Alena mengerjapkan matanya, merasakan perih di bagian sudut bibirnya. Wanita itu mengerang kesakitan begitu berusaha menggerakkan rahangnya.Pandangannya yang gelap perlahan mulai terbuka. Dia mencoba mengingat kejadian yang menimpanya sebelum ia pingsan.Alena bergidik ngeri teringat kondisinya saat ini. Kedua tangan nya terikat, begitu juga dengan kaki-kaki nya. Percakapannya dengan pria tua tadi kembali berputar di memori otaknya."Apakah ini masih hari yang sama? Atau aku sudah terjebak berhari-hari di sini?" Alena mengedarkan pandangan ke sepenjuru ruangan yang diselimuti kegelapan. Aroma alkohol dan sesuatu yang tajam seperti bau logam tercium dari ruangan tersebut, membuat Alena merasa mual dan sedikit pusing. Bajunya terasa lembab, karena keringat yang sejak tadi membasahi seluruh tubuh dan juga wajah nya. Dengan sisa tenaga, ia berusaha menggerakkan kedua tangannya yang terikat ke belakang tubuhnya. Sia-sia! Tangannya hanya semakin sakit akibat bergesekan dengan permukaan ta
Arion berdiri didepan bangunan tua yang cukup besar. Bangunan tersebut memiliki dua lantai serta dikelilingi oleh dinding setinggi hampir dua meter yang sebagian sudah mulai hancur.Dengan gerbang besar berkarat sebagai pintu masuknya. Arion bisa melihat ada bangunan lain dibelakang nya, pria itu berpendapat mungkin dulunya tempat ini dibagi menjadi beberapa area. Jika dilihat dari mesin bordir dan juga mesin jahit berkarat yang teronggok didepan bangunan. Seperti nya dahulu tempat ini merupakan sebuah pabrik garmen atau mungkin gudang penyimpanan.Cat bangunan nya sudah banyak mengelupas, sebagian dinding nya sudah hancur dan juga ditumbuhi lumut. Jendela-jendela besar yang berada di sepanjang dinding sudah banyak yang pecah dan hanya meninggalkan kerangka nya saja.Suasana malam yang hening, menambah ketegangan yang kini ia rasakan. Arion sengaja memarkir mobil nya beberapa meter dari alamat yang diberikan oleh pria misterius yang ia temui di tempat perjudian tadi.Waktu di jam tang
Alena terbangun ketika tubuhnya di lempar dengan kasar ke atas kasur. Ia mengernyit, merasakan pusing di kepala nya. Namun, ia tetap bertahan dalam posisinya sampai para pria yang tadi membawa nya, pergi. Tak lama terdengar suara pintu yang kembali ditutup. Setelah memastikan kondisi nya aman, perlahan ia berusaha duduk. Sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. Wanita tersebut mengedarkan pandangan nya, berusaha mengamati keadaan disekitarnya saat ini.Alena duduk diatas kasur usang, didalam ruangan kecil yang terlihat suram dan juga lembab. Aroma rokok bercampur alkohol memenuhi indra penciuman nya. Ruangan itu kosong, selain kasur usang yang diduduki nya hanya ada sebuah kursi kayu tua dan juga sebuah meja kecil, dimana terdapat dua botol minuman beralkohol yang belum dibuka.Samar-samar Alena mendengar suara pria yang bercakap-cakap dari balik pintu."Sementara aku menikmati tubuh wanita itu, kalian pergilah juga untuk bersenang -senang!" Ucap pria dengan suara berat."T
Alena terlihat gelisah, beberapa kali ia menggeliat tak nyaman dalam tidurnya. Keringat mengalir deras dari tubuhnya, meskipun ruangan itu dipenuhi dengan suhu dingin dari pendingin udara yang terpasang disana.Alena tiba-tiba terbangun karena bunga tidurnya yang mengerikan. Napas nya tersengal dan bibir serta tenggorokan nya terasa kering. Nyeri di tulang pipi dan juga tubuhnya membuat nya meringis menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang nya.Ia memandang keseluruh ruangan dan akhirnya bernapas lega ketika menyadari saat ini dirinya telah berada di kamar Arion. Bukan lagi tempat gelap dan lembab, dimana ia dikurung sebelum nya.Alena menoleh ke sebelah nya, Arion tampak sedang tertidur pulas disana. Ia memandang wajah itu dengan lekat, kelelahan jelas terukir diwajah tampan nya saat ini. Namun, sesuatu menarik perhatian Alena, ketika melihat tangan Arion yang masih menggenggam tangan nya seolah takut Alena akan pergi.Pikiran Alena kembali mengingat kejadian yang kemarin sempat m
Dokter baru saja selesai memeriksa kondisi Alena. Arion bersyukur ternyata luka yang dialami Alena tidak parah dan akan segera membaik dalam beberapa hari kedepan.Namun, Arion sedikit mengkhawatirkan kondisi mental Alena, dia pasti akan mengalami trauma dan mimpi buruk setelah ini."Apa kau merasa baikan?" tanya Arion dengan penuh perhatian begitu dokter Andreas meninggalkan kamar mereka."Jauh lebih baik.""Jika aku boleh tau, sebenarnya apa yang kau cari saat kau datang kerumah ibu mu?"Alena terdiam sesaat, sepertinya enggan untuk bercerita. "Aku ...." Alena memandang Arion dengan tatapan ragu, sebelum akhirnya melanjutkan kan ucapannya. "Aku, mencari foto ayah ku. Itu satu-satunya foto yang ku miliki. Sejak kecil aku tidak pernah bertemu dengan nya. Tapi kata bibi ku, dia pergi meninggalkan ibuku yang saat itu sedang mengandungku. Bibi ku juga tidak tahu penyebab pastinya, karena ibuku akan marah begitu ada yang menanyakan hal itu.""Kalau begitu kenapa kau masih ingin mencarinya
Sudah hampir setengah jam berlalu, dan Arion masih saja termangu didepan layar laptopnya. Apa yang tadi ia lakukan kepada Alena seakan terus mengusik pikiran nya, hingga membuat pria itu tidak bisa fokus dengan pekerjaan nya.Sebuah kecupan yang tadi dia berikan tanpa sadar, kepada wanita yang menyandang status sebagai istri kontrak nya, tentu hanyalah sebuah spontanitas. Tapi tetap saja, melakukan hal seperti itu kepada wanita yang tidak dicintai nya, sangat tidak mencerminkan dirinya."Tenang lah, Arion. Semua yang kau lakukan tadi hanya karena kau merasa simpati dengan apa yang kemarin menimpa Alena, sehingga membuatmu terbawa suasana." Bisik Arion dalam benaknya sejak tadi. Berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang baru saja terjadi bukanlah sesuatu yang harus dibesar-besarkan.Arion meremas rambutnya, berusaha mengembalikan kesadarannya. Sudah dua hari ini, dia tidak pergi ke kantor karena masalah Alena. Dan oleh sebab itu banyak sekali dokumen yang harus ditinjau oleh ny
***Bantu support author, dengan baca dan vote. Jangan lupa komentar juga supaya author makin semangat update nya 😊Alena menghabiskan sepanjang hari ini dengan banyak berbicara dengan Bu Nana. Wanita itu ingin tahu apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh suaminya."Tuan, sangat suka makan kepiting dan juga makanan manis.""Arion suka makanan manis?" tanya Alena yang tidak menyangka selera suami nya sama seperti nya."Sangat amat suka!" tegas Bu Nana, "tapi, apa selama pacaran Tuan tidak pernah memberi tahu anda?"Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Alena lantas menyengir salah tingkah. Takut jika hubungan nya dengan Arion yang sesungguhnya akan terbongkar dihadapan kepala pelayan nya sendiri."Ah, itu... Aku dan Arion tidak menjalani hubungan seperti itu." jawab Alena, berusaha mencari alasan yang bagus dan masuk akal. "Maksudku, hanya sebentar pacaran. Dan Arion langsung mengajak ku menikah." timpal nya kembali.Bu Nana terlihat ragu, namun wanita tua itu hanya mengangguk dan t
Bantu dukung author dengan subscribe, dan komentar. Terimakasih ☺️🙏***Alena beberapa kali menarik napas panjang, tangan nya sudah basah dengan keringat dingin, dan detak jantungnya berdebar tak beraturan. Dia berdiri di depan cermin, memperhatikan bayangan dirinya yang terpantul di sana, sementara tukang rias sedang menyapukan highlighter di bagian tulang pipinya. Satu sentuhan terakhir sebelum ia melangkahkan kakinya ke altar pernikahan."Sudah, siap!" ucap tukang rias itu dengan penuh semangat. Ia tampak senang melihat hasil kerjanya yang terlihat cocok di wajah Alena.Tepat pada saat yang bersamaan, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok pria tampan yang terlihat gagah menggunakan setelan tuxedo berwarna hitam yang terbuat dari bahan berkualitas terbaik. Rambut hitamnya yang sehitam arang tampak mengkilap di bawah terpaan cahaya lampu.Tangannya terulur ke arah Alena, menggenggam tangan wanita tersebut dengan mantap, dan dalam sekejap mereka telah melangkah keluar menuju al