Home / Rumah Tangga / Istri Kontrak Pangeran Frederick / 6. Aku Tidak Mau Menikah Denganmu!

Share

6. Aku Tidak Mau Menikah Denganmu!

last update Last Updated: 2024-05-22 15:06:11

"Tuan, ada apa?" Teriakan Karl lantas mengagetkan tangan kanannya yang baru saja sampai dì depan pintu kamar saat ini. Bergegas lelaki muda itu masuk ke dalam. Melihat Karl meremas kuat secarik kertas.

Karl mengalihkan pandangan. Dengan mata melotot tajam menatap Leon lalu berkata," Cari Katherine sekarang!"

Kerutan di dahi Leon tampak samar. Ingin bertanya namun melihat reaksi Karl, dia urungkan. Dia pun melaksanakan perintah sang tuan.

"Argh! Di mana kau!" Sekali lagi Karl memekik hingga membuat wajahnya semakin memerah. Gigi-giginya bergemelatuk menahan amarah yang berkobar-kobar di dalam dada.

Pernikahan akan diadakan sebentar lagi. Namun, calon pengantin wanita pergi entah ke mana. Di dalam kertas hanya tertera permintaan maaf, yang mengatakan tidak bisa melanjutkan pernikahan. Hanya itu saja, Katherine tidak membeberkan alasannya.

"Katherine, kau harus menjadi milikku! Jangan main-main denganku!" cicit Karl lagi kali ini dengan senyum miring di bibir.

Baru semenit berlalu, Karl sudah tidak mampu menahan sabar. Dia pun melenggang keluar kamar hendak menemui keluarga Katherine.

"Di mana Katherine?!" Tendangan kecil di pintu kamar Zara, membuat seisi kamar terperanjat kaget. Karl melangkah cepat, kemudian melayangkan tatapan menyelidik pada mereka.

Dahi William, Zara dan Lea sontak mengerut, tampak keheranan, setelahnya mereka saling lempar pandangan sesaat.

"Ada apa Karl?" William bertanya masih dengan kerutan tipis di kening.

"Apa dia bersembunyi di sini?" Kedua mata hitam Karl tak berkedip, malah semakin melebar keluar. "Kalian pasti menyembunyikannya?!" sambung Karl kembali.

Membuat raut wajah kebingungan semakin terlukis jelas di wajah William, Zara dan Lea.

Sementara itu di lain sisi. Tepatnya di istana, paling belakang, bagian aula pribadi. Di dalamnya, terlihat beberapa orang duduk berjejer sambil memandang ke depan. Sejak tadi tengah menunggu sang mempelai wanita masuk ke ruangan.

Di depan ruangan, Frederick sedang berdiri bersama pastor. Lelaki itu bergeming dan sesekali melirik ke depan pintu berganda berlapis emas tersebut.

"Kemana dia? Apa dia ingin mempermalukanku?" desis Frederick pelan.

Tanpa sengaja pandangan Frederick dan kedua orang tuanya bertemu. Raja dan ratu duduk di barisan paling depan, tanpa menampilkan ekspresi sama sekali. Tatapannya sangat datar dan sedikit dingin.

Suara bisik-bisik para undangan pun mulai tertangkap indera pendengaran Frederick. Lelaki berahang tegas itu membungkukkan badan sedikit, meminta maaf atas keterlambatan sang mempelai.

Nyatanya sosok yang ditunggu-tunggu tengah kesulitan mengangkat gaun pengantin saat ini. Katherine berlari di lorong yang terhubung dengan aula istana. Dengan napas tersengal-sengal ia menyeret gaun berwarna putih menuju aula.

Hari ini rencana liar Katherine akan terkabul. Meski kemarin ada sedikit hambatan. Namun, Katherine mampu membalikkan keadaan dan kini, sebentar lagi, beberapa menit lagi, ia memiliki kekuasaan untuk membalaskan rasa sakitnya. Sejak semalam otaknya sudah ditaburi ide-ide brilian untuk mulai melakukan aksi balas dendamnya tersebut.

"Apa Frederick sengaja? Ck, gaun ini terlalu seksi dan berat! Awas saja dia!" umpat Katherine kesal setengah mati. Sebab gaun yang dikenakannya, mengembang di bagian bawah alhasil membuat tubuh Katherine tenggelam.

Sekarang suasana di istana nampak sepi. Hanya terlihat beberapa penjaga istana lalu-lalang di sekitar. Kemarin, atas permintaan Katherine pernikahan digelar tertutup.

"Ayolah Katherine, jangan sampai rencanamu gagal!" Kaki-kaki mungilnya bergerak cepat menyusuri lorong-lorong istana.

Tak sampai lima menit, senyum Katherine langsung merekah saat melihat pintu utama aula sudah terlihat.

Katherine pun mempercepat langkah kaki. "Akhirnya, argh!"

Namun, Katherine tersentak ketika dari belakang seseorang menyergap tangan kanannya dan membalik badannya dengan sangat cepat.

"Karl ...." Kedua netra Katherine membola. Melihat Karl tepat di depan matanya sekarang.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" Amarah dan kekecewaan mendalam tergambar amat jelas dari bola mata Karl. Kedua tangan kekarnya memegang kuat pundak Katherine hingga ringisan pelan pun terdengar di sekitar.

"Sht ..., lepaskan aku, Karl. Aku harus pergi ke aula sekarang!" Dengan sekuat tenaga Katherine berusaha melepaskan diri.

"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu! Kita kembali ke kapal sekarang!" Mata Karl bertambah lebar. Dia ambil kasar tangan mungil Katherine lalu menyeretnya ke lorong lain dengan sangat cepat dan kasar.

Katherine diserang kepanikan mendadak.

"Aku tidak mau menikah denganmu!" serunya.

Langkah kaki Karl seketika terhenti. Ia condongkan tubuhnya lalu menatap lekat-lekat wajah calon istrinya itu.

"Apa kau bilang? Kau tidak mau menikah denganku! Apa salahku Katherine?!" tanyanya penuh penekanan dan amarah yang meluap-luap.

Ocean Na Vinli

Selamat datang di novel terbaru saya teman-teman. Jangan lupa berikan GEM ya, biar saya semakin rajin updatenya. Bagi yang mau tahu informasi jadwal update ceritanya, silakan follow ig saya @oce_annana terima kasih teman² 😊

| Like

Related chapters

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    7. Alasan

    'Bagaimana ini, aku harus melarikan diri!' Alih-alih menanggapi, Katherine bermonolog di dalam hati. Ia tengah berusaha memutar otak agar dapat terlepas dari jeratan Karl. Sembari mencari rencana, matanya berpendar ke segala arah, berharap seseorang menolongnya sekarang. Namun, keadaan di sekitar tampak sepi, bahkan para asisten yang biasanya ditugaskan membersihkan istana tidak terlihat sama sekali. "Cepat jawab!" bentak Karl seketika, membuat dada Katherine bergerak ke depan sesaat. Katherine terkejut, suara bariton Karl begitu menggelegar, hingga burung-burung mungil di sekitar keluar dari tempat persembunyian. Sebuah sikap yang tak pernah Katherine lihat dari seseorang yang pernah dia sayangi dahulu. Rasa was-was dan ketakutan mulai menjalar di hatinya apabila rencananya gagal total hari ini. "Lepaskan aku Karl!" Dalam hitungan detik, Katherine berusaha menggoyangkan tangannya. Tetapi, Karl bagaikan seekor ular besar yang tidak akan melepaskan mangsa. Karl malah menc

    Last Updated : 2024-05-23
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    8. Tidak Percaya

    "Apa yang kau lakukan dengan calon pengantinku?" Frederick mendekat, matanya tampak biasa namun nada bicaranya terdengar sangat dingin. Bola mata Karl lantas melebar sejenak. Ia tatap Katherine yang kini tengah berusaha bangkit berdiri kemudian dia arahkan lagi pandangan kepada Frederick. "A—pa? Tid—ak mung—kin," ucapnya terbata-bata. Tadi, Karl mendapat kabar dari Leon bila Katherine akan menikah dengan seseorang di istana. Tanpa menaruh rasa curiga sedikit pun ia pergi ke tempat tujuan. Sebab aula yang akan didatangi Katherine adalah aula umum, yang biasanya dipakai untuk para bangsawan melangsungkan pernikahan. Karl lantas terdiam masih dengan tatapan terkejut. Sedari tadi kedua matanya melirik Frederick dan Katherine secara bergantian. "Kau tidak apa-apa 'kan?" tanya Frederick setelah melihat Katherine berdiri tepat di sampingnya sekarang. Katherine tak langsung menanggapi, malah melototkan mata sesaat tatkala menyadari keterlambatannya akibat gaun yang dikirim Frederick ta

    Last Updated : 2024-05-24
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    9. Berganti Status

    Untuk kedua kalinya seseorang mengulur-ulur waktu acara pernikahan Katherine dan membuat seluruh tamu undangan kembali berbincang-bincang kecil."Papa ...." Katherine reflek menoleh ke sumber suara, melihat William bersama Zara dan Lea menghampirinya. Terlihat pula di belakang, Karl mengekori mereka. Saat pandangannya dan Karl bertemu, hanya tatapan dingin yang ia dapatkan. Tetapi Katherine tak peduli. Kini dahi Katherine berkerut kuat, diterpa keheranan karena William menyela pernikahannya. Sebelum pergi ke istana dia sudah meminta pada Grace untuk memberitahu William tentang alasannya tidak mau melanjutkan pernikahan. 'Di mana Grace?' Katherine celingak-celinguk mencari Grace yang batang hidungnya tak terlihat di sekitar. Kini dapat dipastikan rencana yang sudah dipersiapkan berubah total semuanya. Katherine mulai khawatir. Namun, sebisa mungkin menampilkan sikap tenang. Meski jantungnya berdebar-debar sekarang. Mendadak atmosfer di sekitar semakin memanas. Raja dan ratu pun terl

    Last Updated : 2024-05-24
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    10. Panik

    Kepanikan Katherine bertambah berkali-kali lipat. Karl sudah sinting. Ternyata laki-laki di hadapannya ini sangatlah berbahaya. Sedikit lagi kulitnya dan kulit Karl bersentuhan.Katherine merasa jijik. Terlebih bayangan Lea dan Karl bercinta di depannya kemarin menari-nari di benaknya sekarang."Aku bilang lepaskan!" Dengan kekuatan penuh Katherine dorong kuat dada Karl kemudian tanpa pikir panjang mengangkat gaunnya sedikit dan melayangkan tendangan di kemaluan Karl."Ahk!" Karl memekik sangat nyaring. Dia reflek memegang kejantanannya yang terasa sakit seperti disentrum listrik, mukanya pun langsung merah padam. Dia merosot ke bawah pelan-pelan, menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh selangkangannya sekarang."Haha, rasakan itu!" Katherine tertawa senang lantas mundur beberapa langkah sambil tak henti-hentinya mengeluarkan tawa, hingga dia tidak menyadari jika di belakangnya saat ini Frederick tengah melangkah cepat, menghampirinya. Mengakibatkan kepala bagian belakang Katheri

    Last Updated : 2024-05-25
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    11. Rencana Awal

    "Aku mohon, jangan mendekat! Turunlah dari atas kasur sekarang!" Katherine reflek memejamkan mata saat melihat Frederick tiba-tiba naik ke tempat tidur lalu membuka handuk dengan tatapan lapar, seakan-akan ingin menerkamnya. "Memangnya apa yang mau aku lakukan? Ini kasurku dan tidak ada larangan untuk aku naik ke sini!" Setelahnya terdengar kekehan ringan di ruangan. Frederick mengeluarkan tawa dengan cukup keras."Kau masih bertanya, kau pasti mau menciumku 'kan?" Dengan percaya diri Katherine membalas. Kelopak matanya berkedip-kedip kecil, menahan diri agar tidak membuka mata. Sebab sejak tadi pikirannya sudah berkelana kemana-mana, membayangkan kejantanan besar milik Frederick bergelayut seperti gantungan kunci. "Menciummu?" Tawa Frederick seketika menghilang, berganti dengan bunyi loncatan ke bawah kasur. Lelaki bertubuh atletis itu berdiri di dekat ranjang dan tak sekali pun mengalihkan pandangan dari Katherine. Kini raut wajah Frederick menjadi serius, datar, tanpa ekspresi s

    Last Updated : 2024-05-26
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    12. Masuk ke Istana

    Alis tebal Frederick bertautan. Lelaki bertubuh kekar itu tak langsung menjawab, malah melangkah perlahan mendekati Katherine yang tengah berusaha turun dari atas ranjang sekarang. "Aku mohon masukkan mereka ke istana." Katherine mengulangi perkataannya kembali. Masih dengan muka bantal dan rambut berantakan, dia pun berdiri tepat di hadapan Frederick. "Masuk ke istana, untuk apa?" tanyanya lalu memasukkan kedua tangan ke saku celana. "Begini, aku dengar dari seseorang kalau ada permasalahan dengan pemungutan pajak di kota, kau tahu sendiri kan itu adalah tugas Karl. Aku curiga dengan Karl, sebagai seorang istri aku ingin membantumu," jelas Katherine singkat. Lagi dan lagi Grace memberikan dia informasi yang penting tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi di pemerintahan. Maka dari itu dia mengambil kesempatan untuk membuat Karl hancur. Katherine teringat perkataan Grace dahulu yang mengatakan Karl suka keluar pada malam hari bersama orang-orang yang tidak dikenal. Di ke

    Last Updated : 2024-05-27
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    13. Niat Sang Penjahat

    "Tinggal di istana?" Lea mengedipkan mata berulang kali. Heran dan penasaran pula. Ada apakah gerangan hingga ia tiba-tiba diperintahkan menetap di istana.Karl pun kebingungan. Sekarang, dahinya berkerut amat kuat menciptakan tiga garis lekukan di tengah-tengah. Sejak tadi dia bergeming di tempat, hanya mata liarnya saja yang bergerak, mengamati kertas yang dipegang Zara saat ini. "Iya Nona." Grace mengangguk samar lalu memundurkan langkah kaki setelah berhasil memberikan kertas pada Zara.Zara lantas membaca kalimat yang tertera di kertas dengan seksama. Seketika, bola matanya langsung berseri-seri. Seakan-akan menenangkan lotre. Senyum aneh pun langsung muncul di wajahnya. Membuat rasa penasaran Lea semakin bertambah. Diam-diam ia memperhatikan tingkah laku mamanya itu dari tadi.Semua terdiam, tenggelam pada pemikirannya masing-masing, sampai pada akhirnya Zara menoleh ke depan lalu melempar senyum tipis. "Baiklah, tugasmu sudah selesai bukan, keluarlah Grace!"Sekali lagi Grace

    Last Updated : 2024-05-28
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    14. Curiga

    Teriakan di ujung lorong membuat kumpulan manusia menoleh ke sumber suara. Dahi mereka langsung berkerut, keheranan dan penasaran apa yang terjadi. Namun, setelah diperhatikan dengan seksama. Mereka berbisik satu sama lain kala melihat pemandangan di depan sana yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang bangsawan. Mata kelabu Katherine ikut membola, ia pun bergerak cepat, mendekati Lea dan Frederick. 'Apa yang di lakukan Lea? Apa dia sengaja?' Bagaimana tidak, saat ini Lea tengah menindih tubuh Frederick. Dari tadi Katherine bertanya-tanya. Di mana Lea? Mengapa tidak langsung menghadapnya. Karl-lah yang terlebih dahulu menampakkan batang hidungnya. Padahal ia sudah berdiri cukup lama di depan istana tadi hendak menyambut kedatangan dua iblis tersebut. Karl sama terkejutnya. Dengan sigap mengikuti langkah Katherine dari belakang."Ya ampun, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf Pangeran, Anda tidak apa-apa 'kan?" Dengan cepat Lea bangkit berdiri. Wajahnya kelihatan panik sek

    Last Updated : 2024-05-29

Latest chapter

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    133. Hari Bahagia - TAMAT

    Benda berbahan kaca itu langsung pecah, mengenai punggung Victor. Victor tak peduli malah makin mempercepat langkah kaki sambil tersenyum puas. Meninggalkan Larisa menjerit-jerit histeris. ...Keesokan harinya, pagi-pagi sekali istana gempar dengan kabar gembira dari Grace. Grace ternyata tengah mengandung. Bukan hanya Grace, Katherine pun juga, mengandung anak kedua. Keduanya sama-sama muntah tadi pagi. Sukacita menyelimuti hati Xavier, Frederick dan Victor. Saat ini mereka tengah sarapan bersama di ruang makan, ada Logan dan Robert juga terlihat duduk bersama. Sementara Larisa memilih sarapan di kamar karena hatinya dalam keadaan buruk sekarang. "Aku tidak sabar dengan kedatangan anakku, Grace. Semoga saja anakku perempuan dan anakmu laki-laki, jadi kalau sudah besar kita bisa menjodohkan mereka," celetuk Katherine setelah selesai menyantap roti. "Iya, amin, semoga saja anakku laki-laki, pasti lucu jika mereka sudah besar nanti," balas Grace tak kalah senang. "Aku setuju, maka

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    132. Kebenaran

    "Apa kau lupa aku menikahimu karena terpaksa, sampai kapan pun nama Clara tidak akan hilang, kaulah yang membuat aku dan Clara tidak bisa bersama, aku muak dengan sikapmu Larisa!" seru Victor dengan mata berkobar-kobar. Larisa mendekat. "Oh ya? Tapi wanita itu sudah mati sekarang dan kau tidak bisa memilikinya! Akulah yang memilikimu sekarang Victor!" Victor menyeringai tipis. "Kau hanya memiliki ragaku tapi tidak dengan jiwaku!"serunya dengan lantang. Membuat Larisa mengepalkan kedua tangan. Meski Clara sudah meninggal tapi di hati Victor nama Clara masih terus terukir dan tak pernah memudar sekali pun. Dulu, sebelum menikah dengan Larisa. Victor dan Clara sudah terlebih dahulu menjalin hubungan. Kala itu status Victor masih menjadi pangeran, belum menjadi raja. Sementara Clara baru bekerja di istana dan menjadi pelayan pribadi Victor. Karena sering bertatap muka Victor mulai jatuh cinta dengan Clara. Keduanya pun menjalin hubungan tanpa sepengetahuan anggota kerajaan. Akan

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    131. Menerima

    "Diam kau! Kau juga sama seperti mamaku! Bedanya mamaku pelayan istana! Sementara kau jadi anak angkat bangsawan baik hati! Asal-usulmu juga tidak jelas. Jadi jangan menghina mamaku, wanita jalang!" seru Xavier dengan muka Xavier semakin memerah. Dia sudah tidak memikirkan lagi adab dan sopan santunnya di istana. Larisa masih saja menghina mendiang mamanya. Padahal mamanya sudah tidak ada lagi di dunia, Larisa berhati ular dan tidak pantas disebut manusia!"Xavier, cukup! Kau tidak boleh menghina Mamamu!" teriak Victor menggelegar tiba-tiba. Membuat kumpulan manusia di ruangan tertegun. Mereka tak berani membuka suara di antara ayah dan anak itu, memilih diam dan mendengarkan dengan seksama pertikaian yang terjadi di depan mata.Pemegang tinggi di istana, saat ini wajahnya sangat tak bersahabat. Kemarahannya membuat sebagian orang ketakutan, termasuk Grace yang saat ini meneguk ludah berkali-kali. Berbeda dengan Xavier tak ada rasa takut sedikit pun yang terpancar dari bola matanya.

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    130. Heran

    Mendengar suara teriakan Xavier, seluruh anggota kerajaan Norwegia datang menuju sumber suara, tepatnya di ruang tamu. Sesampainya di ruangan, Larisa dan Sisilia membelalakan mata dengan kedatangan anggota kerajaan Denmark berada di sini. "Apa-apaan ini Xavier?" Victor, raja yang masih menjabat menjadi pemegang kekuasaan di Norwegia langsung bertanya. Kerutan di keningnya mendadak muncul dengan kedatangan tamu yang tak diundang pada malam-malam begini. Xavier tak langsung menjawab, ada secuil kerinduan menjalar di hatinya. Dia sudah lama tidak bertatap muka dengan ayahnya. Terlebih, umur ayahnya sudah tak lagi muda sekarang, ada banyak keriput di wajah dan rambut hitamnya pun sebagian sudah memutih. Akan tetapi, Xavier menghapus cepat kerinduannya tersebut kala mengingat perlakuan Victor selama ini. "Atas nama kerajaan Denmark, aku minta maaf karena datang malam-malam begini ke istana bersama istriku dan Pangeran Xavier." Saat melihat Xavier terdiam, Frederick langsung angkat bica

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    129. Kerjasama

    "Ayolah Pangeran, keluarlah kami tidak akan mengigit!" Lagi pria itu berseru sambil mengeluarkan tawa keras hingga teman-temannya pun ikut tertawa. Xavier menahan geram. Dadanya bergemuruh kuat seakan-akan meledak juga saat ini. Sampai-sampai Grace menggerakkan sedikit kepalanya ke samping dan membuat salah satu rumput bergerak. Alhasil salah seorang pria yang tak sengaja melihat adanya pergerakkan dari salah satu rumput yang memanjang, mengalihkan pandangan. Dalam sepersekian detik dia pun langsung meloncat tepat di hadapan Grace dan Xavier. "Bah! Dapat kalian!" pekiknya sambil menodongkan pistol ke kepala Grace. Grace langsung memekik histeris,"Tolong!!!" Xavier tak diam, ikut juga menodongkan pistol ke arah kepala si pelaku. Kelima pria lainnya serempak mengarahkan mata ke arah pasangan suami istri itu sambil mengangkat pistol masing-masing. Suasana mendadak tegang. Baik Xavier maupun keenam pria lainnya tak ada yang mau mengalah. "Jangan bunuh kami!" pekik Grace,

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    128. Melarikan Diri

    Grace terbelalak ketika melihat enam orang pria keluar dari mobil sambil menodongkan pistol ke arah mereka sekarang. Pria-pria asing itu tampangnya sangat menyeramkan, seperti preman pasar, ada tato-tato di tangan dan muka, bahkan terlihat tindik pula di hidung. "Keluar kalian!" teriak salah seorang pria dari luar lalu melempar senyum smirk. Grace makin panik. Dengan cepat menoleh ke samping kembali. "Xavier, bagaimana ini?" Dia sedikit heran mengapa Xavier sama sekali tak panik. Suaminya itu hanya menampilkan ekspresi datar namun tanpa sepengetahuan Grace, mata elang Xavier memandang ke arah kumpulan pria tersebut dengan sorot mata tajam. Tanpa menoleh ke samping, Xavier pun berkata,"Jangan lepas sabuk pengamanmu."Grace hendak bertanya namun belum juga lidahnya bergerak, Xavier melajukan mobil dalam kecepatan di atas rata-rata. Alhasil enam orang pria tersebut melesatkan timah ke arah mereka. Akan tetapi, Xavier berhasil mengelak dan menabrak pula kedua mobil yang menjadi pengha

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    127. Keluar Dari Istana

    "Kenapa kalian ingin keluar istana? Apa ada seseorang yang menyakiti kalian?" Dengan sorot mata merah menyala, Katherine lantas beranjak dari kursi. Riak mukanya pun berubah tak enak pandang sekarang. Mendengar tanggapan Katherine, Xavier dan Grace saling lempar sesaat dengan dahi mengerut samar. "Tidak ada Putri, ini kulakukan karena kami ingin hidup tenang dan jauh dari hiruk pikuk,"jawab Xavier. Tadi malam Xavier dan Grace telah mempertimbangkan rencana dengan matang. Keduanya ingin hidup tenang dan menetap di desa terpencil, hanya berdua dan suatu saat nanti tinggal bersama buah hati mereka. Bukan hanya alasan itu, Xavier juga tak enak hati dengan kedatangan Robert dan Sisilia akhir-akhir ini. "Tidak bisa! Aku tidak mengizinkan kalian keluar istana!" seru Katherine kemudian. Xavier melebarkan mata, tampak terkejut dengan respons Katherine. "Tapi Putri, kami—""Aku bilang tidak, ya tidak–""Sayang, tenangkan dirimu dulu, hei duduklah." Frederick langsung menyela saat kondisi d

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    126. Perketat Keamanan

    "Fred." Katherine merasa ada yang tidak beres lantas mendorong pelan dada Frederick. Frederick pun merasakan hal yang sama. Sungguh aneh, malam-malam begini malah terdengar bunyi pecahan kaca. Katherine dan Frederick serempak melirik jendela, memastikan apa jendelanya yang rusak. Akan tetapi, setelah diamati, jendela kamar dalam keadaan aman. Kerutan di kening Katherine dan Frederick makin bertambah. Pasangan suami istri tersebut menyudahi kegiatan panasnya lalu beringsut dari kasur dan memakai pakaian dengan tergesa-gesa. Begitu pula dengan Xavier dan Grace menghentikan kegiatannya, memilih keluar hendak memeriksa apa yang telah terjadi. Keduanya tanpa sengaja berpapasan dengan Frederick dan Katherine di lantai satu. "Ada apa ini Pangeran?" tanya Xavier dengan kening mengerut kuat. "Entahlah, aku juga tidak tahu, aku pikir dari jendela kamar kalian?" Frederick pun bertanya. Jika bukan berasal dari kamarnya bisa jadi bunyi pecahan dari kamar Grace. Sebab kamar Grace tepat berada

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    125. Kami Tahu

    Katherine dan Frederick saling melirik satu sama lain, tengah menahan senyum sekaligus merasa bersalah atas perbuatan mereka tempo lalu. "Untuk apa meminta maaf Xavier?" Frederick memberi tanggapan terlebih dahulu, perasaan bersalah mulai memenuhi hatinya. Sebab demi egonya dia menjebak Xavier dengan obat perangsang kala itu. "Sudah seharusnya kami meminta maaf pada Pangeran dan Putri karena telah berbohong selama ini, aku juga minta maaf." Grace ikut menimpali. "Kalian tidak salah Grace, Xavier. Itu masalah kalian, dan setidaknya buah dari kebohongan kalian menghasilkan sebuah rasa, 'kan?" ujar Katherine, ikut berkomentar. Grace malah cengengesan. Merasa pasangan suami istri di hadapannya ini, terlampau baik. Hal yang wajar jika Katherine dan Frederick marah. Namun, reaksi keduanya di luar perkiraan. Xavier pun memiliki pikiran yang sama dengan Grace. Secara perlahan menatap kembali pasangan tersebut."Iy—a Putri, tapi terimalah permohonan maaf dari kami, hatiku rasanya mengganj

DMCA.com Protection Status