Setelah semalaman terus berpikir dengan sangat keras, tanpa sadar pagi ini Violet bahkan masih tertidur dengan pulasnya di atas sofa. Ya, secara teknis dalam ruangan itu hanya sofa sajalah satu-satunya tempat yang bisa digunakan untuk tidur.
Dengan sebuah dokumen yang masih berada dalam dekapannya, Violet tertidur bagaikan putri tidur yang tidak tau bahwa pagi telah tiba. Bahkan Violet pun tidak sadar jika saat ini Vladimir dan juga Jhonatan akan menuju ruangan di mana Violet berada guna menagih jawaban dari Violet.
Benar saja, ketika memasuki ruangan. Dua pria tampan itu tidak menyangka bahwa Violet masih bisa tidur dengan pulasnya seolah tak memiliki beban. Namun yang sebenarnya terjadi, Violet tertidur karna kelelahan setelah kemarin seharian dalam cengkeraman Adel ditambah semalaman terus berpikir.
Alhasil, Vladimir meminta Jhonatan untuk mengambilkannya segelar air. Bukan untuk ia minum. Karna ternyata Vladimir menggunakan air itu untuk menyiram Violet yang masih tertidur pulas ketika ia datang. Tak main-main, Vladimir bahkan menyiram Violet tepat di wajahnya.
Sudah pasti seketika Violet pun terjingkat dan gelagapan. Masih dalam keadaan bingung akhirnya Violet pun duduk di atas sofa dengan basah kuyup. Dan ia terkejt karna ternyata saat ini sudah berdiri Vladimir dan juga Jhonatan di hadapannya.
“Wow! Selamat pagi tuan putri! Apa perlu kuambilkan lebih banyak air untuk mengguyurmu?!” ucap Vladimir.
Dengan mata tajam bagaikan pedang yang siap mencincang Violet dua pria itu terus menatap pada Violet. Sebenarnya Violet sangat kesal dengan sikap mereka yang sangat kasar. Mengingat Vladimir adalah kalangan elite, tapi ia bahkan tidak segan meski itu menyakiti wanita tak berdaya seperti Violet.
Tak ingin membuang banyak waktu dan taanpa basa basi, Vladimir pun segera duduk di hadapan Violet layaknya seorang petugas polisi yang ingin menginterogasi tersangka.
“Waktumu untuk berpikir sudah habis. Jadi cepat katakan apa keputusanmu!”
Violet masih merasa tidak yakin dengan keputusannya. Tapi ia tidak punya pilihan. Hanya dirinya sendirilah yang akan menyelamatkan hidupnya dan itu artinya ia harus segera menjawab tawaran Vladimir dengan cepat.
Dengan gugup Violet meremas tangannya sendiri lalu ia mulai bersuara, “Aku...aku sudah membuat keputusan. Dan aku...bersedia menerima tawaran itu.”
Seketika seulas senyum muncul di wajah Vladimir. Seolah ia sudah bisa menduga bahwa pada akhirnya Violet akan menerima tawarannya dan bersedia untuk menjadi istrinya selama setahun. Dan tak ingin rugi, maka Vladimir pun kembali menyodorkan sebuah dokumen lain untuk Violet.
Kali ini dokumen itu berisi sebuah perjanjian kontrak yang akan disepakati oleh Vladimir dan juga Violet. Tentunya Vladimir sudah menandatangani perjaniian itu dan kini ia hanya perlu tanda tangan Violet sebagai syarat sahnya perjanjian di antara mereka.
Meski secara teknis Vladimir memberi tekanan agar Violet bersedia untuk menerima tawarannya, tapi ia tetap memberi kesempatan pada Violet untuk membaca isi dari surat perjanjian yang akan Violet tanda tangani.
Benar saja. Violet pun mulai membaca isi dari perjanjian kontrak itu dengan sangat teliti. Meski kenyataannya itu tidak akan mengubah apapun. Violet masih membaca dokumen itu dengan serius hingga akhirnya wajahnya pun nampak berubah.
Bukan tanpa sebab. Siapa yang tidak akan kesal jika isi perjanjian itu bahkan lebih dominan menguntungkan Vladimir saja. Dalam surat perjanjian kontrak itu tertulis,
1.Violet Shaw bersedia menikah dan menjadi istri dari Vladimir Maximus Travor selama satu tahun. Selama rentang waktu itu, Violet tidak boleh ikut campur semua urusan Vladimir termasuk urusan pribadi.
2.Violet akan mendapatkan fasilitas dan jatah bulanan sebagai seorang istri. Namun Violet harus melakukan semua yang diperintahkan oleh Vladimir.
3.Setelah satu tahun pernikahan Vladimir dan Violet akan resmi bercerai. Violet akan dibebaskan tanpa syarat apapun dan akan mendapat uang sebesar $5.000.
4.Perjanjian bisa berubah kapan saja.
Yang membuat Violet meradang adalah poin ke empat dari isi perjanjian. Bagaimana bisa ada sebuah isi perjanjian yang dapat berubah dengan sesuka hati. Tak terima dengan isi perjanjian itu maka Violet berkata, “Perjanjian macam apa ini?! Semuanya hanya menguntungkanmu saja dan tidak adil bagiku!”
“Memangnya kenapa?! Bukankah yang kau inginkan hanyalah kebebasan? Toh pada akhirnya kau akan bebas juga,”
Pada akhirnya Violet hanya bisa mendengus kesal. Mau bagaimana lagi? Ia bahkan tidak punya pilihan. Untuk sekarang ini lebih penting adalah memiliki harapan untuk bisa bebas dari kehidupan bobroknya yang semakin hancur itu.
Dengan tangan bergetar Violet pun menandatangani surat perjaniian kontrak itu. Dan benar saja. Tepat setelah itu Vladimir pun segera meminta ajudannya yang tidak lain adalah Jhonatan untuk segera menyiapkan acara pernikahan karna besok pernikahan Vladimir dan Violet akan dilangsungkan.
Bukan hal yang sulit bagi Jhonatan untuk menyiapkan semua yang dinginkan oleh Vladimir. Meski tentunya acara pernikahan itu haruslah sangat mewah dan juga spektakuler. Jangan tanya. Meskipun hanya sebuah pernikahan kontrak saja, tapi Vladimir tetap akan memberi kesan pada masyarakat demi citra keluarga Travor.
Sebelum acara pernikahan dilakukan esok hari, Jhonatan pun menemui Vladimir. Jika biasanya ia akan menanyakan pada Vladimir mengenai detail yang akan ia lakukan, kali ini Jhonatan tidak melakukan hal itu.
Dengan serius Jhonatan justru bertanya, “Apa kau yakin dengan semua yang akan kau lakukan, Tuan Travor?”
“Ada apa, Jo? Bukankah kau mengenalku dengan sangat baik. Sejak kapan aku tidak yakin dengan keputusanku?”
“Aku tau, Tuan. Tapi, apa kau yakin jika wanita itu tidak akan membuat masalah di kemudian hari?”
Vladimir pun tersenyum miring setelah mendengar kekhawatiran Jhonatan. Lalu dengan wajah liciknya Vladimir berkata, “Jangan khawatir, Jo! Perjanjian itu akan menyudutkannya. Lagipula, aku akan melakukan apapun demi mendapatkan warisan dari ayah!”
“Tapi, Tuan. Dalam wasiat Tuan Besar, istrimu akan mendapatkan 60% dari saham dan kekayaan keluarga Travor,”
“Aku tidak bodoh, Jo! Sudah kupikirkan tentang itu. Dan kupastikan wanita bodoh itu tidak akan tau!”
Benar saja. Keesokkan harinya seperti yang dikatakan oleh Vladimir, acara pernikahan pun digelar. Di sebuah gedung mewah yang sudah pasti milik keluarga Travor, akhirnya Violet dan juga Vladimir melangsungkan acara pernikahan. Sebuah pernikahan termewah yang dihadiri oleh para elite seantero London.
Acara itu bahkan disiarkan secara langsung di semua saluran media karna para reporter bahkan hadir selama 24 jam. Meski pernikahan tuan muda Travor itu begitu hebat, sayangnya semua itu hanyalah sebuah permainan tak berarti bagi Vladimir.
“Dengar, Violet! Bersikaplah mesra di hadapan semua orang!” ucap Vladimir.
“Tapi...begitu banyak orang di sana. A-aku...tidak terbiasa,”
“Lakukan saja apa yang kuperintahkan! Jika kau sampai membuat kesalahan, maka kupastikan kau akan menyesal!”
Bukan Pangeran Impian Meski merasa tidak nyaman tapi Violet terpaksa harus merangkul lengan kekar milik Vladimir. Mau bagaimana lagi? Ia tidak punya pilihan karna jika tidak melakukan itu maka ia akan berakhir dengan hukuman dari Vladimir. Rasanya memang sangat berat. Dan Violet terus berusaha untuk mengembangkan senyumnya di depan semua orang yang ia temui. Benar saja, tak ada yang tau bahwa sebenarnya Vladimir dan Violet hanya melakukan sandiwara dan di antara mereka bahkan tidak ada rasa cinta sama sekali. Tak ingin berlama-lama berada dalam perhatian banyak orang, akhirnya Vladimir pun mengakhiri sesi konfrensi pers bersama para pencari berita dari berbagai media. Ya, setidaknya mereka telah berhasil membuat pencitraan di depan publik. Vladimir pun membawa Violet untuk kembali ke mansion megah miliknya. Ya, bagi semua orang kini Violet adalah sang Nyonya Travor yang sangat anggun, cantik dan beruntung. Sayangnya semua itu bahkan berbanding terbalik dengan kehidupan Violet yan
Masih terus menatap kue cokelat di tangannya, ingatan Jhonatan menerawang kembali pada sebuah masa lalu. Sebuah waktu dalam hidupnya yang ingin ia buang jauh-jauh. Ya, selama ini ia memang berhasil melakukan itu. Tapi entah kenapa sebuah kue cokelat mampu mengorek kembali masa lalunya.Sudah sejak lama Jhonatan hidup bersama Vladimir. Karna keberadaan Jhonatan adalah warisan dari sang ayah tidak lain adalah ajudan dari tuan besar Antonio Maximus Travor, ayah dari Vladimir. Sebagai ajudan dan orang terdekat dari klan Travor, sudah pasti membuat Jhonatan pun ikut dengan keluarga Travor.Meski begitu, dulu Jhonatan bukanlah sosok yang dingin seperti sekarang. Ketika masih menempuh pendidikkan di universitas, Jhonatan pun pernah mempunyai seorang teman wanita. Ya, lebih tepatnya adalah pacar.Seperti kebanyakkan muda mudi maka Jhonatan pun begitu kasmaran. Gadis itu bernama Ginger. Meski dia adalah gadis yang sedikit tomboy, tapi Ginger kerap memberikan banyak perhatian pada Jhonatan. Ter
Tepatnya sudah satu bulan Violet hidup dalam mansion milik Vladimir dengan status sebagai nyonya Travor. Ya, meski secara teknis lebih tepatnya Violet hidup sebagai pelayan sang tuan Travor. Tapi bagi Violet semua itu bukanlah masalah yang terlalu berat mengingat ia akan mendapatkan hadiah terbesar jika ia berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.Ternyata tak hanya Violet. Bahkan Vladimir pun mulai terbiasa dengan kehadiran Violet di sekitarnya. Apalagi semakin lama Violet semakin pintar dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi Vladimir.Sayangnya, seorang Vladimir tidak akan tinggal diam jika melihat suasana yang berjalan terlalu datar tanpa ada sensasi. Maka kali ini ia pun berencana untuk menciptakan masalah yang tentu saja akan membuatnya bisa memarahi Violet. Entah kenapa Vladimir mulai kecanduan untuk memaki sang istri.Baginya, melihat Violet yang gelagapan dan ketakutan akan membuat hatinya senang. Seolah tingkah lugu dan polos Violet mampu menghibur dirinya dari penatny
“Keluar dari kamarku sekarang juga!”Sikap Vladimir menjadi semakin aneh saja ketika tiba-tiba akhirnya ia meminta Violet pergi dan keluar dari kamarnya. Padahal jelas-jelas dari awal justru ia sendirilah yang telah meminta Violet untuk melakukan pekerjaan secara acak.Namun bagi Violet itu adalah sebuah kesempatan untuk bisa kabur dari suami sinting nya itu sebelum Vladimir berubah pikiran. Masih dengan berselimutkan handuk, Violet segera mempercepat langkah kakinya menuju kamar untuk segera berganti baju.Jangan ditanya. Violet benar-benar menggigil saat ini. Tanpa sengaja ia berpapasan dengan Jhonatan yang akan menemui sang majikan. Sudah pasti Jhonatan pun dibuat bingung dengan keadaan Violet yang keluar dari kamar Vladimir dengan keadaan basah kuyub seperti itu.“Violet? Apa yang terjadi? Kenapa kau basah kuyub seperti ini?” tanya Jhonatan.“Um...ak-aku. Aku tidak apa-apa!”Semakin bingung dengan jawaban Violet maka Jhonatan pun mendesak Violet dan kembali bertanya, “Apa maksudmu
Jhonatan pun kemudian pergi begitu saja meninggalkan Violet setelah berkata dengan cukup keras pada Violet. Sementara Violet, tentu saja ia sangat bingung dan tidak mengerti kenapa Jhonatan marah padanya hanya karna ia tidak mau istirahat.Namun pada akhirnya Violet pun menuruti Jhonatan karna pada dasarnya tubuhnya bahkan sangat lemah dan ia tidak sanggup untuk berdiri. Dan ditengah rasa kesalnya itu, tiba-tiba ponsel Jhonatan pun berdering dan itu artinya ia harus mulai mengatur kembali emosinya.Benar saja. Karna ternyata Vladimir lah yang menelpon Jhonatan. Baru saja Jhonatan akan melapor dan mengatakan tentang kondisi Violet, tak disangka justru Vladimir yang lebih dulu bertanya tentang keadaan Violet.“Apa kau sudah membawa Violet ke rumah sakit, Jo? Apa yang terjadi padanya?” tanya Vladimir.“Sebenarnya aku akan menghubungimu dan menyampaikan tentang itu. Ya, aku sudah membawanya ke rumah sakit, dan dokter berkata bahwa Violet terserang flu berat dan harus istirahat total selam
Jhonatan pun terdiam setelah mengatakan hal itu pada Violet. Entah kenapa sekarang ia merasakan hal yang berbeda ketika bersama Violet. Entah sejak kapan hatinya mulai berubah dan perlahan mulai mencair. Meski pada dasarnya ia sendiri tidak tau rasa apa yang ia rasakan saat ini.Namun yang pasti, semakin lama bersama Violet ia semakin memahami bahwa Violet bukanlah seperti gadis yang lainnya. Meski jelas berbeda, tapi Jhonatan merasa ada sedikit kemiripan sifat antara Violet dan Ginger yang dulu telah ia tinggalkan.“Hei! Kenapa kau jadi diam begitu? Apa ada yang salah?” tanya Violet yang seketika membuyarkan lamunan Jhonatan.“Tidak ada. Baiklah, habiskan buburnya karna aku harus pergi sekarang.”Jhonatan pun pergi karna ia harus segera bersiap untuk mendampingi Vladimir. Sedangkan Violet, dengan santainya ia menikmati bubur yang dimasak oleh Jhonatan. Ia bahkan lupa jika tujuannya awalnya datang ke dapur adalah untuk memasak dan menyiapkan sarapan untuk Vladimir.Benar saja. Vladimi
Parahnya lagi tanpa sengaja Violet bahkan memutar gagang pintu itu. Alhasil pintu berukuran cukup besar itu pun akhirnya terbuka. Suara berdencit pun seketika terdengar ketika daun pintu bergerak perlahan.Awalnya Violet merasa cukup takut karna pada dasarnya ia adalah orang yang takut dengan ruangan gelap. Violet pun berniat akan meninggalkan tempat itu. Tapi entah kenapa muncul rasa penasaran yang sangat besar dalam kepalanya.Akhirnya ia pun tidak jadi pergi dan malah semakin membuka pintu itu. Tapi di luar dugaan, ruangan di balik pintu itu ternyata bahkan tidak seperti yang Violet bayangkan. Nyatanya ruangan itu memiliki lampu yang entah kenapa tetap menyala meski tidak ada orang di dalamnya.“Aneh. Tidak ada orang tapi kenapa lampunya dibiarkan menyala? Apa memang rumah orang kaya selalu begitu ya?” guman Violet.Semakin penasaran maka tanpa berpikir panjang Violet pun masuk ke ruangan itu. Dan ternyata ruangan itu adalah sebuah kamar tidur. Namun tak seperti kamar milik Vladimi
“Tuan Travor, apa yang akan kau lakukan?! Aku janji aku tidak akan berbuat lacang lagi. Kumohon lepaskan aku!” rengek Violet.Sayangnya Vladimir bahkan sama sekali tidak menggubris semua yang dikatakan oleh Violet. Dengan langkah mantap ia terus membawa Violet menuju ke sebuah kamar yang menjadi awal dari semua permasalahan hari ini.Lalu ketika mereka telah berada di dalam kamar itu lagi, Vladimir pun melepaskan tangan Violet begitu saja. Ia pun berdiri di depan foto yang tadi siang juga dilihat oleh Violet. Tapi anehnya, entah kenapa wajah Vladimir terlihat sendu ketika menatap foto yang menempel di dinding kamar itu.Tak berani bertanya maka Violet hanya berdiri mematung. Bahkan semakin lama ia semakin tidak mengerti dengan sikap Vladimir yang kadang suka berubah dengan tiba-tiba. Namun Vladimir yang tau bahwa Violet merasa sangat bingung dengan sikapnya itu, akhirnya mulai buka suara.“Kamar ini dan semua yang ada di dalamnya adalah sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku. Karn