Beberapa jam kemudian, Laura telah sampai lebih dulu di tempat parkiran perusahan Dewa. Dia sengaja menunggu untuk memastikan kedatangan Arumi, yang sudah membuatnya sangat kesal. "Kemana dia kenapa belum kelihatan batang hidungnya juga," Laura sudah tak sabar, baru saja dia ingin mencoba mengirim chat pada Dewa untuk mengetahui keberadaan mereka. Tiba-tiba saja terlihat sebuah mobil Bentley mewah yang berwarna hitam terparkir tepat di depannya, membuat Laura pun mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan, lalu memastikan lebih dulu apakah itu mobil pria yang sangat dia cintai. Dan benar saja, terlihat sang asisten yang baru turun dari mobil lalu segera membukakan pintu mobil untuk Arumi. "Nona muda silahkan," Ujar Rudi sembari membungkukkan badannya sebagai rasa hormatnya. Arumi pun segera menginjakkan kaki lalu segera keluar, dia tak lupa mengucapkan terima kasih pada Rudi, tapi Rudi pun mengingatkan pada istri bosnya agar tidak sungkan padanya. Dewa yang masih duduk d
Tubuh Arumi melemas bahkan wajahnya memucat, nafasnya seolah tercekat di tenggorokannya saat mendengar perkataan Dewa yang sangat menyesakkan hati, kedua bola matanya berkaca-kaca. Melihat ekspresi wajah Arumi yang terlihat pucat dan kecewa membuat Laura terlihat sangat puas. Bahkan dia semakin memprovokasi. "Bagaimana? sekarang kamu sudah tahu dan sudah harusnya sadarkan? jadi sebelum kamu di buang lebih baik mengambil inisiatif pergi sendiri," Sindir Laura seraya menatap remeh Arumi. Arumi tersenyum getir, dia berusaha menahan tangisnya. Lalu mengangkat wajah cantiknya dan menatap Laura. "Nona Laura kenapa begitu ketakutan saat tuan Dewa memiliki perjanjian dengan saya? bukankah jika cinta sejati tidak akan pernah berpaling jadi tenang saja aku tidak tertarik dengan tuan Dewa meskipun di antara kami sudah akan mempunyai seorang bayi," balas Arumi dengan tegas. Laura tersulut emosi saat mendengar perkataan Arumi, yang seolah tidak takut dengan gertakannya. "Kau! Berani bicara s
Dewa semakin geram saat mendengar perkataan Adrian, yang menyulut emosinya di depan semua orang. Tapi dia berusaha tetap tenang agar tidak terpancing karena dia tidak mau jika sampai image-nya tercoreng. "Apa yang anda katakan benar tuan Adrian, tapi istri ku sedang hamil!" Dewa memberi penjelasan singkat dengan nada santai. Membuat Adrian terkejut dengan kening yang berkerut bibirnya bahkan seolah terkunci. Semua orang di sana berbisik, mereka yang baru saja bergabung di proyek itu baru tahu jika Dewa ternyata sudah menikah. "Wah, ternyata sekertaris cantik yang kemarin istrinya tuan Dewa tidak di sangka, beliau sudah menikah," bisik salah seorang wanita di sana. "Hsut! pelankan suara mu jangan sampai tuan Dewa mendengarnya, kalau tidak ini punya masa lah dengannya," sambung pria paruh baya mengingatkan. Melihat lawan bicara seolah kehabisan kata-kata membuat Dewa merasa puas, karena seolah telah memberi sebuah tamparan keras untuk Adrian. "Bagaimana sekarang anda sudah
Laura terkejut setelah membaca pesan dari Adrian yang marah-marah, karena tidak mengatakan jika saat ini ternyata Arumi tengah hamil. "Astaga! aku lupa kemarin tidak mengatakan hal itu," Laura menggelengkan kepala, lalu dia menjelaskan dalam pesan itu jika dirinya juga baru tahu. Berharap Adrian tidak akan marah lagi padanya dan pria itu tetap masih dengan komitmennya masih akan tetap bekerja sama. Laura bahkan membujuk Adrian agar tenang, karena menurutnya kehamilan Arumi masih bisa dia atasi dengan cara mengugurkan kandungannya. Agar tidak ada alasan lagi antara Dewa dan Arumi untuk mempertahankan kontrak pernikahan mereka. Karena rasa cinta Adrian yang sudah sangat besar pada Arumi saat mereka masih duduk di kampus membuat lelaki itu pun terdiam, dan terpaksa mempercayai perkataan Laura. "Oke, aku akan melihat kemampuan mu untuk bisa memisahkan mereka nona Laura," kata Adrian dalam pesannya. Tanpa banyak berpikir lagi kini Laura menyanggupi janjinya untuk mengugurkan kan
"Oma! Arumi aku pul..." Panggil Dewa sembari melonggarkan dasi dengan raut wajah tampannya yang terlihat sangat kelelahan bantuan dia terkejut saat melihat penampilan Arumi yang sangat cantik membuatnya hampir tak percaya. Jantung Arumi berdegup sangat kencang, ia terlihat sangat gugup bahkan sampai tak berani mengangkat wajahnya di depan Dewangga. Kedua bola mata Dewa membulat saat melihat Arumi yang terlihat sangat cantik dan berbeda tidak seperti biasanya. "A-Arumi ini benarkah ini kamu?" Celetuk Dewa yang masih mematung terkesima. Melihat ekspresi wajah Dewa yang menatap tanpa berkedip membuatnya Oma Rima tersenyum bahagia, karena dia yakin jika cucu kesayangannya terlihat sudah mulai memperhatikan dan menyukai Arumi. Hingga membuatnya spontan sengaja menggoda. "Lihatlah Dewa, istri mu sangat cantik malam ini, oma yakin dia Arumi akan menjadi pusat perhatian di pesta nanti," seloroh Oma Rima. Seketika suasana terasa hening dan canggung, wajah cantik Arumi seketika te
Beberapa jam kemudian di sebuah gedung hotel bintang lima, beberapa tamu sudah berlalu lalang mulai memasuki gedung mewah dan besar itu dengan penampilan mereka yang terlihat modis, membuat Arumi yang baru pertama kali ikut mendampingi Dewangga tertegun sampai membuat langkah kakinya terhenti. Kedua alis tebal Dewa terangkat, saat melihat Arumi yang malah mematung sembari menatap kagum ke arah pintu utama hotel termewah di kota itu. "Arumi! kenapa malah bengong? ayo cepat masuk, ingat jaga sikap mu jangan membuat ku malu di dalam nanti, karena banyak tamu-tamu penting," tegur Dewa dengan mode wajah datar yang serius. Arumi tersadar dari lamunannya, lalu kembali fokus menyahut Dewa jika dia akan mematuhi perintahnya. Dewa yang sudah di tunggu oleh beberapa rekan bisnisnya kini dia kembali menyodorkan lengannya dan menatap Arumi, Arumi yang sudah mengerti tatapan sebagai kode. Setelah Arumi melingkarkan tangan di lengan Dewa, mereka berdua kembali melanjutkan langkahnya lagi
Disaat Arumi tengah larut dalam pemikirannya, Dewa yang masih banyak mendiskusikan beberapa project baru bersama rekannya, dia mengingatkan Arumi agar menunggunya sebentar. Arumi tertunduk patuh, bahkan Dewa juga tak lupa mengingatkan agar tidak meminum wine Mengingat kondisi wanita yang bergelar istrinya itu tengah hamil muda. Setelah mengingatkan, Dewa yang di ikuti asistennya kini mulai bergabung dengan beberapa rekannya termasuk Adrian yang juga ikut dalam project itu. Melihat beberapa menu makanan yang tersedia di meja dengan berbagai jenis menu membuat Arumi menelan saliva beberapa kali karena membuatnya tergoda. "Wah makanan di sini sepertinya sangat enak-enak aku jadi ingin mencicipinya," Gumam Arumi yang perlahan mencoba mencicipi beberapa cake mini buah-buahan. Laura yang melihat Arumi sendirian membuatnya segera menghampiri, lalu sengaja memulai topik pembicaraan untuk membuat Arumi sadar akan posisinya di hati Dewa. "Hmm, sepertinya ada orang kampung yang baru
"Arumi kamu yang sabar ya, perkataan Dewa tidak usah kamu masukin hati," Clarisa berusaha menghibur Arumi. Dia sangat sedih dan ikut sedih saat melihat sikap Dewa yang sangat keterlauan lebih mementingkan Laura di bandingkan istrinya sendiri. Arumi menarik nafas dalam-dalam dia tidak suka orang lain melihat dirinya lemah, sampai berusaha keras terlihat tegar. "Clarisa! terima kasih karena kamu sudah menghibur ku, tapi seperti aku sedikit pusing dan ingin cepat pulang," keluh Arumi seraya memijat kening. Clarisa yang sangat cemas, kini ia menawarkan diri untuk mengantar Arumi. Awalnya Arumi menolak tapi karena ingin tahu lebih jauh tentang masa lalu Dewa dan Laura membuatnya menerima tawaran wanita itu lalu memberi perintah pada supirnya pribadi Dewa agar tidak menunggunya. Sebagai seorang karyawan pak Hendra hanya bisa mematuhi perintah istri tuanya, Arumi dan Clarisa pun segera bergegas pergi dari pesta mengingat Dewa yang pergi begitu saja tanpa bicara apa pun. Suasana di
Dewa memijat kening, sungguh selama ini dirinya merasa sangat bodoh karena telah tertipu oleh wanita yang begitu manipulatif seperti Laura. Nyonya Retha dan Oma Rima bernafas lega, saat melihat Laura dan Adrian telah di bawa oleh orang-orang mereka agar segera di proses. Excel menatap mommy dan Dady, meskipun jagoan kecil yang tidak mengerti tentang urusan orang dewasa tadi tapi ada senyuman bahagia di wajah lucunya lalu ia yang berada di dekat kedua orang tuanya pun bertanya. "Mommy! Apa benal paman tampan ini adalah Dady ku?" Celoteh Excel dengan nada cadel-nya sembari memegang kedua tangan kedua orang tuanya. Seketika wajah Arumi terdiam, dia masih marah pada Dewa. Akan tetapi setelah melihat bukti dan mengetahui kebenarannya membuat hatinya perlahan menjadi luluh. "Jagoan kecil! mulai sekarang jangan panggil lagi paman oke, karena kamu adalah pura Dady nak, maaf jika selama ini Dady tidak menjaga mommy dan kamu dengan baik," sesal Dewa yang perlahan berjongkok lalu memeluk da
Arumi terlihat dilema, setelah dia mengetahui semua kebenarannya tentang malam itu. Yang ternyata ulah Laura. "Jangan kembali lagi pada pria seperti Dewa. Dia hanya mencintai Laura. Dan kamu tidak akan bahagia," Adrian kembali mengingatkan. Tentu saja Dewa semakin marah dengan sikap Adrian yang terlalu ikut campur dalam hubungannya dengan Arumi. Sampai Dewa kehilangan kendali, lalu kembali melayangkan tangannya yang mendarat tepat di wajah lawan bicaranya itu.BLUGH!"Diam kau Adrian! Simpan omong kosong mu itu," Geram Dewa. Sampai membuat Adrian kembali terjatuh tersungkur ke bawah lantai. Semua orang di sana terkejut, tak ingin sampai Dewa semakin murka dengan cepatnya Doni memghampiri dan berusaha mengingatkan bosnya. "Tuan, tenanglah, jaga jangan sampai image anda terlihat buruk oleh semua orang, terutama nyonya Arumi," bisik Doni mengingatkan. Dewa berusaha menahan diri, dan Oma Rima juga menegurnya. "Dewa tenanglah, dan kamu nak Adrian berhentilah berharap pada Arumi. Dia ma
Kata-kata sindiran Dewa seolah menjadi sebuah belati tajam untuk hati Adrian, yang sebenarnya apa yang telah dia lakukan itu memang salah karena rasa cintanya yang begitu besar pada Arumi. Tak ingin mengelak lagi, Kini Adrian pun membalas kata-kata Dewa dengan penuh kepercayaan diri. "Heh! jika aku salah telah membantu Arumi agar jauh dari orang-orang toxic seperti mu," Decih Adrian dengan suara yang santai. Darah Dewa mendidih, saat mendengar kata-kata Adrian yang menyulut emosinya. Hingga membuat lelaki tampan itu menghampiri lalu meraih dan menarik kerah Adrian dengan sangat keras. Membuat Arumi kaget begitu juga dengan Excel. "Lancang sekali kau berbicara seperti itu padaku Adrian? tahu apa kau tentang aku dan istri ku!" Hardik Dewa yang sudah tidak ingin mentolerir sikap rekan bisnisnya itu. Arumi terlihat cemas dan panik, sampai dia berusaha melerai keduanya. Karena tidak ingin ada sesuatu hal yang terjadi apa lagi sampai ada yang terluka. "Cukup mas Dewa! oke, aku
"Apa! kamu bilang suster, tuan Dewa? kalian pergi ke sana?" Arumi tercengang saat baru tahu jika putranya itu entah sebuah kebetulan atau memang sengaja mencari tahu tentang Dady-nya tanpa sepengetahuan dirinya. "Iya nyonya, maaf. saya telah berbohong tadi hanya tidak tega saja melihat den Excel meminta untuk main ke rumah nenek buyut temanya," sesal sang baby sister dengan wajah yang tertunduk. Arumi menghela nafas jengah, saat mendengar kenyataan yang baru saja dia ketahui hari, dia terlihat cemas dan panik katena tidak ingin jika Dewa sampai mengetahui keberadaan mereka terutama Excel. "Arumi! apa kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian yang ikut cemas saat melihat wajah Arumi yang terlihat sangat pucat. Arumi tersadar dari lamunannya, lalu menjawab jika dia sangat takut jika sampai Dewa mengetahui tentang Excel, mengingat perjanjian mereka berdua saat menikah. Dewa berhak mengambil hak asuh putra mereka. Tapi sebagai seorang ibu, meskipun Arumi bukan istri yang Dewa ingin
Melihat cucunya begitu bersemangat, Oma Rima menatap penuh harap punggung Dewa yang perlahan semakin menjauh dari pandanganya. Dalam hatinya kembali ada secercah harapan jika rumahnya akan kembali hangat seperti dulu. "Semoga Dewa berhasil meminta maaf dan membujuk Arumi, agar mau pulang lagi," gumam Oma Rima. Mendengar perkataan ibunya, Nyonya Margaretha datang menghampiri lalu dia mengatakan beberapa pendapatnya yang menohok. "Ck, ibu ini kenapa begitu yakin jika anak itu milik Dewa? sekaligus dia hamil pun Belum tentu darah daging Dewa. Siapa tahu Arumi selingkuh," Cibir Nyonya Retha sembari memutar kedua bola mata malasnya. Oma Rima mendelik, saat menerima celaan dari putrinya. Bahkan dia menegur agar putrinya itu menjaga ucapan dan yang penting dia meminta sebagai seorang ibu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan putranya. "Akh ibu ini aku bosen Mendengarnya, menurut ku tetap Laura yang terbaik untuk Dewa." Ucap Retha yang terkekeh dengan pendiriannya.
Arumi terlihat kebingungan, saat jagoan kecilnya terus menuntut jawaban tentang Dady kandungnya. "Astaga! apa yang harus aku katakan? jika Excel tahu jika mas Dewa tidak menginginkan aku dan dia pasti akan sangat sedih," Lirih Arumi dengan hati yang sangat dilema. Bahkan ia terlihat beberapa kali menghela nafas berat, sampai suster Rhini yang sudah mengikuti cukup lama begitu penasaran dengan sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Arumi dan ayahnya Excel, tapi sebagai pengasuh ia tidak berani dan tidak mau lancang untuk bertanya tentang masalah pribadi majikanya. "Momy! kenapa masih tidak menjawab? apa mommy tega melihat aku tidak punya Dady? jika momy dan Dady ada masalah cepat selesaikan, karena aku pingin ketemu Dady," Excel menangis, dia sengaja ingin mencari tahu informasi. Arumi benar-benar tidak tega, saat melihat Excel sangat ingin tahu, tapi baginya ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan dan dia sengaja berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan di antara mer
"Ssttt! jangan bersuara dulu, aku melihat Dewa ada di sini?" Bisik Adrian sembari mendaratkan tangannya di bibir Arumi. Mendengar perkataan Adrian, tentu saja Arumi sangat kaget sampai hampir tak percaya, karena bagaimana bisa lelaki yang pernah dia cintai itu bisa ada di rumah sakit. "Mas Dewa! bagaimana bisa dia ada di sini? apa ada seseorang yang dia temui?" Arumi sangat penasaran saat melihat Dewa yang sudah pergi keluar dari pintu utama. Adrian yang tidak suka saat Arumi membahas tentang Dewa. Dia berusaha mencoba untuk mengalihkan perhatian untuk segera menemui Excel yang sudah ada di ruangan rawat VIP. Arumi yang begitu mencemaskan jagoan kecilnya, tanpa banyak berpikir lagi kini dia pun segera pergi ke ruangan di mana Excel berada. Berharap tidak ada hal yang serius terjadi. Setelah berjalan menyusuri lobi beberapa menit, Arumi akhirnya sampai ke ruangan yang di cari dia sedikit terkejut karena ruang rawat itu biasanya di khususkan untuk para orang kaya. Suster
Suster Rini tersontak kaget, saat mendengar suara majikannya. Sampai nafasnya seolah tercekat di tenggorokannya karena saking bingung harus menjawab apa. "Suster Rini! apa kamu masih mendengar ku?" tanya Arumi yang kedua kalinya untuk memastikan. Suster Rini menghela nafas dalam-dalam lalu mengeluarkanya pelan. Baru saja wanita berseragam serba pink itu akan menjawab. Tiba -tiba saja tak sengaja Arumi mendengar suara khas pria yang begitu familiar di telinganya. "Sus! kenapa kamu tidak bilang kalau Excel ternyata punya alergi seafood?" Dewa melontarkan satu pertanyaan dengan nada tinggi. Kebetulan Arumi yang masih menunggu baby sister kepercayaannya dia sangat terkejut saat mendengar suara yang khas dan sangat familiar, membuatnya seketika mematung. Rhini menelan saliva beberapa kali, bibirnya seolah merasa terkunci saat pria yang ada di depannya menegur. "Ma-maaf tuan, saya juga sebagai pengasuh den Excel benar-benar baru tahu ternyata dia punya alergi dan nyonya tidak p
Oma Rima sangat terkejut, saat mendengar kabar jika ibu dari anak kecil yang begitu mirip dengan Dewa adalah putri dari cucu mantu yang sudah dia cari selama ini. "Rudi! kamu tidak berbohong kan? dari mana kamu dapat info itu?" Oma Rima memastikan karena dia tidak ingin jika sampai salah dengar. ¹ddfd Dan tentu saja Rudi tidak pernah memberikan informasi tanpa menemukan bukti lebih akurat dulu. "Nyonya, ini adalah data anak kecil tadi di dapat dari taman kanak-kanaknya," Jelas Rudi Sembari menyodorkan sebuah map yang berhasil dia dapatkan dari salah satu wali di sekolah bergensi itu. Oma Rima meraih dan membaca kembali isi laporan tentang indentitas Excel, jantungnya berdegup sangat kencang, perasaannya campur aduk antara terharu dan senang. "Jadi anak itu benar-benar putra Arumi? kemungkinan dia bisa jadi putra Dewa, Rudi cepat aku ingin info yang lebih akurat, ambil sampel DNA Excel," Titah Oma Rima dengan nada yang penuh penekanan. "Baik nyonya, saya akan segera menyu