Share

Masa Lalu

Masih terus menatap kue cokelat di tangannya, ingatan Jhonatan menerawang kembali pada sebuah masa lalu. Sebuah waktu dalam hidupnya yang ingin ia buang jauh-jauh. Ya, selama ini ia memang berhasil melakukan itu. Tapi entah kenapa sebuah kue cokelat mampu mengorek kembali masa lalunya.

Sudah sejak lama Jhonatan hidup bersama Vladimir. Karna keberadaan Jhonatan adalah warisan dari sang ayah tidak lain adalah ajudan dari tuan besar Antonio Maximus Travor, ayah dari Vladimir. Sebagai ajudan dan orang terdekat dari klan Travor, sudah pasti membuat Jhonatan pun ikut dengan keluarga Travor.

Meski begitu, dulu Jhonatan bukanlah sosok yang dingin seperti sekarang. Ketika masih menempuh pendidikkan di universitas, Jhonatan pun pernah mempunyai seorang teman wanita. Ya, lebih tepatnya adalah pacar.

Seperti kebanyakkan muda mudi maka Jhonatan pun begitu kasmaran. Gadis itu bernama Ginger. Meski dia adalah gadis yang sedikit tomboy, tapi Ginger kerap memberikan banyak perhatian pada Jhonatan. Termasuk sering membuatkannya kue cokelat yang memang faforit Jhonatan sejak kecil.

Sayangnya Jhonatan terpaksa harus meninggalkan Ginger ketika suatu ketika, datang segerombolan mavia yang sebenarnya ingin menyerang Vladimir. Para mavia itu tidak mengenali dan mengira bahwa Jhonatan adalah Vladimir sehingga mereka berniat untuk membunuh Jhonatan.

Ia yang saat itu sedang bersama Ginger tentu sangat panik. Bukan karna ia takut atau tidak bisa mengatasi para gerombolan mavia, melainkan karna ia tidak ingin Ginger terluka dalam baku tembak itu. Benar saja. Apa yang dikhawatirkan Jhonatan pun terjadi.

Meski berusaha menyembunyikan Ginger di bagian bawah kursi mobil, para mavia itu terus saja mengejar mobil yang dikendari Jhonatan dan terus menembakinya dengan membabi buta. Jhonatan berusaha lari dari para mavia dan berencana untuk mengamankan Ginger terlebih dulu.

Naasnya, Jhonatan justru tertembak di bagian lengannya. Sontak hal itu membuat Ginger histeris dan spontan keluar dari tempatnya bersembunyi. Alhasil, Ginger pun harus terkena timah panas yang melesat hingga akhirnya mengenai bahu sebelah kirinya.

Akibat luka tembak itu, Ginger pun akhirnya pingsan karna mengeluarkan banyak darah. Hal itu tentu saja membakar amarah Jonatan hingga kemudian ia mengeluarkan sebuah pistol yang ia sembunyikan di mobil. Benar saja, seketika Jhonatan berbalik arah dan dengan gesit ia menembakkan pistolnya dan mengenai seorang yang mengemudiakn mobil para mavia itu.

Dalam hitungan detik, mobil yang tidak lagi memiliki pengemudia itu pun tak terkendali hingga ahirnya menabrak pembatas jalan dan meluncur cepat ke dalam tebing. Meski kini Jhonatan telah aman dari para mavia, namun masalah berakhir.

Ya. Kini Jhonatan harus berusaha untuk menyelamatkan gadis yang sangat ia sayangi. Tanpa basa basi segera Jhonatan menginjak gas mobilnya dan melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi. Ya, melihat darah yang terus mengucur dari pundak Ginger tentu saja membuatnya tidak punya banyak waktu. Karna jika terlambat maka bisa jadi nyawa Ginger tidak akan tertolong.

Sesampainya ia di rumah sakit, dengan panik dan tergopoh Jhonatan pun memasuki IGD sembari membopong Ginger. Layaknya seorang yang kehilangan akal ia pun berteriak, “Tolong! Dokter tolong kami! Tolong selamatkan Ginger!”

Seketika loby rumah sakit dibuat heboh dan benar saja. Para perawat dan juga dokter yang ada segera membantu Jhonatan dan menangani Ginger dengan segera. Oleh para perawat tubuh lemah Ginger dibawa masuk ke ruang operasi.

Sementara itu Jhonatan hanya bisa terduduk lemas tak berdaya di depan ruang operasi. Berkali-kali ia terus memukul lantai dan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa Ginger. Tak lama pintu ruang operasi pun terbuka dan seorang dokter keluar dari ruangan itu.

Untungnya dokter berkata bahwa Ginger baik-baik saja meski ia kehilangan banyak darah. Beberapa saat menemani Ginger yang masih tak sadarkan diri, tiba-tiba Jhonatan ditelpon oleh ayahnya dan memintanya untuk menemui sang ayah.

Sadar bahwa apa yang akan dikatakan oleh sang ayah pasti berhubungan dengan kejadian hari ini, maka Jhonatan pun segera menemi ayahnya. Tanpa basa-basi Jhonatan segera bertanya pada sang ayah, “Siapa dalang dari semua kejadian hari ini, ayah?!”

Dengan wajah serius  Tom yang tidak lain adalah ayah Jhonatan berkata, “Delecour! Aku sudah memastikannya bersama tuan besar. Kurasa mereka mengira bahwa kau adalah tuan muda Travor.”

Seketika darah Jhonatan pun mendidih. Bagaimana tidak? Akibat klan Delecour kini kekasihnya harus terbaring di rumah sakit.

“Brengsek! Aku bersumpah aku akan membalas apa yang dilakukan oleh Delecour!” umpat Jhonatan.

“Jangan bertindak bodoh, Jo! Lagipula kau juga bersalah dalam hal ini!” bentak Tom.

“Apa maksud ayah?”

“Bukankah sudah berkali-kali kuperingatkan padamu. Tinggalkan gadis itu karna dunia kita penuh dengan bahaya! Apa kau sudah lupa dengan apa yang terjadi ada ibumu?!”

Ya. Ucapan Tom akhirnya menyadarkan sang putra dari mimpi bodohnya. Karna dekat dengan keluarga Travor, itu artinya mereka harus siap dengan bahaya yang mengintai setiap saat. Karna bukan rahasia lagi bagi kalangan elit bahwa keluarga Travor mempunyai rival yang tidak lain adalah keluarga Delecour.

Sejak pembicaraan itu, Jhonatan sadar bahwa dengan menempatkan Ginger di sisinya sama artinya dengan menempatkan kekasihnya dalam bahaya. Tak ingin seperti sang ayah yang harus kehilangan istri yang dicinta, maka Jhonatan un tak ingin Ginger terluka karnanya.

Malam itu juga, Jhonatan berniat pergi dan menjauhkan Ginger darinya. Meski ia tau mungkin natinya Ginger tidak akan bisa menerimanya dan akan membencinya. Tapi bagi Jhonatan semua itu jauh lebih baik ketimbang harus melihat Ginger terluka.

Sejak saat itu, Jhonatan tidak pernah lagi bertemu dengan Ginger. Bahkan ia pun tidak pernah tau bagaimana kabar dan keberadaan Ginger. Nyatanya sudah sangat lama ia berhasil melupakan Ginger. Hingga ketika ia menerima kue cokelat yang mirip dengan buatan Ginger dan itu dari Violet.

Pagi ini, seperti biasa Jhonatan telah bersiap di mansion Travor karna ia harus mendampingi Vladimir. Ketika tengah memeriksa mobil yang akan digunakan oleh Vladimir, kebetulan Violet seang membuang sampah yang terletak di dekat garasi.

Tanpa berpikir panjang Violet yang melihat keberadaan Jhonatan pun menyapanya dengan santai, “Selamat pagi, Tuan Jhonatan!”

Terkejut dengan kehadiran Violet sampai membuat kepala Jhonatan terbentur intu mobil. Lalu dengan sedikit canggung ia menjawab, “Um, selamat pagi.”

“Oh ya, apakah kau suka dengan kue yang kemarin? Sebenarnya...aku tidak tau harus memberikan apa untuk berterima kasih,”

Tapi sebelum Violet melanjutkan ucapannya yang semakin panjang, Jhonatan memotong agar pepmbicaraan mereka segera berakhir. “Rasanya enak, terima kasih. Dan sebaiknya kau kembali jika tidak kau akan dalam masalah,”

Akhirnya Violet pun kembali masuk karna ia harus segera menyiapkan sarapan untuk Vladimir. Sementara Jhonatan, ia terus berpikir dan tidak mengerti kenapa kali ini ia sering merasa kasihan pada Violet.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status