itu pola yang dia gunain waktu nyerang gue latihan kemaren,” tutur

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 295

    Angin semilir menghantarkan suasana yang begitu tenang dan damai. Beberapa dedaunan kering berjatuhan perlahan menyentuh tanah di tepian kolam renang dengan pantulan kilau terik mentari di atas air. Gerakan tangan Elang membelah air dan mendorong kuat tubuhnya meluncur. Sudah lima balik ia menggunakan gaya kupu-kupu, setelah enam balik sebelumnya menggunakan gaya bebas untuk membawa dirinya menyentuh tepian kolam renang sekian kali. Elang berhenti di pinggir dan memutuskan menyudahi kegiatan berenangnya siang itu. Kedua lengannya bertumpu pada tepian dan setengah melompat, membawa tubuhnya keluar dari dalam kolam. Ia duduk di tepian sambil mengusap wajah untuk menyingkirkan bulir air yang membasahi wajah tampannya. Mata coklat tua itu menerawang, membawa ingatannya kembali pada percakapannya dengan Dean semalam. “Saat itu ayahmu melalui Hecate mencari juga wanita elemen bumi dan sempat menyangka ibuku adalah salah satunya. Dia sebenarnya bukanlah seorang elemen bumi, Hecate salah

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 294

    “Liebling, sarapannya sudah kau makan habis?” “Iya,” jawab Aliya lalu mendongakkan kepalanya ke arah Elang yang baru keluar dari kamar mandi. Ia menatap suaminya dengan alis berkerut. “Kenapa?” “Asi ku masih sedikit keluarnya,” keluh Aliya. “Tadi perawat datang kesini untuk mengambil asi ku. Tadi gak bisa dapat banyak.” “Hm.” Elang melangkahkan kakinya mendekati brankar Aliya. “Itu hal wajar, Liebling. Untuk kelahiran pertama, seorang ibu agak kesulitan mengeluarkan asi-nya. Putri kita juga belum membutuhkan makanan yang banyak, Liebling. Kau tahu, ukuran usus dan lambungnya pun masih sangat kecil,” sambungnya lagi sambil menggerakkan ibu jari dan telunjuknya untuk menunjukkan betapa kecilnya ukuran tersebut. “Tapi--” “Aku tahu kau khawatir. It’s ok. Bahkan bayi baru lahir masih bisa tanpa diberikan asi atau susu dalam waktu dua kali dua puluh empat jam.” “Kau tahu dari mana?” “I read it somewhere (aku baca entah di mana).” “Elang--” “Aku sudah bicara dengan dokter, Lieblin

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 293

    Arah pandang Aliya terpaku pada pintu ruang untuk beberapa saat. Meski sedikit bertanya-tanya, namun ia segera menepis itu dalam hatinya dan langsung beralih pada monitor di dinding sebelah kiri. Bibirnya seketika tertarik ke atas disertai pandangan yang melembut dan penuh kasih. Monitor itu menampilkan bayinya yang berada dalam inkubator di ruang NICU. Tubuh mungil yang masih berwarna merah dengan jemari kecil yang mengepal. Kedua manik mata Aliya lalu berkaca-kaca. Betapa ia ingin memeluk makhluk mungil itu. Betapa ia merasa semua bagai mimpi. Dari dalam dirinya bisa keluar makhluk luar biasa seperti itu. Ia hanya harus bersabar lagi, untuk bisa mendekap bayi mungilnya itu. “Isn’t she beautiful?” Sebuah suara mengagetkan Aliya. Ia mengusap titik air di sudut matanya lalu tersenyum pada dua orang yang datang itu. “Dean, kang Awi. Masuklah.” Kedua pria bertubuh tegap dan atletis itu kemudian duduk di kursi meja makan yang memang bersebelahan dengan brankar Aliya. “Bagaimana

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 292

    “Ah ya Tuhan!” Agni mengerjap-kerjapkan kedua kelopak matanya. Menatap penuh haru sekaligus takjub dengan tangan menempel pada dinding kaca. Begitu pula ketiga teman-teman lainnya. Agung, Iyad, Guntur sama -sama menatap dengan mata berbinar penuh ketakjuban ke arah satu box bayi dari balik kaca besar pembatas ruang NICU. “Lakukan covering kalian, setiap kalian keluar.” Suara datar Nawidi mengingatkan empat pria yang terus menerus menatap tanpa berkedip ke arah bayi merah di dalam inkubator itu. Ia baru saja datang bersama Dean setelah melakukan pengecekan ulang di sekitar Rumah Sakit Bersalin tersebut, sebagai bentuk tindakan antisipatif standar mereka. Agni dan lainnya menoleh dan baru menyadari pengunjung wanita di sekitar mereka, tak hentinya menatap mereka seolah melihat artis terkenal yang membuat mata mereka tak berkedip mengagumi. Penampilan Agni dan kawan-kawan memang tidak bisa dibilang biasa, terutama Agni. Wajah tampan pria muda itu begitu menarik perhatian para pengunj

DMCA.com Protection Status