Share

BAB 30

Penulis: Bintang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Jadii… How was it?” Diani langsung bertanya begitu Aliya duduk di kursi dan meletakkan ranselnya.

“Aman?” tanya Diani lagi.

“Aman, Miss…” Aliya tersenyum lalu mengeluarkan map dari dalam tasnya. “Ternyata tidak semenakutkan itu.”

“Syukur deh kalau gitu. Miss dah tenang berarti sekarang ya? Gratitude has been said, terus sudah kenal juga sama orangnya…”

“Ya. Meskipun rasanya masih kurang plong…” sahut Aliya.

“Kenapa?”

“Dia telah banyak menolongku, Miss. Aku hanya mengucapkan terima kasih ala kadarnya. Rasanya tidak sebanding dengan apa yang dia lakukan terhadapku.”

“Well ya mungkin tidak juga,” komentar Diani. “Kalau dia orang baik, dia pasti tulus saat membantumu Miss dan gak akan mengharap imbalan apa-apa. Tapi kalau ada udang di balik bakwan, sikat aja!”

Aliya tertawa kecil. “Enak tuh, bakwan…”

“So, dia orang sini?”

Aliya menggeleng. “Nope. Dia orang Bandung katanya. Tapi lahir di Jerman.”

“Wu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 31

    “Miss,” Diani menegur pelan. “Don’t be impulsive…”“Tenang Miss,” sahut Aliya dengan mata tetap terarah pada Milah.“Oh, taruhan?” Milah tersenyum miring. “Siapa takut? Saya tanya sekali lagi nih, kalau Miss ga bisa hadir dengan suami, Miss akan lakukan apapun kata saya?”Aliya mengangguk tenang. “Ya.”“Apapun? Termasuk…” Milah menjeda perkataannya. “Keluar kerja dari sini?” tanyanya dengan sudut bibir kiri tertarik ke atas.“Miss, jangan keterlaluan lah,” tegur Diani. Kali ini ia tujukan pada Milah.“Siapa yang keterlaluan? She asks for it,” kilah Milah santai.“Gimana, Miss? Berani?”Aliya terdiam sekian detik sebelum akhirnya ia mengangguk. “Oke. Kenapa mesti tidak berani?”“Hahaha. Oke!” kata Milah dengan tawanya yang membuat sakit telinga Aliy

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 32

    Tut.Panggilan terputus.Aliya tertegun. Tangan yang memegang ponsel pun terkulai lemas.Meskipun kalimat seperti yang diucapkan Bisma mungkin sudah tidak mengagetkan dirinya lagi, namun ia tetap terpukul.Ia tak pernah menyangka akhirnya beginilah nasib rumah tangga yang telah sekuat dan sepenuh hati ia perjuangkan. Dengan menentang orangtuanya, dengan memendam segalanya sendiri.Meski ia merasa dirinya kuat, tak urung ia menekuk kedua lutut, memeluknya, lalu menundukkan kepala dan membenamkannya di antara tekukan lutut itu.Dengan bahu bergetar pelan, tangis tanpa suara pun pecah pada malam hari itu.* * *Pagi hari ini Aliya telah menelepon mbak Tri. Ia meminta izin tidak masuk untuk mengajar hari ini. Untungnya ia hanya punya jadwal satu kelas saja. Dan itu akan di take overoleh Nilam.Ia berencana hanya berdiam di rumah. Tidak akan melakukan apapun. Rebahan, minum, mungkin sedikit makan, lalu rebahan

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 33

    “Halo…” sebuah suara terdengar menyahut dari seberang telepon.“Ha-halo…” sedikit gugup Aliya merespon. Meskipun baru pertama kali bertemu Elang, Aliya tahu suara di seberang telepon itu bukanlah milik Elang.“Teh Aliya ya? Halo. Syukurlah teh Aliya kontak balik saya. Saya sempat khawatir. Saya sempat tanya teman teh Aliya, katanya hari ini teh Aliya absen kerja.Teh Aliya sehat? Baik-baik saja kan?” suara nyerocos itu tak kuasa dihentikan oleh Aliya.“Sa-saya…” Aliya bergumam bingung.“Ah, lupa. Maaf teh… salam kenal. Saya Ridwan. Lengkapnya Ridwan Bastian. Saya teman paaaling dekat nya Einhard,” lanjut suara di seberang sana.“I-iya,” jawab Aliya. “Salam kenal, Ridwan. Maaf saya baru telepon balik. Memang sejak pagi saya lupa nyalakan hape. Ada apa ya?”Terdengar suara berdehem dari Ridwan. “Maaf saya sampai terpaksa kontak

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 34

    Aliya menepis pikiran anehnya. Meskipun ia akui hal ini memang agak aneh, namun entah mengapa, Aliya merasa baik-baik saja dengan itu.Tidak ada rasa cemas berlebih ataupun rasa takut oleh seseorang yang terbilang masih asing dengannya namun seolah mengetahui setiap kondisi dirinya.Lebih jauh lagi, Aliya cukup terkejut dengan keadaannya saat ini. Setelah berbicara di telepon dengan Ridwan tadi dan membaca postingan Elang yang ditujukan untuknya, Aliya merasa sedikit lebih tenang. Tidak lagi perasaannya dalam kemelut seperti kemarin malam.Entah bagaimana menjelaskannya, Aliya kini merasa seperti ‘tak sendirian’.* * *Kediaman Einhard di Bogor.“Nah gitu, katanya. Teh Aliya baik-baik aja,” ujar Ridwan sesaat setelah menutup telepon dari Aliya.Ia menoleh ke arah Elang yang tengah duduk termenung dengan tangan terlipat membentuk segitiga dan menopang dagunya.“Sudah ngga perlu cemas lagi kan?&rdquo

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 35

    Hari ini Aliya datang lebih pagi. Ia memiliki kelas anak-anak di jam sepuluh. Sekitar empat puluh menit lagi.Begitu pula Diani. Ia memiliki kelas anak pada hari ini, sehingga mereka kini duduk berdampingan lagi di ruang guru pagi itu.“Syukurlah Miss Aliya sehat. Gue sempet mikir mau mampir ke rumah Miss Aliya, kalau sampai sore ini ga ada kabar juga,” cetus Diani membuka percakapan.Aliya tersenyum. “I’m perfectly alright, Miss. Hanya…” Aliya terdiam.“Kenapa?”“Ah, tidak. Tak apa-apa…” jawab Aliya.“Eh iya Miss, kemarin yang nelpon dirimu memang Ridwan tampaknya,” Aliya mengubah topik pembicaraan.“Ridwan yang balesin komen di fb itu? Beneran teman Einhard itu?” tanya Diani.“Iya betul, Miss,” angguk Aliya. “Memang benar temannya Elang.”“Elang?”“Ah, iya aku lupa cerita. Elang i

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 36

    “Miss, sepertinya aku tidak akan lama lagi harus keluar dari sini. Mencari pekerjaan lainnya,” ujar Aliya pelan.“Loh, kenapa?” Diani mengernyitkan kening.“Sepertinya aku akan kalah taruhan,” ujar Aliya dengan senyuman lemah di bibirnya.“How come? Suami Miss Aliya menolak untuk datang bersamamu ke jamuan nanti?” Diani menerka.“Ya, Miss. Kalaupun aku datang, aku hanya akan datang sendiri,” jawab Aliya.“Sorry asking this, tapi apa Miss Aliya tidak minta ke suami Miss, untuk menemani Miss kali ini? Apa Miss tidak cerita soal taruhan itu?”Sejenak terdiam dan berpikir, Aliya akhirnya memutuskan untuk sedikit bercerita pada Diani. Meskipun tidak secara mendetail, tapi Aliya memberitahukan pada Diani garis besarnya.Aliya bukan tipe seseorang yang mudah curhat kepada orang lain. Bahkan sejak masa ia sekolah dulu, ia lah yang sering menjadi tempat curhatan teman-tema

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 37

    ‘Oh please… Dari sekian banyak tempat, sekian banyak hari dan jam… Kenapa harus ketemu makhluk satu ini di sini dan sekarang??’Aliya merutuk dalam hati.“Hei, kok bengong? Bingung ya, mau beli baju tapi mahal-mahal semua?” Suara agak cempreng dan genit itu terdengar lagi.Aliya menoleh dan tersenyum. “Ngga juga, Miss Milah. Belum nemu yang cocok aja…”“Belum nemu yang cocok, atau belum mampu?” Milah lalu mendekati rak di sebelah Aliya berdiri.“Mana aja, boleh,” jawab Aliya santai.“Makanya Miss, jangan sampai salah pilih suami. Cari yang bisa diandalkan dong,” kata Miss Milah sambil melihat-lihat pakaian yang tergantung di rak itu. “Kalo liat Miss Aliya yang segitunya banting tulang, saya curiga suami Miss Aliya ngga bisa diandalkan, yah?”Cess.Meskipun Milah mengucapkan kalimat itu dengan sembrono dan terlihat asa

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 38

    ‘Gapapa menurut gue sih, dateng ya dateng aja Miss,’ suara Diani dari ujung telepon terdengar.Aliya dan Diani tengah terlibat percakapan melalui telepon selular mereka. Dua hari lagi acara perjamuan yang selalu diributkan oleh Milah dan Titha.Aliya juga sempat menanyakan soal kepergian Diani. Namun Aliya harus kecewa, karena Diani tetap tidak bisa hadir pada acara jamuan itu.Aliya yang sempat ingin membatalkan kehadirannya juga, di dorong Diani untuk tetap hadir sekadar having fun.“Iya sih… Aku pikir juga gitu. Dateng sendirian, no problem lah. Kalah taruhan, ya tinggal cari kerja tempat lain,” cetus Aliya.‘Apa Miss mau gue ngomong sama Miss Milah untuk batalin taruhan itu?’ tawar Diani pada Aliya.“Ih jangan Miss! Ngapain. Ga perlu. Aku hadapi dengan jantan. Eh, betina…” sahut Aliya lalu tertawa.‘Iya bener juga. Meskipun kalah taruhan, but lost it with

Bab terbaru

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   Catatan Penulis

    Hai GoodReaders!! Akhirnya “Istri Ku Sang Ratu Bumi” telah sampai di penghujung cerita. Terima kasih banyak untuk seluruh GoodReaders yang dengan setia mengikuti kisah ini hingga akhir. Author mohon maaf jika pada tulisan yang GoodReaders baca dalam cerita ini, masih ditemukan banyak typo atau kata-kata rancu dan hal lain yang tanpa sadar Author lakukan. Author berharap GoodReaders dapat menikmati juga menyukai karya ini. Adakah kesan dan pesan kalian untuk Author? Would love to know it! Adakah tokoh favorit kalian? Aliya? Elang? Dean? Agni? Atau lainnya? Author dengan senang hati membaca kesan kalian dan pesan kalian untuk mereka :D Jangan lupakan untuk memberi review di luar buku ya… Bintang lima dari kalian akan menambah semangat author melanjutkan Session 2 buku ini. Sambil menunggu, kalian bisa buka karya on going Author dengan judul “Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan”. Love-love yang banyak untuk kalian semua! Sampai Jumpa di karya-karya Author lainnya…. Luv U!!

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 299

    Mereka semua telah menjadi bagian dari keluarga bagi Aliya. Keluarga kedua yang berbeda dunia. Dunia aneh penuh kejutan yang hidup berdampingan dengan manusia umumnya. Siapa yang pernah menyangka, ternyata sejak lama ada kehidupan seperti ini di tengah-tengah kehidupan normalnya dahulu? Kini tatapan Aliya membidik pada sang suami, Einhard Sovann Gauthier. Pria tampan yang tampak asyik mengajak putri mereka berbicara. Meski demikian, tak dapat dipungkiri, Aliya bisa merasakan sesuatu yang menekan kuat yang terpancar dari Elang. Meski pria tampan itu tengah bermain dengan bayi mungil, namun aura kekuasaan nan tenang dan terkendali, menyelimuti suaminya. Membuat siapapun tak kuasa menentang dan menghindari membuat masalah dengannya. Senyum di bibir Aliya kian merekah. Matanya berbinar menangkap pemandangan yang begitu menyejukkan hatinya itu. Fayza tampak tergelak ketika hidung Elang menyerbu perut mungil sang putri. Hatinya begitu damai melihat semua pemandangan yang ada di sekit

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 298

    “Sekali lagi aku minta maaf, Dean. Sungguh…”Dean menghela napas pelan. “Apa yang kau bicarakan, Al?”Ia terhenti karena teko yang dipanaskan Aliya telah berbunyi.“Biar aku saja,” katanya sembari berjalan mendekat untuk mematikan kompor lalu mengangkat teko dan menuangkannya ke dua cangkir dan empat gelas belimbing yang telah diisikan kopi dan gula oleh Aliya sebelumnya.Tangannya mengaduk telaten setiap gelasnya. “Jika kau berpikir kepergianku karena berada di dekatmu itu menyakitkan untukku dan untuk menjauh darimu, kau keliru Aliya.”“Aku pergi karena memang ada sesuatu yang harus kulakukan. Dan itu baru bisa kulakukan saat ini, ketika situasi di sini telah kondusif. Einhard seorang elemen yang kini berada di ambang Level Satu. Einhard seorang diri, sudah bisa menakuti semua elemen yang ada di sini saat ini, Al.”Dean selesai mengaduk dan meletakkan sendok ke bak cuci piring dan melanjutkan. “Sekalipun aku pergi, kita sekarang punya Nawidi yang seorang Level Dua Tingkat Tertinggi.

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 297

    “Einhard, duduk di sini,” Dean beralih pada Elang yang berdiri di sebelah Aliya. Elang lalu menggamit pergelangan tangan Aliya dan menariknya untuk duduk di antara Dean dan Nawidi. Dengan patuh Aliya mengikuti suaminya dan membalas semua sapaan dari Agni dan teman-teman elemen lainnya dengan hangat. “Fayza di mana?” tanya Dean lagi setelah Elang dan Aliya duduk. “Kami tinggalkan di rumah dulu dengan bi Sumi dan Asih,” jawab Elang. Tangannya menerima sodoran jagung bakar dari Dean. “Thanks.” “Liebling, kau mau?” Elang mengoper jagung bakar itu ke Aliya. “Ngga, Liebe. Kau aja,” tolak Aliya. Ia melemparkan pandangan ke sekeliling, lalu beralih pada Dean. “Kau mau kemana? Pertanyaanku tadi belum di jawab.” Dean tersenyum. “Aku ada kerjaan di Botswana, Al.” “Apa?? Botswana? Afrika??” Mata Aliya membulat. “Jauh banget. Ada apa di sana?” “Emm… Kerjaan lama ku.” “Liebling, bisa tolong buatkan kopi untukku?” Elang menyentuh lengan istrinya itu. “Aku--” Tatapan Aliya beralih pada Elang

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 296

    “Gung, dulu gimana si cewek itu. Lu buang kemana?” “Ya kali, dia barang. Main buang-buang aja.” Agung meringis. Bukan karena luka di tangan kiri yang ia derita setelah latihan tadi. Namun karena mendengar pertanyaan Agni. “Kok baru nanya sekarang?” tanyanya dengan tangan yang sibuk mengulur kain kasa panjang untuk membalut luka-luka di sela tangannya. “Gue baru kepo, Gung. Asli, waktu itu gue eneg banget denger nama tu cewek. Baru kali ini gue agak legaan,” tukas Agni sambil membantu Agung menggunting kasa tersebut, merobek ujungnya lalu mengikatnya kuat. “Ish! Pelan-pelan, Ni.” “Jangan cengeng lu.” Agni mengoles antiseptik pada bekas luka lain di tangan kanan Agung. Meski tidak sedalam luka di tangan kiri, namun tetap saja menggambarkan betapa keras latihan yang baru saja ditempuh Agung. “Lain kali lu perhitungkan ritme serangan si bang Nawi, Gung. Dia punya pola sendiri dengan alter variasinya. Pas bagian lu, itu pola yang dia gunain waktu nyerang gue latihan kemaren,” tutur

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 295

    Angin semilir menghantarkan suasana yang begitu tenang dan damai. Beberapa dedaunan kering berjatuhan perlahan menyentuh tanah di tepian kolam renang dengan pantulan kilau terik mentari di atas air. Gerakan tangan Elang membelah air dan mendorong kuat tubuhnya meluncur. Sudah lima balik ia menggunakan gaya kupu-kupu, setelah enam balik sebelumnya menggunakan gaya bebas untuk membawa dirinya menyentuh tepian kolam renang sekian kali. Elang berhenti di pinggir dan memutuskan menyudahi kegiatan berenangnya siang itu. Kedua lengannya bertumpu pada tepian dan setengah melompat, membawa tubuhnya keluar dari dalam kolam. Ia duduk di tepian sambil mengusap wajah untuk menyingkirkan bulir air yang membasahi wajah tampannya. Mata coklat tua itu menerawang, membawa ingatannya kembali pada percakapannya dengan Dean semalam. “Saat itu ayahmu melalui Hecate mencari juga wanita elemen bumi dan sempat menyangka ibuku adalah salah satunya. Dia sebenarnya bukanlah seorang elemen bumi, Hecate salah

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 294

    “Liebling, sarapannya sudah kau makan habis?” “Iya,” jawab Aliya lalu mendongakkan kepalanya ke arah Elang yang baru keluar dari kamar mandi. Ia menatap suaminya dengan alis berkerut. “Kenapa?” “Asi ku masih sedikit keluarnya,” keluh Aliya. “Tadi perawat datang kesini untuk mengambil asi ku. Tadi gak bisa dapat banyak.” “Hm.” Elang melangkahkan kakinya mendekati brankar Aliya. “Itu hal wajar, Liebling. Untuk kelahiran pertama, seorang ibu agak kesulitan mengeluarkan asi-nya. Putri kita juga belum membutuhkan makanan yang banyak, Liebling. Kau tahu, ukuran usus dan lambungnya pun masih sangat kecil,” sambungnya lagi sambil menggerakkan ibu jari dan telunjuknya untuk menunjukkan betapa kecilnya ukuran tersebut. “Tapi--” “Aku tahu kau khawatir. It’s ok. Bahkan bayi baru lahir masih bisa tanpa diberikan asi atau susu dalam waktu dua kali dua puluh empat jam.” “Kau tahu dari mana?” “I read it somewhere (aku baca entah di mana).” “Elang--” “Aku sudah bicara dengan dokter, Lieblin

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 293

    Arah pandang Aliya terpaku pada pintu ruang untuk beberapa saat. Meski sedikit bertanya-tanya, namun ia segera menepis itu dalam hatinya dan langsung beralih pada monitor di dinding sebelah kiri. Bibirnya seketika tertarik ke atas disertai pandangan yang melembut dan penuh kasih. Monitor itu menampilkan bayinya yang berada dalam inkubator di ruang NICU. Tubuh mungil yang masih berwarna merah dengan jemari kecil yang mengepal. Kedua manik mata Aliya lalu berkaca-kaca. Betapa ia ingin memeluk makhluk mungil itu. Betapa ia merasa semua bagai mimpi. Dari dalam dirinya bisa keluar makhluk luar biasa seperti itu. Ia hanya harus bersabar lagi, untuk bisa mendekap bayi mungilnya itu. “Isn’t she beautiful?” Sebuah suara mengagetkan Aliya. Ia mengusap titik air di sudut matanya lalu tersenyum pada dua orang yang datang itu. “Dean, kang Awi. Masuklah.” Kedua pria bertubuh tegap dan atletis itu kemudian duduk di kursi meja makan yang memang bersebelahan dengan brankar Aliya. “Bagaimana

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 292

    “Ah ya Tuhan!” Agni mengerjap-kerjapkan kedua kelopak matanya. Menatap penuh haru sekaligus takjub dengan tangan menempel pada dinding kaca. Begitu pula ketiga teman-teman lainnya. Agung, Iyad, Guntur sama -sama menatap dengan mata berbinar penuh ketakjuban ke arah satu box bayi dari balik kaca besar pembatas ruang NICU. “Lakukan covering kalian, setiap kalian keluar.” Suara datar Nawidi mengingatkan empat pria yang terus menerus menatap tanpa berkedip ke arah bayi merah di dalam inkubator itu. Ia baru saja datang bersama Dean setelah melakukan pengecekan ulang di sekitar Rumah Sakit Bersalin tersebut, sebagai bentuk tindakan antisipatif standar mereka. Agni dan lainnya menoleh dan baru menyadari pengunjung wanita di sekitar mereka, tak hentinya menatap mereka seolah melihat artis terkenal yang membuat mata mereka tak berkedip mengagumi. Penampilan Agni dan kawan-kawan memang tidak bisa dibilang biasa, terutama Agni. Wajah tampan pria muda itu begitu menarik perhatian para pengunj

DMCA.com Protection Status