Anna melihat ekspresi wajah Kai yang terlihat tidak senang. Jika dia salah bicara, bisa-bisa jadi masalah lagi.“Aku mau bertemu Bella. Temanku yang waktu itu, kami hanya mau jalan-jalan,” ujar Anna menjelaskan.Lagi pula dia tidak sepenuhnya bohong, kan? Dia memang akan pergi dengan Bella juga. Hanya saja Anna tidak menyebutkan Anser, takut jika Kai tidak senang.Kai diam sesaat seraya menatap pada Anna, lalu membalas, “Pergilah.”Anna langsung melebarkan senyum. “Terima kasih.”Meski ekspresi wajahnya datar, tapi dalam hati Kai senang melihat Anna begitu bahagia.“Lain kali, jangan menerima makanan dari orang lain.” Anna terkesiap.“Iya, tadi aku sudah bilang tidak akan menerima makanan dari orang lain kalau kamu tidak mengizinkan,” balas Anna.Kai melirik pada Anna, lalu kembali melanjutkan makan.**Saat sore hari. Anna sudah merapikan meja Kai dan siap untuk pulang.“Kamu pulang bersama sopir,” kata Kai.Anna langsung menatap pada Kai.“Anda tidak pulang bersama kami?” tanya Ann
Di rumah sakit. Queen sudah ada di sana setelah pulang dari perusahaan, sedangkan ayahnya sedang keluar karena ada keperluan.“Kamu dari perusahaan langsung ke sini?” tanya Eve.“Iyalah, Mami. Lihat, aku masih pakai baju kerja,” jawab Queen seraya menunjukkan pakaian yang dipakainya.Eve tersenyum kecil.“Padahal kamu bisa pulang dulu, mandi, ganti baju. Malah langsung ke sini,” ujar Eve.Queen melebarkan senyum, lalu berkata, “Ini tandanya aku sangat sayang Mami. Jadi aku ingin segera di sini biar bisa menjaga Mami.”“Sekarang kamu pandai menggombal,” balas Eve seraya menatap lucu pada putrinya itu.Queen hanya tertawa kecil.“Oh ya, mami mau tanya,” ucap Eve.“Tanya saja, yang penting tidak tanya kapan aku nikah,” seloroh Queen.Eve menggeleng pelan, lalu berkata, “Mami mau tanya soal kakakmu.”Queen langsung menatap pada sang mami. Dia menarik kursi, lalu duduk di samping ranjang seraya menatap antusias.“Mami mau tanya soal apa?” tanya Queen.“Apa kakakmu sedang menjalin hubungan
Eve menatap curiga pada Kai. Kenapa putranya itu terus menghindari pertanyaan darinya, seolah Kai tidak pernah berminat sama sekali dengan hal-hal yang berbau pernikahan dan wanita.Ibu mana yang tidak cemas dengan hal ini.“Kai, jangan sampai kamu punya kelainan apalagi gay. Mami tidak rela, Kai.” Eve menatap nanar. Dia sedih kalau putranya mengalami hal itu.Eve tak pernah bisa membayangkan kalau Kai hidup di jalan yang salah. Dia pasti akan merasa menjadi ibu yang gagal.Kai sangat terkejut. Dia langsung menatap pada sang mami yang bola matanya sudah berkaca-kaca.“Astaga, Mami. Bagaimana bisa Mami berkata seperti itu?” Kai menanggapi kepanikan Eve dengan tenang.Melihat Kai yang bersikap tenang dan seperti tak merasa bersalah karena sudah membuat Eve cemas, malah membuat wanita itu kesal.“Ya, bagaimana mami tidak seperti itu? Kamu selalu menghindari pembahasan soal wanita. Kamu juga tidak pernah dekat dengan wanita mana pun. Bahkan pacaran saja tidak. Coba ingat, kapan kamu perna
Anna baru saja keluar dari kamar mandi. Dia berjalan ke ranjang untuk beristirahat. Saat sudah menarik selimut, Anna melihat ponselnya berdering. “Pak Kai?” Anna segera menjawab panggilan itu karena takut jika Kai menghubunginya karena ada keperluan penting.“Halo.” Anna menyapa begitu ponsel menyentuh telinga. “Apa Anda membutuhkan sesuatu?” tanya Anna dengan sigap.Anna menunggu suara dari seberang panggilan, tapi kenapa sangat hening? Apa Kai salah menghubungi atau tak sengaja menghubungi? Dahi Anna berkerut samar.Di rumah sakit. Kai sangat panik mendengar suara Anna. Dia memandang ponselnya seraya melipat bibir.‘Bagaimana ini? Haruskah kujawab?’ batin Kai ragu.Namun, panggilan itu sudah terlanjur terhubung. Jika tiba-tiba saja Kai mengakhiri panggilan itu, dia yakin kalau Anna akan salah paham padanya.Kai menoleh ke ranjang. Dia melihat Eve yang masih tertidur pulas, hingga akhirnya Kai mulai bicara.“Tidak ada. Aku hanya mau memastikan apakah kamu sudah beristirahat.”Kai t
Keesokan harinya. Anna sudah bangun pagi dan sibuk di dapur. Semalaman dia tidak bisa tidur dengan tenang karena takut bangun kesiangan dan tidak bisa membuatkan sup iga yang Kai inginkan, sehingga pagi ini saat membuka mata, Anna langsung bangun meski hari masih agak gelap.Anna sudah meracik bahan dan sedang mengolahnya, berharap saat Kai datang, masakannya sudah siap.Namun, ternyata Kai pulang lebih awal. Saat masuk rumah, Kai mendengar suara aktivitas di dapur, membuatnya pergi ke sana dan mendapati Anna yang sedang sibuk memasak.Kai tersenyum kecil. Dia tidak menyangka Anna sangat antusias memasak makanan untuknya, padahal ini masih gelap.“Ini masih gelap dan kamu sudah sibuk di dapur.”Suara Kai mengejutkan Anna. Dia melihat istrinya itu sampai bergedik sebelum menoleh ke arahnya.“Anda sudah pulang.” Anna tersenyum meski sebelumnya benar-benar terkejut. “Aku pikir Anda masih pulang agak nanti, apalagi ini masih agak gelap,” ucap Anna untuk menutupi keterkejutannya.Kai tidak
Rachel berada di sekitar lingkungan rumah orang tua Anna. Dia berada di mobil sedang mengamati rumah kecil orang tua Anna.Saat sedang memperhatikan, Rachel melihat seorang wanita keluar dari rumah itu. Rachel langsung menegakkan badan.“Nindy, kamu mau ke mana lagi?!”Nindy mengabaikan suara teriakan ibunya. Dia keluar dari rumah lalu berjalan seraya memasang wajah kesal.Nindy baru saja bertengkar dengan ibunya yang tak memberinya uang lagi, padahal dia sangat butuh.“Coba saja Ibu bisa lebih tegas, bisa tuh manfaatin Anna agar dapat uang banyak. Masa sekarang aku susah, dia dapat enaknya,” gerutu Nindy lalu menyugar rambut depan ke belakang.Nindy benar-benar tidak bisa hidup tanpa shopping. Dia terbiasa hidup serba berkecukupan, lalu sekarang sepeser uang pun tak punya. Sejak dia dipecat dari tempatnya bekerja, Nindy memilih menganggur karena apa yang dibutuhkan semuanya ditanggung ayah tiri dan Anna. Sekarang semuanya berubah, Nindy merasa seperti gelandangan.Nindy masih mengome
Kai dan Anna baru saja selesai sarapan. Anna menatap pada Kai yang menghabiskan sup lumayan banyak, hal itu membuat Anna senang karena merasa kalau masakannya dihargai.“Apa Anda … maksudku, apa kamu mau makan sesuatu sore nanti, biar pulang kerja aku langsung memasaknya?” tanya Anna penuh semangat.Kai menatap pada Anna. Dia lega Anna mau memanggilnya dengan panggilan non formal.“Aku sedang tidak ingin apa pun. Buatkan apa saja, pasti aku makan. Tapi kalau kamu lelah, biar pelayan yang memasak,” jawab Kai.Anna tersenyum lebar, lalu membalas, “Tidak lelah, aku juga suka memasak.”Kai mengangguk pelan.“Siang ini aku akan keluar untuk menjemput ibuku dari rumah sakit. Dia sudah diperbolehkan pulang,” ujar Kai.Anna mengangguk-angguk.Kai memperhatikan ekspresi wajah Anna. Kai bertanya-tanya,kenapa Anna tidak ada keinginan untuk ikut? Apa dia tidak penasaran dan ingin bertemu dengan sang mami?Anna tidak membalas ucapan Kai. Dia cukup sadar diri akan posisinya sebagai istri kontrak. A
Anna berada di perusahaan sedang menyusun berkas-berkas yang ada di meja Kai, agar ketika pria itu kembali, Kai tinggal mengerjakan berkas sesuai dengan urutannya.Saat sedang sibuk memilah berkas, ponsel Anna berdering dengan nama sang ibu tiri terpampang di layar, tentu saja hal itu sangat mengganggu. Anna hanya menatap ponselnya tanpa berniat menjawab panggilan itu.Anna melanjutkan pekerjaannya, tapi ternyata Mila terus menghubungi, membuat Anna benar-benar terganggu. “Jika aku blokir, dia pasti akan semakin menjadi-jadi,” gumam Anna seraya menatap nama Mila yang terpampang di layar.Anna mengabaikan panggilan dari Mila, saat akan meletakkan ponselnya kembali ke meja, ada notifikasi pesan masuk di layar ponsel.Anna mencoba membaca sekilas, tapi tiba-tiba dia membuka pesan yang dikirimkan oleh ibu tirinya itu.[Aku tidak tahu kamu ada di mana sekarang. Tapi yang jelas aku sudah ada di perusahaan pria itu. Kalau kamu tidak mau menemuiku, aku akan membuat onar di sini!]Anna membul
Anna langsung menghampiri seorang wanita yang kini sedang memunguti barang yang jatuh dari gerobak yang terguling di pasir.Kai ikut menyusul Anna, lalu membantu mengangkat gerobak agar bisa berdiri.“Terima kasih,” ucap wanita berumur tiga puluhan tahun yang dibantu Anna.Anna tersenyum seraya membantu memunguti jagung dan beberapa barang lain lalu memasukkannya ke gerobak.“Kakak baik-baik saja?” tanya Anna seraya menatap wajah kuyu wanita itu, bahkan penampilannya sedikit berantakan, menunjukkan kalau wanita itu begitu lelah.Wanita dengan kantung mata yang begitu cekung itu tersenyum.“Aku baik-baik saja, hanya saja ban gerobaknya tadi tergelincir di pasir makanya semua barangnya jatuh,” jawab wanita itu, “aku sangat berterima kasih kalian mau membantu.”“Sama-sama,” balas Anna seraya melebarkan senyum.“Kalian pengunjung di pantai ini?” tanya wanita itu lagi seraya memperhatikan Anna dan Kai bergantian.“Iya, kami baru tiba sore ini,” jawab Anna.Wanita itu lagi-lagi tersenyum.“
Nindy berjalan mondar-mandir di kamar karena Mila belum juga dibebaskan. Dia mulai tak sabaran apalagi Rachel tidak memberi kabar sama sekali.Nindy memandang ponselnya, dia akhirnya memutuskan untuk menghubungi Rachel.“Kenapa kamu menghubungiku?” Suara bentakkan terdengar dari seberang panggilan.“Aku hanya mau tanya, kapan kamu akan membantu ibuku bebas?” tanya Nindy sempat terkejut karena bentakkan Rachel.“Tunggu saja dan jangan menghubungiku. Kamu akan membuat orang curiga, kamu lupa janjimu, hah!”Nindy sebal karena kembali terkena bentak.“Tapi tetap saja, aku hanya mau memastikan kamu tidak bohong dengan janjimu untuk membantu Ibu keluar dari kantor polisi, dia masuk gitu juga buat bantu kamu,” ucap Nindy dengan nada kesal.Namun, bukannya mendapat kepastian, Nindy malah terkejut karena panggilan itu diakhiri begitu saja.Nindy memandang ponselnya dengan rasa tak percaya. Dia kesal karena Rachel seperti menghindarinya.“Lihat saja, ya. Kalau dia tidak mengeluarkan Ibu, akan k
Keesokan harinya. Kai sudah bangun lebih awal, begitu juga dengan Anna yang sekarang sedang di kamar mandi.Kai mendapat panggilan dari Tian, sehingga dia memilih pergi ke balkon ketika menjawab panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Kai yang memang menunggu kabar dari Tian.“Saya sudah mendapatkan informasi wartawan yang membuat berita ity. Sekarang saya sedang menyuruh orang untuk mengorek informasi lebih lanjut,” ujar Tian dari seberang panggilan.“Selidiki sampai ke akarnya selagi aku mengajak Anna pergi berlibur. Informasi apa pun yang kamu dapat, segera beritahu aku!” perintah Kai seraya mengepalkan telapak tangan.“Baik, Pak.”Kai mengakhiri panggilan itu. Dia memandang layar ponselnya. Embusan napas kasar lolos dari mulutnya.“Kai.”Kai membalikkan badan saat mendengar suara Anna.“Apa ada masalah?” tanya Anna saat melihat ekspresi wajah Kai yang terlihat serius.Kai memulas senyum, dia berjalan menghampiri Anna yang ada di dalam kamar. Kai tidak mau membuat Anna cemas.“Tidak ada
Kai keluar dari kamar karena ingin mengambil makanan untuk Anna. Dia berjalan menuruni anak tangga dan bertemu dengan Stefanie yang baru saja berjalan dari depan.“Bagaimana kondisi Anna?” tanya Stefanie saat berhadapan dengan Kai.“Sudah lebih baik meski sempat sangat syok,” jawab Kai bersikap biasa karena dari sudut pandangnya, Stefanie juga tak sepenuhnya salah.Stefanie mengangguk-angguk pelan meski tatapan matanya menunjukkan banyak kesedihan.Kai memandang pada Stefanie yang diam, sehingga dia berkata, “Selama ini kehidupan Anna sangat sulit. Jika kamu memang menyayanginya, jangan terlalu memaksanya.”Stefanie terdiam seraya menatap pada Kai.“Banyak tekanan yang dialaminya. Jadi kuharap kamu tidak menekannya lagi dengan memaksakan semua fakta itu agar dia menerimanya.”Kai mencoba menjaga perasaan Anna. Dia tak ingin Anna bersedih lagi.Stefanie terlihat semakin sedih. Dia sudah sangat senang bisa menemukan Anna, tapi siapa sangka jika yang terjadi tak sesuai dengan harapannya.
Kondisi emosi Anna semakin tidak stabil, sehingga Kaivan meminta Kai untuk membawa Anna beristirahat lebih dulu.Kai mengajak Anna ke kamar. Sesampainya di sana, Anna langsung terduduk lemas di tepian ranjang.Kai ikut duduk di samping Anna, lalu menggenggam telapak tangan istrinya itu. Siapa sangka jika Anna langsung memeluk seraya menangis.“Menangislah sepuasnya,” ucap Kai seraya mengusap lembut punggung Anna.Anna terlalu banyak mendapat tekanan, setelah fitnah yang didapat, Anna harus menerima fakta jika ibunya ternyata masih mengharapkannya.“Setelah sekian tahun, kenapa dia harus datang? Aku tidak bisa menerimanya begitu saja,” ucap Anna di sela isak tangis.Kai menghela napas pelan, lalu berkata, “Kamu tak harus menerima, cukup tahu saja.”Anna menangis terisak, bahkan kedua pundaknya sampai bergetar.“Bukankah ini juga bagus. Mamamu bilang kalau dia menikah dengan ayahmu meski di usia muda, itu artinya kamu bukan anak haram. Kamu lahir setelah kedua orang tuamu menikah,” ucap
“Anna, dengarkan penjelasan mama dulu, ya.” Stefanie mencoba menyentuh Anna, tapi langsung dihindari oleh putrinya itu.“Apa lagi yang mau kamu jelaskan?” Anna berdiri sampai membuat semua orang terkejut.Tatapan kekecewaan begitu kentara dari sorot matanya.“Sekian tahun, kenapa kamu baru datang jika memang merasa kamu itu ibuku?” tanya Anna sampai menepuk dada. Bahkan bola matanya sampai berkaca-kaca.“Anna, tenang ya.” Eve berdiri lalu merangkul Anna agar bisa sedikit tenang.Kai juga berdiri, takut jika Anna tertekan dengan fakta yang baru saja didapat.“Berikan mama kesempatan menjelaskan. Setelah itu, terserah bagaimana penilaianmu,” pinta Stefanie membujuk.Anna menatap kecewa, setelah ayahnya pergi dan semua yang dia alami, kenapa ibunya baru muncul?Kai mendekat pada Anna. Dia menggenggam tangan Anna lalu berkata, “Duduklah dulu dan dengarkan apa yang hendak dia jelaskan.”Anna menatap Kai dengan air mata yang siap meluap dari pelupuk mata.Akhirnya Anna mau duduk, tapi berpi
Saat malam hari. Kai mengajak Anna pulang ke kediaman orang tuanya.Mobil mereka sudah berhenti di depan garasi. Anna memandang rumah besar itu, tiba-tiba saja dia takut kalau keluarga Kai berubah sikap padanya.“Ayo!” ajak Kai saat menoleh Anna.Kai melihat Anna yang seperti orang bingung, dia meraih telapak tangan Anna lalu menggenggamnya erat, seolah paham kecemasan yang sedang Anna rasakan.“Semua akan baik-baik saja, percayalah padaku,” ucap Kai meyakinkan.Anna mengangguk pelan seraya berusaha tersenyum. Dia dan Kai akhirnya keluar dari mobil. Mereka berjalan berdua seraya bergandengan tangan.Saat sudah masuk rumah, mereka langsung menemui orang tua Kai yang ternyata sudah menunggu di ruang keluarga.Ada Stefanie juga di sana.“Kalian sudah pulang, ayo duduk.” Eve berdiri dan langsung merangkul pundak Anna.Eve mengajak Anna agar duduk bersama mereka. Dia tahu Anna masih tertekan, sehingga itu Eve mencoba menunjukkan kalau dia ada untuk Anna.Anna tersenyum saat Eve merangkulny
Anser keluar dari mobil karena wanita yang hampir ditabraknya itu marah-marah.“Kalau mau keluar dari parkiran, lihat-lihat!” amuk wanita yang tak lain Queen.Queen baru saja akan pergi meninggalkan hotel, tapi dia dibuat kaget karena hampir tertabrak saat akan menuju mobilnya.“Kamu yang melintas tiba-tiba di depan mobil, kenapa kamu marah-marah?” Anser merasa heran. Dia merasa tak bersalah.“Hah!” Queen membuang napas dengan mulut. “Begini nih, orang salah bukan minta maaf tapi malah balik menyalahkan!”Bagaimanapun, Queen tidak akan mengalah sama sekali pada pria di depannya ini.Anser merasa tak ada guna meladeni amukan Queen, sehingga dia memilih mengalah.“Kalau begitu aku minta maaf.” Queen menyipitkan mata.“Kamu meminta maaf, tapi tidak ikhlas,” gerutu Queen.Anser menghela napas kasar. Dia tidak mengerti, apa yang diinginkan oleh wanita di depannya ini.“Aku minta maaf karena melajukan mobil tanpa melihat-lihat lebih dulu. Jika kamu terluka atau mau minta ganti rugi, aku ak
Anser datang ke hotel karena mendapat undangan dari Kai. Meski Anser merasa kalau Kai hanya ingin membuktikan jika Anna milik pria itu, tapi Anser tetap datang untuk memastikan.Saat sampai di tempat pesta, Anser tak melihat Kai dan keluarganya di sana, tentu saja hal itu membuat Anser heran.Anser masih mengedarkan pandangan. Dia benar-benar tak melihat satu pun keluarga Kai di ruangan itu.“Maaf, apa pengantinnya sedang istirahat?” tanya Anser pada seorang pelayan yang melintas di depannya.Pelayan itu berhenti di hadapan Anser.“Pengantin dan keluarganya meninggalkan pesta, tapi pestanya tetap dilanjutkan untuk menyelesaikan jamuan,” jawab pelayan.Anser mengerutkan alis.“Meninggalkan? Bagaimana bisa pesta pengantin tapi pengantinnya malah pergi?” Anser keheranan.Pelayan itu menengok ke kanan dan kiri, lalu sedikit mendekat pada Anser.“Sebenarnya tadi pestanya berjalan baik-baik saja, sampai ada berita yang tersebar dan ada wanita tua membuat keributan di sini,” ucap pelayan itu