Kai dan Tian masuk ke ruang rapat. Di sana sudah hadir para pemegang saham yang menatap datar ke arah Kai.Rapat itu dimulai dengan pembahasan masalah hotel yang sedang dibangun oleh perusahaan, lalu laporan dari beberapa petinggi direksi.“Oh ya, Pak Kai. Saya mendapat informasi jika perusahaan ada penambahan karyawan? Apa itu benar?” tanya salah satu pemegang saham yang berusia sama dengan Kai.Kai menatap datar. Ternyata tebakan Tian benar. Ada pembahasan soal keberadaan anna.“Benar,” jawab Kai dengan tegas.“Sebenarnya kami mendapat laporan atas ketidaknyamanan perekrutan staff tanpa interview, apalagi beberapa merasa kalau perekrutan itu tidak penting,” ucap salah satu pemegang saham lain.“Bahkan kami mendapat laporan kalau Anda mulai tidak profesional dalam bekerja karena menjalin hubungan dengan staff yang Anda rekrut,” timpal yang lain.Kai diam. Ternyata memang ada yang ingin membuat huru-hara sampai hal kecil seperti ini dipermasalahkan dan naik sampai ke telinga para peme
Anna berada di ruang kerja saat Kai rapat. Dia memilih mengecek dan memilah berkas yang sudah bertumpuk di meja.Saat Anna masih fokus dengan berkas di meja, dia kembali mendapat panggilan dari Mila.Anna memandangi layar ponselnya. Dia tidak berniat menjawab karena Kai sudah memperingatkan.Anna berpikir, bagaimana kalau diblokir saja? Lagi pula hubungan Anna dan Kai sudah jelas, Anna tidak perlu cemas kalau Mila mengancamnya.Saat Anna berniat memblokir nomor Mila, dia sudah lebih dulu mendapat pesan dari ibu tirinya itu. Anna penasaran dengan kalimat pertama yang dilihatnya pada push notifikasi, membuat Anna akhirnya membaca pesan itu.[Bagaimana bisa kamu melakukan ini? Meski ayahmu sudah meninggal, tapi bukan berarti kamu bisa mengusir kami seperti ini, Anna! Bahkan kamu mengabaikan panggilan dariku, kamu memang durhaka!]Anna mengerutkan alis, apa maksudnya ini? Siapa yang mengusir Mila?Anna semakin penasaran, sampai akhirnya dia memilih menghubungi wanita itu.Tak membutuhkan
Alvian dan Kirana berada di rumah. Mereka benar-benar menjadi pengangguran dan sekarang hanya bisa duduk di sofa seraya menonton televisi tanpa melakukan pekerjaan yang berarti.“Kita harus mencari pekerjaan setelah ini, kita tidak mungkin terus diam begini, kan?” Kirana menatap pada Alvian yang sedang asyik mengunyah camilan.“Kita pikirkan saja nanti. Lagi pula baru sehari dipecat,” balas pria itu dengan santainya.Kirana menegakkan badan mendengar ucapan Alvian. Dia merasa kalau Alvian terlalu santai.“Kita tidak tahu kapan bisa dapat pekerjaan, jadi lebih baik segera mencari lowongan dan mendaftar, buat jaga-jaga karena sekarang susah mencari pekerjaan,” ucap Kirana lagi.Kirana tidak mau jika mereka benar-benar menjadi gelandangan karena menganggur.Alvian menghela napas kasar karena kesal Kirana begitu cerewet, tapi saat melihat ekspresi wajah Kirana yang berubah, Alvian langsung mencoba tersenyum.“Iya, nanti pasti aku akan mencari pekerjaan. Tapi untuk sekarang, aku mau istira
Anna melihat pria yang di depannya hanya diam dan tak segera masuk lift. Anna sampai kembali menekan tombol buka agar lift tidak tertutup sebelum pria di depannya masuk.“Anda tidak masuk?” tanya Anna seraya kesusahan memeluk berkas di dada.Justin tersadar dari lamunan. Dia melangkah masuk tepat saat Anna tak sengaja menjatuhkan berkas-berkas yang dipegang.“Ah, jadi berantakan.” Anna segera berjongkok lalu memungut kertas-kertas yang berserakan di lantai lift.Justin ikut membantu memungut kertas itu, lalu memberikan pada Anna.“Terima kasih,” ucap Anna saat Justin membantunya merapikan kertas-kertas itu. Dia bicara tanpa menatap pada Justin.Justin memperhatikan wajah Anna. Dia hanya tahu kalau Anna adalah staff yang direkrut khusus dan belum tahu kalau Anna adalah istri Kai.“Kamu staff baru?” tanya Justin berpura-pura tidak tahu.Anna mengalihkan pandangan dari berkas di tangan ke arah Justin. Dia lalu mengangguk kecil.“Ah … pantas saja aku tidak pernah melihatmu sebelumnya,” uc
Mila dan Nindy masuk ke restoran. Mereka masuk ke salah satu private room yang diarahkan oleh pelayan.“Sepertinya wanita itu sangat kaya,” bisik Mila saat melihat penampilan wanita yang duduk di ruangan itu.“Sangat kaya, Bu. Pokoknya jangan sampai Ibu menyinggungnya,” balas Nindy.Mila mengangguk.Rachel tersenyum melihat kedatangan Mila dan Nindy. Dia bersikap ramah meski itu hanyalah sebuah kedok.“Silakan duduk!” Mila dan Nindy duduk berhadapan dengan Rachel.Rachel memanggil pelayan, lalu meminta Nindy dan Mila memesan makanan apa pun yang diinginkan karena dia yang akan membayarnya.Mila dan Nindy sangat senang, mereka memesan makanan mahal tanpa mendapat komplain dari Rachel.Setelah pelayan pergi untuk menyiapkan pesanan. Rachel mulai memandang pada Mila dan Nindy.“Ada apa sampai kalian ingin bertemu denganku?” tanya Rachel dengan sikap seolah dia wanita yang begitu baik.Mila melirik pada Nindy. Dia tiba-tiba ragu karena merasa kalau Rachel sangat baik, mana mungkin mau me
“Sebenarnya, apa yang terjadi di perusahaan?” tanya Anna saat dia dan Kai sudah pulang.Kai sedang melepas dasi. Dia membalikkan badan lalu menoleh pada Anna.“Kenapa kamu tanya lagi? Apa ada yang menyinggungmu?” tanya Kai menebak.“Tidak ada yang menyinggungku, hanya saja sepertinya keberadaanku di perusahaan kembali dipermasalahkan,” ucap Anna seraya sedikit menunduk.Kai langsung bisa menangkap maksud dari sikap Anna. Dia mendekat pada Anna, lalu berdiri seraya memegang kedua pundak istrinya itu.“Anna, kamu percaya padaku, kan?” tanya Kai meyakinkan.Anna memandang suaminya itu, lalu berkata, “Percaya, tapi kalau kamu saja tidak jujur dengan apa yang terjadi, bagaimana bisa aku seratus persen percaya?”Kai terdiam.Sedetik kemudian Kai menggandeng Anna untuk duduk di tepian ranjang.“Rapat tadi memang membahas soal perusahaan, tapi ada pembahasan tentang dirimu juga. Sepertinya ada yang melaporkanmu,” ucap Kai akhirnya jujur pada Anna.Kai sengaja tak menceritakan itu karena tahu
Hari berikutnya. Anna dan Kai berangkat seperti biasa.Anna sebenarnya masih waswas, tapi dia juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya.“Apa pun yang nanti orang katakan, biarkan saja karena mulut mereka akan terbungkam sendiri begitu undangan pernikahan kita disebar,” ujar Kai seraya menggenggam telapak tangan Anna yang ada di pangkuan.Anna menoleh pada Kai. Dengan seulas senyum dia mengangguk pelan.“Iya, aku akan tutup telinga,” balas Anna.Kai mengusap lembut rambut Anna. Dia masih menggenggam telapak tangan Anna selama perjalanan menuju perusahaan.Sesampainya di perusahaan. Kai turun bersama Anna, tapi saat Kai ingin menggandeng Anna, istrinya itu memilih menggeleng.Kai tidak memaksa karena tahu kecemasan yang sedang Anna rasakan. Dia memilih menuruti keinginan istrinya itu.Mereka berjalan masuk lobby. Tian sudah menanti di sana seperti biasa, lalu berjalan di belakang Kai bersama Anna.Tian memandang pada Anna yang tegang, sepertinya atasannya itu sudah menceritakan ya
“Apa yang kamu katakan?” tanya Kai terkejut.Tian menoleh Anna yang sudah berdiri karena kepanikan.“Ibu tiri Anna membuat keributan di bawah, dia mau menuntut Anna karena sudah mengusirnya,” kata Tian mengulang apa yang tadi dikatakan.“Apa?” Anna sangat syok.Anna bergegas ingin turun, tapi Kai langsung mencegahnya dengan cepat.“Kamu di sini saja, biar aku yang mengatasinya,” kata Kai.“Tapi aku yang dia permasalahkan, harusnya aku yang menemuinya,” balas Anna, “aku hanya tak mau dianggap sembunyi dan bersalah karena tak berani bertemu dan menyelesaikan masalah dengannya,” imbuh Anna.“Benar, Pak. Jika Anna tetap di sini, dia malah akan dianggap bersembunyi,” timpal Tian, “apalagi dia berkata kalau Anna memiliki hubungan dengan salah satu petinggi di sini.”Kai memandang Anna yang sangat cemas. Apa yang dikatakan keduanya memang benar.“Baiklah, aku dan Tian akan melindungimu,” ucap Kai pada akhirnya.Anna mengangguk. Mereka keluar dari ruangan bersama untuk turun ke lobi.Di lobi.
Anna langsung menghampiri seorang wanita yang kini sedang memunguti barang yang jatuh dari gerobak yang terguling di pasir.Kai ikut menyusul Anna, lalu membantu mengangkat gerobak agar bisa berdiri.“Terima kasih,” ucap wanita berumur tiga puluhan tahun yang dibantu Anna.Anna tersenyum seraya membantu memunguti jagung dan beberapa barang lain lalu memasukkannya ke gerobak.“Kakak baik-baik saja?” tanya Anna seraya menatap wajah kuyu wanita itu, bahkan penampilannya sedikit berantakan, menunjukkan kalau wanita itu begitu lelah.Wanita dengan kantung mata yang begitu cekung itu tersenyum.“Aku baik-baik saja, hanya saja ban gerobaknya tadi tergelincir di pasir makanya semua barangnya jatuh,” jawab wanita itu, “aku sangat berterima kasih kalian mau membantu.”“Sama-sama,” balas Anna seraya melebarkan senyum.“Kalian pengunjung di pantai ini?” tanya wanita itu lagi seraya memperhatikan Anna dan Kai bergantian.“Iya, kami baru tiba sore ini,” jawab Anna.Wanita itu lagi-lagi tersenyum.“
Nindy berjalan mondar-mandir di kamar karena Mila belum juga dibebaskan. Dia mulai tak sabaran apalagi Rachel tidak memberi kabar sama sekali.Nindy memandang ponselnya, dia akhirnya memutuskan untuk menghubungi Rachel.“Kenapa kamu menghubungiku?” Suara bentakkan terdengar dari seberang panggilan.“Aku hanya mau tanya, kapan kamu akan membantu ibuku bebas?” tanya Nindy sempat terkejut karena bentakkan Rachel.“Tunggu saja dan jangan menghubungiku. Kamu akan membuat orang curiga, kamu lupa janjimu, hah!”Nindy sebal karena kembali terkena bentak.“Tapi tetap saja, aku hanya mau memastikan kamu tidak bohong dengan janjimu untuk membantu Ibu keluar dari kantor polisi, dia masuk gitu juga buat bantu kamu,” ucap Nindy dengan nada kesal.Namun, bukannya mendapat kepastian, Nindy malah terkejut karena panggilan itu diakhiri begitu saja.Nindy memandang ponselnya dengan rasa tak percaya. Dia kesal karena Rachel seperti menghindarinya.“Lihat saja, ya. Kalau dia tidak mengeluarkan Ibu, akan k
Keesokan harinya. Kai sudah bangun lebih awal, begitu juga dengan Anna yang sekarang sedang di kamar mandi.Kai mendapat panggilan dari Tian, sehingga dia memilih pergi ke balkon ketika menjawab panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Kai yang memang menunggu kabar dari Tian.“Saya sudah mendapatkan informasi wartawan yang membuat berita ity. Sekarang saya sedang menyuruh orang untuk mengorek informasi lebih lanjut,” ujar Tian dari seberang panggilan.“Selidiki sampai ke akarnya selagi aku mengajak Anna pergi berlibur. Informasi apa pun yang kamu dapat, segera beritahu aku!” perintah Kai seraya mengepalkan telapak tangan.“Baik, Pak.”Kai mengakhiri panggilan itu. Dia memandang layar ponselnya. Embusan napas kasar lolos dari mulutnya.“Kai.”Kai membalikkan badan saat mendengar suara Anna.“Apa ada masalah?” tanya Anna saat melihat ekspresi wajah Kai yang terlihat serius.Kai memulas senyum, dia berjalan menghampiri Anna yang ada di dalam kamar. Kai tidak mau membuat Anna cemas.“Tidak ada
Kai keluar dari kamar karena ingin mengambil makanan untuk Anna. Dia berjalan menuruni anak tangga dan bertemu dengan Stefanie yang baru saja berjalan dari depan.“Bagaimana kondisi Anna?” tanya Stefanie saat berhadapan dengan Kai.“Sudah lebih baik meski sempat sangat syok,” jawab Kai bersikap biasa karena dari sudut pandangnya, Stefanie juga tak sepenuhnya salah.Stefanie mengangguk-angguk pelan meski tatapan matanya menunjukkan banyak kesedihan.Kai memandang pada Stefanie yang diam, sehingga dia berkata, “Selama ini kehidupan Anna sangat sulit. Jika kamu memang menyayanginya, jangan terlalu memaksanya.”Stefanie terdiam seraya menatap pada Kai.“Banyak tekanan yang dialaminya. Jadi kuharap kamu tidak menekannya lagi dengan memaksakan semua fakta itu agar dia menerimanya.”Kai mencoba menjaga perasaan Anna. Dia tak ingin Anna bersedih lagi.Stefanie terlihat semakin sedih. Dia sudah sangat senang bisa menemukan Anna, tapi siapa sangka jika yang terjadi tak sesuai dengan harapannya.
Kondisi emosi Anna semakin tidak stabil, sehingga Kaivan meminta Kai untuk membawa Anna beristirahat lebih dulu.Kai mengajak Anna ke kamar. Sesampainya di sana, Anna langsung terduduk lemas di tepian ranjang.Kai ikut duduk di samping Anna, lalu menggenggam telapak tangan istrinya itu. Siapa sangka jika Anna langsung memeluk seraya menangis.“Menangislah sepuasnya,” ucap Kai seraya mengusap lembut punggung Anna.Anna terlalu banyak mendapat tekanan, setelah fitnah yang didapat, Anna harus menerima fakta jika ibunya ternyata masih mengharapkannya.“Setelah sekian tahun, kenapa dia harus datang? Aku tidak bisa menerimanya begitu saja,” ucap Anna di sela isak tangis.Kai menghela napas pelan, lalu berkata, “Kamu tak harus menerima, cukup tahu saja.”Anna menangis terisak, bahkan kedua pundaknya sampai bergetar.“Bukankah ini juga bagus. Mamamu bilang kalau dia menikah dengan ayahmu meski di usia muda, itu artinya kamu bukan anak haram. Kamu lahir setelah kedua orang tuamu menikah,” ucap
“Anna, dengarkan penjelasan mama dulu, ya.” Stefanie mencoba menyentuh Anna, tapi langsung dihindari oleh putrinya itu.“Apa lagi yang mau kamu jelaskan?” Anna berdiri sampai membuat semua orang terkejut.Tatapan kekecewaan begitu kentara dari sorot matanya.“Sekian tahun, kenapa kamu baru datang jika memang merasa kamu itu ibuku?” tanya Anna sampai menepuk dada. Bahkan bola matanya sampai berkaca-kaca.“Anna, tenang ya.” Eve berdiri lalu merangkul Anna agar bisa sedikit tenang.Kai juga berdiri, takut jika Anna tertekan dengan fakta yang baru saja didapat.“Berikan mama kesempatan menjelaskan. Setelah itu, terserah bagaimana penilaianmu,” pinta Stefanie membujuk.Anna menatap kecewa, setelah ayahnya pergi dan semua yang dia alami, kenapa ibunya baru muncul?Kai mendekat pada Anna. Dia menggenggam tangan Anna lalu berkata, “Duduklah dulu dan dengarkan apa yang hendak dia jelaskan.”Anna menatap Kai dengan air mata yang siap meluap dari pelupuk mata.Akhirnya Anna mau duduk, tapi berpi
Saat malam hari. Kai mengajak Anna pulang ke kediaman orang tuanya.Mobil mereka sudah berhenti di depan garasi. Anna memandang rumah besar itu, tiba-tiba saja dia takut kalau keluarga Kai berubah sikap padanya.“Ayo!” ajak Kai saat menoleh Anna.Kai melihat Anna yang seperti orang bingung, dia meraih telapak tangan Anna lalu menggenggamnya erat, seolah paham kecemasan yang sedang Anna rasakan.“Semua akan baik-baik saja, percayalah padaku,” ucap Kai meyakinkan.Anna mengangguk pelan seraya berusaha tersenyum. Dia dan Kai akhirnya keluar dari mobil. Mereka berjalan berdua seraya bergandengan tangan.Saat sudah masuk rumah, mereka langsung menemui orang tua Kai yang ternyata sudah menunggu di ruang keluarga.Ada Stefanie juga di sana.“Kalian sudah pulang, ayo duduk.” Eve berdiri dan langsung merangkul pundak Anna.Eve mengajak Anna agar duduk bersama mereka. Dia tahu Anna masih tertekan, sehingga itu Eve mencoba menunjukkan kalau dia ada untuk Anna.Anna tersenyum saat Eve merangkulny
Anser keluar dari mobil karena wanita yang hampir ditabraknya itu marah-marah.“Kalau mau keluar dari parkiran, lihat-lihat!” amuk wanita yang tak lain Queen.Queen baru saja akan pergi meninggalkan hotel, tapi dia dibuat kaget karena hampir tertabrak saat akan menuju mobilnya.“Kamu yang melintas tiba-tiba di depan mobil, kenapa kamu marah-marah?” Anser merasa heran. Dia merasa tak bersalah.“Hah!” Queen membuang napas dengan mulut. “Begini nih, orang salah bukan minta maaf tapi malah balik menyalahkan!”Bagaimanapun, Queen tidak akan mengalah sama sekali pada pria di depannya ini.Anser merasa tak ada guna meladeni amukan Queen, sehingga dia memilih mengalah.“Kalau begitu aku minta maaf.” Queen menyipitkan mata.“Kamu meminta maaf, tapi tidak ikhlas,” gerutu Queen.Anser menghela napas kasar. Dia tidak mengerti, apa yang diinginkan oleh wanita di depannya ini.“Aku minta maaf karena melajukan mobil tanpa melihat-lihat lebih dulu. Jika kamu terluka atau mau minta ganti rugi, aku ak
Anser datang ke hotel karena mendapat undangan dari Kai. Meski Anser merasa kalau Kai hanya ingin membuktikan jika Anna milik pria itu, tapi Anser tetap datang untuk memastikan.Saat sampai di tempat pesta, Anser tak melihat Kai dan keluarganya di sana, tentu saja hal itu membuat Anser heran.Anser masih mengedarkan pandangan. Dia benar-benar tak melihat satu pun keluarga Kai di ruangan itu.“Maaf, apa pengantinnya sedang istirahat?” tanya Anser pada seorang pelayan yang melintas di depannya.Pelayan itu berhenti di hadapan Anser.“Pengantin dan keluarganya meninggalkan pesta, tapi pestanya tetap dilanjutkan untuk menyelesaikan jamuan,” jawab pelayan.Anser mengerutkan alis.“Meninggalkan? Bagaimana bisa pesta pengantin tapi pengantinnya malah pergi?” Anser keheranan.Pelayan itu menengok ke kanan dan kiri, lalu sedikit mendekat pada Anser.“Sebenarnya tadi pestanya berjalan baik-baik saja, sampai ada berita yang tersebar dan ada wanita tua membuat keributan di sini,” ucap pelayan itu