Alena sedang menikmati secangkir teh ditaman belakang rumah Arion, ia sudah berhenti bekerja, setelah resmi menjadi istri Arion. Jadi pagi ini ia memutuskan untuk bersantai sambil menikmati pemandangan taman bunga dihadapannya. Hal yang jarang sekali bisa ia rasakan. Karena selama ini ibunya selalu menuntut Alena untuk berkerja dan menghasilkan banyak uang.
Setelah kepergian ibunya, dihari yang sama dengan kedatangan Bu Dina waktu itu. Alena merasa hidupnya terasa lebih ringan. Ia tahu itu adalah hal yang salah, tapi selama ini juga ibunya tidak pernah menyayangi nya dan juga menghargai semua yang telah diusahakan Alena.Suara ponsel nya yang berdering, mengalihkan perhatian Alena pada benda berwarna hitam tersebut. Tertulis nama Arion sebagai nama pemanggil disana."Ada apa Arion?"."Alena, aku ingin kau bersiap. Nanti malam aku akan mengajakmu bertemu dengan ibuku.""Kita akan pergi nanti malam. Tapi kau meminta ku bersiap sejak sekarang?" Tanya Alena, yang merasa sikap suaminya sedikit berlebihan."Astaga, maksudku, kau pergilah bersama Ivan, beli beberapa baju yang pantas untuk kau kenakan nanti malam. Jangan repot memikirkan harganya. Beli saja semua yang menurut mu bagus.""Beli baju??""Iya, astaga, Alena, kenapa kau selalu mengulangi ucapan ku? Apa kau mengalami masalah pendengaran, Alena? Aku sudah meletakkan kartu kredit di laci pertama yang ada di kiri tempat tidur. Pakailah kartu itu untuk membeli keperluan mu.""Terima ...." belum selesai Alena bicara, sambungan telpon itu sudah dimatikan oleh Arion. Dasar Arion!Alena pun bergegas ke kamar untuk berganti pakaian dan juga mencari kartu kredit yang tadi dikatakan Arion.Tak sampai setengah jam Alena sudah siap dan sekarang ia sedang menunggu Ivan yang sedang memanaskan mesin kendaraan.Mobil yang ditumpangi Alena saat ini tengah melaju dengan kecepatan sedang, membelah kepadatan jalanan ibu kota.Rencananya hari ini ia akan berbelanja disalah satu pusat perbelanjaan besar yang sangat terkenal di kota tempat tinggalnya. Selama ini ia hanya bisa bermimpi untuk masuk dan sekedar melihat-lihat tapi sekarang siapa sangka ia bahkan bisa memborong apa pun yang ia mau.Alena mensyukuri perubahan baru dalam hidup nya. Semua ini berkat suaminya Arion, walaupun pernikahan mereka hanya berdasarkan kontrak, tapi Arion sangat memperhatikan segala keperluan wanita itu.Alena masuk ke salah satu butik yang menjual pakaian bermerek dengan harga yang fantastis. Dua orang pelayan yang berdiri didekat pintu masuk, menyambut kedatangan nya dengan hormat. Padahal biasanya Alena lah yang membungkuk dengan hormat, menyambut tamu-tamu yang datang ke cafe tempatnya bekerja dulu.Alena, langsung jatuh cinta pada sebuah dress sepanjang lutut, berwarna coklat muda yang lembut, terbuat dari bahan sutra yang berkilau. Lengan nya yang dibuat transparan menggunakan sentuhan dari kain chiffon lembut, menambah kesan romantis pada dress tersebut. Tak ketinggalan bagian pinggang dan juga ujung bawah dress tersebut diberikan aksen renda yang semakin mempermanis tampilan nya.Dress itu memiliki potongan A-line, dengan bagian atas yang dibuat menyesuaikan dengan bentuk tubuh pemakainya, sedangkan bagian bawahnya dibiarkan jatuh terurai. Dress itu sederhana tapi juga terlihat cantik.Alena tak sabar, dan segera mencoba dress nya di ruang ganti yang sudah disediakan di butik tersebut. Ketika ia keluar semua orang tampak terpana dengan pesonanya. Baju itu benar-benar pas sekali dengan lekuk tubuh Alena.Sebelum membayar Alena juga mencoba beberapa baju lain, namun pilihan nya jatuh pada dress coklat itu dan juga sebuah dress dengan motif floral yang terbuat dari kombinasi dari bahan chiffon dan organza.Alena juga mampir ke toko tas dan sepatu untuk membeli sebuah tas dan sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi, tapi tetap terlihat anggun di kaki nya.Puas berbelanja, Alena mampir ke sebuah toko roti. Dan membeli beberapa roti untuk para pekerja dirumah.***Arion yang sedang menjalankan meeting dengan para karyawan nya, beberapa kali menengok ke arah ponselnya yang sejak tadi sudah berdenting. Menandakan ada pesan masuk disana.Dengan rasa penasaran, ia meraih ponselnya dan mengecek notifikasi yang muncul dilayar ponselnya. Beberapa pemberitahuan dari transaksi kartu kredit yang dipakai Alena, muncul dilayar benda pipih tersebut."Sedikit sekali," pikir nya. Alena ini, apa yang dia beli dengan uang segitu? Wanita ini sepertinya tidak tahu cara menghamburkan uang, seperti kebanyakan wanita diluar sana.Arion tiba-tiba saja membandingkan Alena dan Aretha. Sekali belanja Aretha bisa menghabiskan uang sampai ratusan juta. Tapi, Alena, 20 juta pun tak sampai.Ketika meeting itu, akhirnya selesai. Arion kembali mengambil ponselnya dan menelepon kembali nomer Alena yang berada di daftar teratas panggilan nya."Kau dimana, Alena?""Aku sedang dalam perjalanan pulang, ada apa?"Sebenarnya, Arion juga tidak tahu apa yang ingin ia katakan, hingga membuat nya menelepon wanita tersebut. "Tidak ada, hanya ingin memastikan. Kau tidak pulang terlalu sore!" Tut! Panggilan sudah berakhir. Alena hanya bisa menggelengkan kepala nya sambil menatap layar ponselnya.***Aretha tengah duduk di dalam mobil nya, sejak siang tadi ia sudah mengintai rumah Arion. Tingkah nya saat ini benar-benar seperti seorang detektif yang sedang mengintai targetnya. Aretha tahu ini salah. Namun, rasa penasaran membuat nya nekat melakukan hal gila seperti ini.Ia mengetuk-ngetuk kan jari lentiknya diatas kemudi, matanya tajam memperhatikan rumah 2 lantai yang terlihat mewah dengan gerbang yang menjulang diseberang mobilnya.Ia sudah hampir menyerah, mungkin dia akan kembali besok pagi saja. Siapa tahu besok ia bisa melihat istri Arion, yang menurut Nino, sangat cantik. Sebenarnya, Aretha bisa saja datang langsung dan menemui istri Arion. Namun, ia takut, jika istrinya itu mengadu kepada Arion dan kalau pria itu sampai tahu. Dia pasti akan semakin tidak suka dengan nya.Baru saja dia hendak menyalakan mesin mobil nya, ketika ia melihat, sebuah mobil memasuki rumah Arion. Perlahan ia menurunkan kaca mobilnya. Dan tak lupa memakai kacamata hitam untuk menutupi wajahnya.Mulutnya berdecak kesal manakala melihat seorang pria keluar dari dalam mobil mewah tersebut. Aretha bisa menebak, pria itu pasti adalah sopir yang bekerja untuk Arion.Sopir itu membukakan pintu untuk seorang wanita muda yang turun dari kursi penumpang. Aretha tak dapat melihat dengan jelas wajah wanita itu. Tapi dari siluet dan model rambut nya seperti tak asing dimata nya.Jadi, benar, Arion telah menikah?? Tapi dengan siapa?? Gumam Aretha pada dirinya sendiri.***Sore itu, Arion pulang lebih awal dari biasanya. Pria itu telah mengabari ibunya, bahwa malam ini ia akan datang bersama istrinya. Maria, ibunya sepertinya terkejut dan tidak percaya dengan ucapan putranya."Mama, tunggu saja ya." Ucap pria itu sebelum mengakhiri panggilan nya. Arion memang sangat menyayangi ibunya, setelah kematian ayahnya. Hanya ibunya lah sosok orangtua yang ia miliki. Karena, itu juga dia selalu khawatir mengenai masalah kesehatan ibunya, belakangan ini. Yang sepertinya selalu memburuk setiap harinya.Tujuan Arion menikah kontrak pun tak lain, ingin menyenangkan hati, Maria. Ibu nya itu sudah beberapa kali meminta Arion untuk segera menikah. Namun, Arion yang belum bisa membuka hatinya untuk wanita lain, setelah kepergian Sandra, cinta pertama nya. Merasa enggan untuk menerima perjodohan yang ingin dilakukan ibunya.Maka, dia pun mencari jalan pintas lain untuk memenuhi keinginan ibunya.Arion sedang duduk menunggu Alena diruang tamu, sudah hampir setengah jam tapi wanita itu belum juga muncul. "Alenaaa!!" Tepat disaat itu, istrinya turun. Terlihat anggun dengan dress sutra yang melekat ditubuhnya. Tanpa berkedip Arion menatap Alena dari atas kepala hingga ujung kakinya. Sempurna! Kata itu lah yang mungkin tepat digunakan untuk menggambarkan penampilan Alena pada malam ini. "Maaf, aku membuatmu lama menunggu." ucap wanita itu, dengan suara yang lembut.Arion mengerjapkan mata. "Tidak masalah, ayo kita berangkat sekarang!" Ucap Arion, setelah kesadaran nya kembali terkumpul. Arion membukakan pintu mobil untuk Alena, yang membuat wanita tersebut sedikit merasa tersanjung. Malam ini Arion memutuskan untuk pergi tanpa sopir nya. Karena ia tak mau jika harus bersandiwara sepanjang perjalanan mereka menuju rumah ibunya, dan berpura-pura menjadi sepasang pengantin baru yang bahagia. "Aku suka dress yang kau pakai!" Ucap Arion yang terdengar seperti orang salah tingkah.
Aretha terlihat sibuk mondar-mandir di dalam kamar nya, belakangan ini ia terus kepikiran mengenai wanita yang telah mencuri kekasih hatinya. Selama ini dia sudah menaruh hati pada Arion, bahkan jauh sejak mereka masih sama-sama berada dibangku kuliah. Wanita itu memuja ketampanan Arion, pesona laki-laki itu dan juga kekayaan nya yang berlimpah membuat Aretha terobsesi setengah mati pada Arion.Aku akan mendapatkan mu, bagaimana pun caranya!! Tekad Aretha sudah bulat, ia rela mengambil jalan apapun asal bisa memiliki Arion, termasuk menjadi perusak rumah tangga orang.Saat itu ponselnya berdering dan terlihat nama Clara disana. Dengan malas Aretha mengangkat telepon itu. "Ada apa?" Tanya nya dengan nada sedikit ketus."Kau tidak datang, ke pesta Nino?""Malas!""Ayolah, aku sendiran. Siapa tahu nanti Arion muncul juga, secara mereka kan bersahabat."Ia sejenak merenung kan kata-kata Clara, gadis itu ada benarnya juga. Akhirnya Aretha pun setuju untuk pergi ke pesta Nino. Dengan harap
Arion telah sampai di area parkir club malam, yang tadi disebutkan oleh Nino, sahabatnya. Tanpa ragu ia langsung masuk kedalam ruangan gelap dengan lampu disko yang berkedap kedip itu. Suara musik yang memekakkan telinga seolah tak mengganggu nya, awangnya telah berada entah dimana. memikirkan Sandra yang akan menikah atau mungkin Alena yang tadi terlihat sedih saat menuruni mobilnya. Ia duduk disembarang meja kosong, mengusap kasar wajahnya. Hingga sebuah tepukan dipundaknya mengalihkan sedikit perhatian nya. "Eh, pengantin baru! katanya nggak mau dateng." goda Nino sahabat nya itu.yang tiba-tiba sudah muncul dibelakang nya. "Berisik lo!" jawab Arion dengan nada ketus. Nino lantas meledek wajah sahabat nya itu yang terlihat sangat kusut. Dan dengan sengaja atau tidak Nino malah membahas Alena, "Yon, apa lu nggak takut jatuh cinta beneran sama Alena? secara dia cantik banget gitu." tanya Nino sambil menyengir kuda. "Jangan sembarang ngomong lo, ya! Nggak mungkin lah, gue jatuh cin
Karena akan merepotkan jika harus membawa tubuh Arion ke kamar mereka dilantai atas, akhirnya Alena meminta Juan dan Toni yang baru saja bangun, untuk memindahkan tubuh Arion ke kamar tamu di lantai satu. Mereka pun meletakkan tubuh Arion dengan hati-hati di atas ranjang. Dan setelah nya bergegas pergi, meninggalkan Alena yang kini duduk di tepi ranjang sambil mengamati wajah tampan suaminya.Tak lama, Ia bangun dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil selimut dan menggunakan nya untuk menutupi tubuh Arion.Bekas lipstik tadi, apa telah terjadi sesuatu diantara mereka? Apakah mereka minum bersama malam ini? Tapi, bukan kah Arion tidak menyukai gadis itu? Pikiran Alena kini berkecamuk dengan banyak nya pertanyaan.Ia kembali teringat percakapan nya kemarin malam bersama Arion. "Alena, apa kau ingat wanita yang makan siang dengan ku waktu itu?" Tanya Arion tiba-tiba, ketika mereka sedang bersiap untuk tidur. "Ummm, Ya, Aku ingat, wanita yang memaki ku tempo hari itu, kan?" Tanya Al
Alena menutup pintu dibelakang nya, pandangan nya terhalang air mata, yang sejak tadi ditahan nya. Cairan bening itu, akhirnya jatuh juga, mengalir dari sudut mata, membasahi pipi Alena.Alena terisak, sambil menaiki anak tangga, menuju kamarnya. "Arion benar, aku harusnya tak perlu repot-repot mengganti bajunya yang basah. Harusnya ku biarkan saja dia!" Gumam Alena pada dirinya sendiri.Sementara itu Arion merasakan kepalanya berdenyut-denyut, sakit sekali seakan ada beban berton-ton yang menghimpit kepalanya. Rasa mual diperutnya juga semakin memperparah keadaan, ia lantas menyalahkan dirinya yang dengan ceroboh minum àlkohol terlalu banyak, tadi malam.Ia menengok ke atas nakas yang tadi ditunjuk Alena, ia melihat secangkir teh disana. Dengan tertatih Arion mengambil cangkir itu, meminum isinya secara bertahap. Teh Jahe itu lumayan menghilangkan mual diperutnya. Dan rasanya juga enak, baru pertama kali Bu Nana membuat kan nya minuman seperti ini, biasanya dia hanya memberikan minu
Saat mendengar kabar bahwa Alena menghilang, Arion merasakan kepanikan yang melanda hatinya. Tanpa ragu, ia segera memutar arah mobilnya menuju rumah lama Alena yang telah dikirimkan oleh Ivan ke ponselnya. Perjalanan menuju rumah itu dipenuhi dengan kegelisahan dan kecemasan. Arion tidak bisa membayangkan apa yang mungkin terjadi pada Alena."Sudah kubilang, hati-hati! Tapi sekarang dia malah hilang!" racau Arion sepanjang perjalanan. Ketika sampai di tujuan, Arion langsung menemui Ivan dan mencecar pria tersebut dengan berbagai pertanyaan. "Bagaimana Alena bisa hilang? Apa kau tidak menjaganya?"Ivan, dengan rasa bersalah yang terpancar dari matanya, hanya bisa menundukkan kepala dan meminta maaf kepada majikannya itu. "Saya minta maaf, Tuan. Tadi Nyonya bilang untuk menunggu saja di mobil. Saya sudah menolak, namun Nyonya Alena tetap bersikeras. Katanya, ia hanya akan mengambil sesuatu sebentar. Jadi, dengan patuh, saya menunggu di dalam mobil. Lalu, tiba-tiba saya mendengar teriak
Arion merasa jengah dan cemas saat menunggu, hatinya berdebar-debar setiap detik yang berlalu. Hingga siang ini belum juga ada kabar mengenai keberadaan Alena. Dia tidak bisa berdiam diri lagi, tidak bisa menunggu lebih lama. Nyawa Alena bisa saja dalam bahaya, dan Arion merasa beban itu semakin menekannya.Dengan tekad yang kuat, Arion memutuskan untuk mengambil inisiatif sendiri. Dia tidak bisa lagi bergantung pada proses yang lambat dan berbelit-belit. Arion memberikan instruksi kepada Nino, sahabatnya itu, untuk menyisir setiap sudut daerah tempat tinggal Alena. Dia berharap ada orang yang tahu tentang keberadaan Bu Maya, ibu Alena. Nino mengangguk dengan penuh semangat..Sementara itu, Arion sendiri memutuskan untuk mencari di tempat-tempat perjudian terdekat. Dia tahu bahwa ada beberapa orang yang mungkin memiliki informasi penting di sana. Dalam hatinya, dia berdoa agar dia bisa menemukan petunjuk yang akan membawanya kepada Alena.Nino memulai usahanya dengan bertanya kepada
Alena mengerjapkan matanya, merasakan perih di bagian sudut bibirnya. Wanita itu mengerang kesakitan begitu berusaha menggerakkan rahangnya.Pandangannya yang gelap perlahan mulai terbuka. Dia mencoba mengingat kejadian yang menimpanya sebelum ia pingsan.Alena bergidik ngeri teringat kondisinya saat ini. Kedua tangan nya terikat, begitu juga dengan kaki-kaki nya. Percakapannya dengan pria tua tadi kembali berputar di memori otaknya."Apakah ini masih hari yang sama? Atau aku sudah terjebak berhari-hari di sini?" Alena mengedarkan pandangan ke sepenjuru ruangan yang diselimuti kegelapan. Aroma alkohol dan sesuatu yang tajam seperti bau logam tercium dari ruangan tersebut, membuat Alena merasa mual dan sedikit pusing. Bajunya terasa lembab, karena keringat yang sejak tadi membasahi seluruh tubuh dan juga wajah nya. Dengan sisa tenaga, ia berusaha menggerakkan kedua tangannya yang terikat ke belakang tubuhnya. Sia-sia! Tangannya hanya semakin sakit akibat bergesekan dengan permukaan ta