Share

Istri Kontrak CEO Galak
Istri Kontrak CEO Galak
Author: Butiran Rinso

Dipecat

Author: Butiran Rinso
last update Last Updated: 2023-11-26 05:46:55

Mobil Range Rover warna hitam mengkilap memasuki pelataran gedung PT. Atmajaya Karya Husada. Perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi dan merupakan anak cabang dari perusahaan Atmajaya Group.

Mobil itu berhenti di depan lobi, menarik atensi setiap mata yang memandang ketika beberapa orang berpakaian formal berjejer di depan lobi utama. Pria berpakaian serba hitam segera memosisikan diri di depan pintu penumpang, membukakan pintu untuk orang penting di perusahaan Atamjaya Karya Husada atau biasa disebut AKH.

"Selamat pagi Pak," sapa pria itu dengan sopan, membungkukkan sedikit badannya sebagai penghormatan pada atasannya.

"Pagi," balas pria yang keluar dari mobil, ekspresinya datar. Namun, sorot matanya begitu tegas, menatap lurus ke depan seiring dengan langkah kakinya. Ia tampak berkharisma.

Pria berstelan jas rapi yang membalut tubuh atletis, dipadu dengan wajah tampan, berahang tegas, hidung mancung, alis tebal dan kaca mata hitam bertengger di atas hidung menutup mata beriris kecoklatan yang mampu mengeluarkan pesona luar biasa. Ditambah tatanan rambut klimis menjadikan penampilan pria itu terlihat nyaris sempurna.

Pria keturunan blasteran Indonesia-Jerman yang menyandang gelar Direktur paling muda, serta meraih penghargaan CEO Safety Leadership Award - Contractor Stateowned Company tahun ini di ajang INDONESIA CONSTRUCTION SAFETY AWARDS (ICSA). Pria itu bernama, William Atmaja, putra pertama dari tiga bersaudara anak Surya Atmaja selaku CEO Atmajaya Group.

"Selamat pagi Pak Liam." Serempak deretan orang yang berjajar di sepanjang menuju pintu masuk gedung AKH memberikan salam hormat pada William Atmaja yang lebih akrab dipanggil Liam.

"Pagi." Liam berjalan melewati mereka, kemudian satu per satu dari mereka berjalan mengikutinya di belakang, memasuki gedung AKH yang sudah ramai oleh para karyawan.

"Bagaimana persiapan pembangunan perumahan di Tangerang?" Seraya berjalan memasuki lift, Liam bertanya pada para staff yang berjalan di belakangnya.

"Sudah selesai Pak, tinggal menunggu peresmian untuk memulai pembangunan," ucap pak Danu selaku Project Manager (PM).

"Pembebasan lahan di Jogja?" Liam kembali mengajukan pertanyaan, sembari menunggu lift yang berjalan ke atas menuju lantai lima belas di mana ruangannya berada.

"Masih dalam proses Pak," jawab pak Danu, suaranya ragu-ragu dengan wajah pucat.

Liam berdecak, mengendurkan ikatan dasinya yang serasa mencekik dan membuatnya gerah dalam lift berisikan lima orang itu. "Kendala apa lagi sekarang? Bukankah saya sudah bilang untuk segera membebaskan lahan di sana!" Suara Liam mulai meninggi. "Para investor sudah mulai mempertanyakan kinerja kita, harusnya kamu bisa bekerja lebih gesit. Kecuali kamu siap untuk diganti!"

"Ba-baik Pak." Pak Danu menelan ludah, ia paham betul maksud ucapan Liam yang dipenuhi peringatan. Atasannya itu memang terkenal tegas dan tidak pandang bulu, siapa pun yang dianggap lamban dan tidak becus akan langsung dipecat saat itu juga. Tak heran jika Liam dijuluki sebagai bos dingin berhati batu.

"Saya mau besok semuanya sudah beres. Lakukan pendekatan, ajak bermusyawarah, kasih harga tinggi. Harusnya seperti itu tidak perlu saya kasih tahu!" kata Liam, berjalan keluar ketika pintu lift terbuka. "Ingat, jangan pakai kekerasan. Saya tidak mau ada kontroversi apalagi sampai masuk ke media. Kalian tahu, 'kan, akibatnya kalau sampai hal itu diendus media?" Liam menoleh ke belakang, membuat para staff di belakangnya seketika terpaku dan menunduk takut. "Jangan sampai saham perusahaan anjlok karena kecerobohan kalian!"

"Baik Pak," seru kelima staff.

Liam mengibaskan tangannya. "Kalian boleh pergi, kecuali kamu Putra."

Keempat staff pun pamit, kembali memasuki lift, meninggalkan Liam dengan Putra yang merupakan orang kepercayaannya di perusahaan.

"Apa kamu sudah melakukan yang saya perintahkan?" tanya Liam, keduanya berjalan menuju ruangannya.

"Sudah Pak, tapi ada sedikit kendala ...." Putra berhenti bicara ketika Liam tiba-tiba menghentikan langkahnya. Refleks matanya mengikuti sorot mata atasannya itu yang menjurus ke meja sekretarisnya yang masih kosong.

Liam mengalihkan pandangan ke jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, kemudian berdecak kesal. "Dia telat lagi!" Ucapan Liam bukanlah pertanyaan, lebih ke pernyataan yang membeberkan fakta kalau sekretarisnya kembali berulah. Datang terlambat untuk kesekian kali, hal itu jelas membuat Liam gondok. Pasalnya ia membenci orang yang tidak tepat waktu dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaan. Karena baginya waktu adalah uang, terlambat masuk kerja artinya dianggap makan gaji buta!

"Apa perlu saya telepon, Pak?" tanya Putra, khawatir ketika melihat raut wajah atasannya. Jelas bukan Liam yang dikhawatirkan Putra, tentu saja sekretaris Liam yang baru menjabat seminggu dan hari ini berpotensi kehilangan posisinya atau lebih parah kehilangan pekerjaannya, alias dipecat dengan tidak hormat oleh Liam si bos dingin yang tidak mengenal belas kasihan pada siapa pun! Sekalipun itu wanita!

Liam mengibaskan tangannya. "Tidak perlu. Lebih baik kamu buatkan saya kopi, saya butuh sesuatu yang panas untuk meredam emosi."

Putra mengangguk patuh. "Baik Pak, kalau begitu saya permisi."

Sementara di luar gedung, sebuah motor N-Max warna silver berhenti di depan lobi. Seorang wanita yang memakai celana panjang bahan warna merah tua, berpadu dengan kemeja panjang warna merah muda terang yang digulung sampai siku turun dari motor.

"Ini Pak, ambil saja kembaliannya," ucap wanita itu, tampak tergesa-gesa. "Sialan, berasa kayak habis disunat. Besok-besok nggak naik motor begitu lagi." Wanita itu menggerutu, sambil berjalan cepat dengan kaki merenggang seperti habis disunat.

Di saat ia tengah diburu waktu, langkah cepatnya harus terhenti karena teriakan abang ojek online yang meneriakinya. Wanita itu lantas berdecak, mengembuskan napas berat, mencoba untuk tidak meledakkan emosinya yang sudah bercokol ke ubun-ubun.

"Ambil aja Pak kembaliannya, saya ikhlas. Saya sedang buru-buru!" teriaknya kembali berjalan cepat tanpa menghiraukan abang ojek online yang masih mengejar.

"Mbak, tunggu!" Abang ojek online mempercepat langkahnya, menyusul wanita itu sebelum masuk lift. "Mbak." Ia berhasil menyentuh bahu wanita itu ketika sampai di depan lift, sontak saja hal itu membuat sang empu berbalik.

"Apa lagi sih, Pak? Kan saya udah bilang, ambil saja kembaliannya. Saya ikhlas, lagian saya tuh lagi buru-buru Pak. Ini menyangkut kelangsungan hidup saya, kalau sampai saya nggak segera sampai ke ruangan kerja saya. Bisa-bisa bos saya marah dan berubah jadi Hulk," cerocos wanita itu tanpa memberikan kesempatan abang ojol berbicara. "Udah ya, Pak, saya buru-buru. Ambil aja kembaliannya, lumayan buat beli sarapan nasi uduk di depan. Enak nasi uduknya, mantul." Wanita itu mengacungkan jari jempolnya untuk mendukung pernyataannya soal nasi uduk yang dianggapnya benar-benar enak, setelah itu buru-buru masuk ke lift ketika pintu lift terbuka. Ia tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang tersisa barang sedetik saja, karena ini menyangkut karirnya yang sudah berada di ujung tanduk.

Namun, baru saja wanita itu melangkahkan kaki kanannya masuk ke lift, abang ojek online kembali menyentuh bahunya. Sontak saja ia menoleh, bersiap menyembur abang ojek online dengan kata-kata mutiara. Tetapi belum sempat mulutnya terbuka, abang ojek online lebih dulu berbicara.

"Mbak, helemnya." Abang ojek online menunjuk ke kepala wanita itu seraya meringis, tidak enak harus mengingatkan si wanita akan helem yang masih bertengger di kepalanya. "Saya nggak bisa narik penumpang kalau helemnya dibawa," sambung pria itu.

"OMG!" Mata wanita itu melebar seketika tangannya refleks terangkat dan menyentuh sesuatu yang masih melekat di kepalanya. Sedetik kemudian ia menyengir, cepat-cepat mencopot helem itu dan mengembalikan pada pemiliknya. "Maaf ya Pak, saya lupa."

"Iya Mbak, nggak apa-apa. Mungkin mbak butuh aqua," sahut abang ojek online, ambigu. Setelah itu ia pergi meninggalkan wanita itu yang sudah masuk ke dalam lift.

Wanita itu menyandarkan tubuhnya pada dinding lift setelah menekan tombol lima belas. Ia mengembuskan napas berat, otaknya diperas untuk memikirkan alasan yang tepat ketika bosnya yang galak nanti bertanya. Membayangkan wajah bosnya ketika menginterogasi, sontak saja wanita itu bergidik ngeri. Ia meringis, mengutuk hari senin yang merupakan hari kesialannya.

Denting lift terdengar, disusul pintu lift yang terbuka saat tiba di lantai lima belas. Wanita itu menarik napas kuat-kuat, menguatkan tekad dan memberanikan diri untuk melangkah keluar dari lift. Rasanya setiap langkahnya begitu berat, seolah ia sedang melangkah menuju neraka. Tapi sepertinya hari ini kantor megah AKH akan menjadi neraka seharinya, mengingat bagaimana bosnya yang super duper galak itu akan menghakimi dirinya dengan sangat sadis tentunya.

Wanita itu menelan ludah ketika tiba di depan pintu penghubung menuju ruangan CEO utama. Jangtungnya berdegup kencang ketika tangannya mulai menggenggam gagang pintu kaca, perlahan tapi pasti ia mendorong pintu, melongokkan kepalanya masuk. Mendapati ruangannya dalam keadaan sunyi, ia pun bisa masuk dengan perasaan lega. Namun, baru saja ia menghela napas, jantungnya kembali dipaksa berpacu cepat dengan bola mata melebar, ketika kursi kerjanya tiba-tiba saja berputar dan menampilkan sesosok menyeramkan menghadap ke arahnya.

"Pa-Pak Liam!" Spontan wanita itu memekik, tergagap dan juga panik saat melihat siapa gerangan yang menduduki kursi kerjanya. Otaknya dipaksa berpikir untuk merangkai kalimat sebagai alibi masuk akal, tapi sialnya otak kecilnya mendadak tumpul seolah tidlak bisa berfungsi dengan semestinya. Tatapan tajam pria itu berhasil melumpuhkan seluruh saraf kewarasannya. Astaga! Pak Liam kenapa seram sekali, mirip Dracula!

"Jam berapa ini?" Liam menatap wanita yang berdiri kaku di depan pintu seraya meringis. Wajah ketakutan wanita itu terlihat sangat menggelikan dan entah kenapa hal itu membuat Liam puas melihatnya.

"Ja-jam ...." Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha bersikap normal. Acap kali berhadapan dengan bosnya itu, ia sering jadi gagap seolah kehilangan kemampuan bicaranya. Dengan sekali tarikan napas, ia membuka mulutnya untuk meluncurkan jawaban dengan lancar. "Jam enam lebih sembilan puluh menit, Pak."

Liam mengerutkan keningnya. "Apa?" Wanita konyol di depannya sukses membuat ia berpikir keras untuk mencerna jawaban ambigu yang dilontarkan. Lalu Liam terkekeh, merasa dipermainkan oleh sekretarisnya sendiri. Ia menatap lurus mata wanita itu yang bergerak liar, ketakutan.

Liam tersenyum miring, wajahnya terlihat tenang. Tapi hal itu justru membuat wanita itu semakin gugup dan mati gaya. Seolah vonis hukuman mati siap dilayangkan padanya dan benar saja, Liam memberikan vonis mematikan atas kesalahannya hari ini.

"Carla Ananda Yosefh, mulai detik ini, jam ini, hari ini, kamu dipecat. Silakan keluar dari sini, pintunya ada di belakang kamu!"

Related chapters

  • Istri Kontrak CEO Galak   Gosip

    "Kamu dipecat!"Mata Carla berkedut ketika mendengar suara lantang bosnya. Seminggu, memang waktu yang singkat untuk mengenali kepribadian bosnya. Tapi dalam seminggu Carla sudah hapal kebiasaan bosnya yang sering memakai nada tinggi dan tegas. Seperti saat ini, harusnya Carla sudah terbiasa, lagipula ini bukan yang pertama kalinya ia kena semprot bosnya yang super galak itu, tapi hampir setiap hari atau bahkan setiap waktu ia kena omel atasannya. Namun, hari ini berbeda, Carla bukan hanya kena omel, tapi juga nyaris kena serangan jantung karena ucapan lantang yang bosnya lontarkan. Dipecat! Carla tidak menyangka jika dirinya akan menjadi korban kebiadaban seorang Liam seperti pegawai-pegawai sebelumnya yang juga dipecat tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan. Enggak! Aku nggak boleh dipecat! Aku nggak boleh jadi pengangguran lagi! Carla menjerit frustrasi dalam benaknya, memikirkan nasib ke depannya jika ia sampai benar-benar kehilangan pekerjaan ini. Meskipun ia tahu kesalahann

    Last Updated : 2023-11-28
  • Istri Kontrak CEO Galak   Tumbal bos kejam

    Carla duduk tertunduk seraya meremas-remas jemari tangannya yang basah berkeringat. Di hadapannya duduk Liam dan mamanya yang sedari tadi melemparkan sorot menyelidik kepadanya. Entah pikiran macam apa yang bercokol di dalam kepala wanita paruh baya itu, setelah pengakuan konyol sepihak yang dilakukan oleh bosnya dan yang pasti Carla tahu kalau sesuatu yang sangat buruk akan menimpa dirinya setelah ini."Dia yang duluan mencium Liam. Padahal Liam sudah bilang buat nggak cium-cium di tempat sembarangan. Harusnya kamu bisa lebih menahan diri lagi, Carla. Lihatlah, gara-gara ketidaksabaran kamu, kita jadi ketahuan, kan."Jantung Carla rasanya seolah akan berhenti berdetak ketika mengingat kembali fitnah keji macam apa yang dilayangkan bosnya kepada dirinya. Mencium? Yang benar saja! Seumur hidup, bahkan Carla belum pernah berciuman, apalagi sampai nekad mencium atasannya sendiri. Itu sangat tidak masuk akal, harusnya nyonya Willona tidak mempercayai omong kosong itu, tapi sepertinya wani

    Last Updated : 2023-11-30
  • Istri Kontrak CEO Galak   Viral

    "Jadi dia calon istri kamu?""Hubungan kami memang lebih dari sekedar atasan dan karyawan, kami diam-diam berkencan di luar kantor. Tapi untuk menikah, kayaknya masih terlalu dini.""Banyak alasan, kalau kamu cuma mau main-main, jangan sia-siakan waktu orang lain. Lebih baik kamu akhiri hubungan kalian, kakek kasihan sama wanita ini, harusnya dia mencari pasangan yang akan membawanya ke pelaminan, bukan hanya dijadikan kedok semata!""Kakek tenang saja, waktu yang Carla habiskan bersamaku tak akan jadi sia-sia. Lagipula bukannya aku tak mau serius sama Carla, aku hanya tak mau terburu-buru menikah. Hubungan kami juga baru dimulai secara resmi, jadi tolong beri kami waktu.""Satu bulan! Kalau satu bulan kamu masih tidak mau menikahinya, lebih baik kamu lepaskan dia. Biarkan dia bebas menentukan jodohnya sendiri. Jangan kamu tahan tanpa punya harapan akan masa depan! Baik kakek ataupun papa kamu, tidak ada yang mempermainkan wanita. Jadi jangan rusak tradisi keluarga kalau kamu hanya in

    Last Updated : 2024-01-18
  • Istri Kontrak CEO Galak   Jaminan

    "Kondisi pasien kian memburuk. Pasien tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk melakukan tindakan operasi pengangkatan tumor. Kita harus sesegera mungkin melakukan operasinya."Ucapan dokter beberapa saat lalu masih terngiang-ngiang jelas di pikiran Carla. Bagaimana dokter menjelaskan kondisi ibunya yang sempat mengalami penurunan kesadaran, efek dari penyakit yang dideritanya. Kanker otak stadium II! Tidak pernah Carla bayangkan sang mama akan mengidap penyakit ganas mematikan tersebut. Dua minggu sebelumnya ia membawa mamanya ke rumah sakit karena mengeluh sakit kepala yang tidak sembuh-sembuh dan terakhir kali beliau juga sempat mengalami penurunan kesadaran. Saat itulah Carla baru mengetahui bahwa mamanya mengidap kanker otak stadium II dan dokter menyarankan agar segera dilakukan operasi pengangkatan tumor. Namun, waktu itu Carla terkendala biaya. Tabungannya hanya cukup untuk membayar biaya rawat inap dan pemeriksaan awal. Sedangkan untuk operasi pengangkatan tumor membutuhk

    Last Updated : 2024-01-22
  • Istri Kontrak CEO Galak   Medusa!

    "Liam, kamu di mana sekarang?" Suara nyaring sang mama memenuhi seisi mobil, ketika panggilan itu Liam loud speaker karena dirinya harus fokus mengemudi. "Jawab Liam, di mana kamu sekarang? Bisa-bisanya kamu kabur setelah membuat keributan?"Keributan? Liam memutar bola mata malas. Ia tidak merasa membuat keributan, malah dirinya baru saja membuat pertunjukan spektakuler. Ya, walaupun pertunjukan dadakan itu di luar skenarionya. Seandainya saja wanita licik bernama Andita Salim itu tidak memprovokasi dirinya dengan menyulut percikan api lebih dulu, maka Liam tidak akan menyiramkan bensin lebih banyak. Tentu saja pertunjukan itu tidak akan pernah terjadi, pertunjukan yang sekarang sukses jadi headline berita di mana-mana. "Liam!" Suara sang mama kian melengking, deru napasnya terdengar memburu menunjukkan betapa emosinya beliau saat ini. "Kamu dengar mama nggak sih?"Liam menghela napas kasar, lalu menjawab, "Lagi di jalan, Ma. Bentar lagi Liam ke situ.""Kamu sudah antar Carla pulang

    Last Updated : 2024-01-30
  • Istri Kontrak CEO Galak   Bertunangan

    "Hei!" Andita Salim memekik, ketika ia hampir saja tersungkur ke lantai setelah Liam mendorongnya dengan kasar. "Apa kamu tak bisa bersikap lembut dengan wanita?" protesnya, menatap Liam sepenuhnya. Liam berdecih, ekspresinya seakan menjelaskan satu jawaban atas pertanyaan Andita barusan. Tidak! Tentu saja tidak! Memangnya siapa juga yang menganggap Andita sebagai wanita yang harus diperlakukan dengan lembut? Pasalnya di mata Liam sendiri, Andita hanyalah medusa licik yang sangat ingin ia singkirkan dari hidupnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" Liam enggan berbasa-basi. "Sebaiknya kau pergi sekarang dan berhenti membuat drama! Dan satu hal yang perlu kamu tahu, saya tidak sudi terlibat skandal apa pun denganmu! Jadi berhenti untuk menyeret nama saya dalam rumor murahan yang kamu ciptakan!""Rumor?" Meski wajah Liam terlihat tidak bersahabat dan terkesan mengintimidasi, nyatanya itu sama sekali tidak membuat Andita gentar. Malah dengan berani Andita mendekat ke hadapan Liam, menepis

    Last Updated : 2024-02-02
  • Istri Kontrak CEO Galak   Bos Rese!

    Operasi pengangkatan tumor otak mama Carla berjalan lancar. Namun, kondisi beliau masih lemah dan harus terbaring di ruangan ICU, bahkan untuk bernafas dibantu ventilator dan Carla hanya bisa memandangi tubuh lemah mamanya dari balik jendela kaca ruang ICU. "Ma." Carla meratapi tubuh ringkih mamanya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Dadanya terasa nyeri melihat satu-satunya orang yang disayang masih belum juga sadarkan diri sejak operasi berakhir dini hari tadi. "Mama cepetan bangun ya, Ma. Jangan tinggalin Carla sendirian, Carla nggak siap," lirih Carla, perasaannya makin tidak karuan. Terlebih ketika bayangan masa lalu kembali mengingatkannya akan sakitnya kehilangan sosok yang paling disayang. Ya, Carla pernah berada di posisi itu. Momen di mana dirinya sampai terpuruk karena harus menghadapi kenyataan bahwa papanya meninggalkannya untuk selamanya karena kecelakaan. Tidak hanya itu, sepeninggalan papanya merubah drastis kehidupan Carla dan mamanya, membuat ia maki

    Last Updated : 2024-02-04
  • Istri Kontrak CEO Galak   Kok Bisa?

    Carla duduk gelisah, meremas jemari tangannya yang basah berkeringat dingin. Jantungnya berdetak di luar kendali, matanya berkali-kali melirik ke sana-sini mencari pengalihan dari seseorang yang tengah menatap intens dirinya. Mati aku! Dalam hati Carla berkali-kali merutuk. Ia tidak habis pikir akan terjebak dalam kondisi serumit ini. Kalau semalam ia masih tahan banting hanya dicecar pertanyaan wartawan, tapi sekarang? Mana bisa tahan banting kalau yang mencecar calon mertua ... ralat calon mertua pura-pura. "Carla."Carla berharap waktu cepat berlalu, atau setidaknya ia memiliki jurus menghilang dalam sekejap mata. Jujur ia tidak nyaman duduk berhadapan dengan istri CEO perusahaan, rasanya ia akan gila menanggapi berbagai pertanyaan yang dilemparkan oleh wanita itu. Karena ia sendiri bingung harus menjawab apa, atas pertanyaan yang mungkin akan dilayangkan terhadapnya. Kalau saja kemarin Liam memberikan pengarahan terlebih dahulu, mungkin dirinya tidak akan kesulitan menghadapi si

    Last Updated : 2024-02-12

Latest chapter

  • Istri Kontrak CEO Galak   Mantan Gebetan

    Kesepian di keramaian. Mungkin itu definisi yang tepat untuk Carla sekarang. Duduk sendiri menikmati minuman bewarna merah menyala dengan rasa manis yang membekas di lidahnya. Ditemani hingar bingar musik fun yang malah terdengar membosankan di telinganya. Tatapan Carla beralih dari gelas di tangannya menuju ke arah pelaminan, memperhatikan sejenak wajah cantik mempelai wanita dengan gaun putih bagaikan princess disney. Menakjubkan!Membayangkan betapa megahnya pesta pernikahan yang diadakan di salah satu ballroom hotel ternama di kota metropolitan. Dari dekorasi sampai makanan dan pengiring musik, Carla sudah bisa menebak budget yang dikeluarkan pasti gila-gilaan dan perempuan miskin sepertinya hanya bisa bermimpi untuk pesta pernikahan semewah ini. Ngomong-ngomong soal pesta pernikahan, sejujurnya Carla tidak mengenal siapa yang menikah. Semua orang yang ada di ruangan besar ini tampak asing baginya, bahkan ia merasa kecil di antara para tamu undangan dengan dandanan glamor ala so

  • Istri Kontrak CEO Galak   Cantik

    Liam berdiri di depan lobi, berulang kali melirik pada jam tangannya. Sudah hampir setengah jam ia menunggu, tapi orang yang dinanti tidak kunjung muncul. Hal itu membuat kekesalannya kian bertumpuk di dalam dada sampai ke ubun-ubun. Liam berdecak, tak bisa mentolerir lebih lama lagi. Batas kesabarannya sudah habis untuk menunggu Carla, yang entah bagaimana ceritanya bisa bersama dengan mamanya saat ini. Kalau bukan karena mamanya juga, Liam tak akan sudi menunggu begini, mungkin juga ia akan langsung memecat Carla saat di telepon tadi. "Itu mobil Nyonya Willona, Pak." Suara Putra dari samping menginterupsi Liam, menarik pandangannya menuju arah yang dimaksud Putra. Liam mendengkus pelan ketika mobil milik mamanya berhenti tepat di depannya. Lalu kaca jendela belakang turun ke bawah, menampilkan sosok mamanya yang menyunggingkan senyuman lebar."Maaf ya Liam, mama pinjem Carla bentar buat nemenin sarapan," ucap Willona, tanpa menunjukkan rasa bersalah sedikit pun.Sebentar? Rasanya

  • Istri Kontrak CEO Galak   Kok Bisa?

    Carla duduk gelisah, meremas jemari tangannya yang basah berkeringat dingin. Jantungnya berdetak di luar kendali, matanya berkali-kali melirik ke sana-sini mencari pengalihan dari seseorang yang tengah menatap intens dirinya. Mati aku! Dalam hati Carla berkali-kali merutuk. Ia tidak habis pikir akan terjebak dalam kondisi serumit ini. Kalau semalam ia masih tahan banting hanya dicecar pertanyaan wartawan, tapi sekarang? Mana bisa tahan banting kalau yang mencecar calon mertua ... ralat calon mertua pura-pura. "Carla."Carla berharap waktu cepat berlalu, atau setidaknya ia memiliki jurus menghilang dalam sekejap mata. Jujur ia tidak nyaman duduk berhadapan dengan istri CEO perusahaan, rasanya ia akan gila menanggapi berbagai pertanyaan yang dilemparkan oleh wanita itu. Karena ia sendiri bingung harus menjawab apa, atas pertanyaan yang mungkin akan dilayangkan terhadapnya. Kalau saja kemarin Liam memberikan pengarahan terlebih dahulu, mungkin dirinya tidak akan kesulitan menghadapi si

  • Istri Kontrak CEO Galak   Bos Rese!

    Operasi pengangkatan tumor otak mama Carla berjalan lancar. Namun, kondisi beliau masih lemah dan harus terbaring di ruangan ICU, bahkan untuk bernafas dibantu ventilator dan Carla hanya bisa memandangi tubuh lemah mamanya dari balik jendela kaca ruang ICU. "Ma." Carla meratapi tubuh ringkih mamanya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Dadanya terasa nyeri melihat satu-satunya orang yang disayang masih belum juga sadarkan diri sejak operasi berakhir dini hari tadi. "Mama cepetan bangun ya, Ma. Jangan tinggalin Carla sendirian, Carla nggak siap," lirih Carla, perasaannya makin tidak karuan. Terlebih ketika bayangan masa lalu kembali mengingatkannya akan sakitnya kehilangan sosok yang paling disayang. Ya, Carla pernah berada di posisi itu. Momen di mana dirinya sampai terpuruk karena harus menghadapi kenyataan bahwa papanya meninggalkannya untuk selamanya karena kecelakaan. Tidak hanya itu, sepeninggalan papanya merubah drastis kehidupan Carla dan mamanya, membuat ia maki

  • Istri Kontrak CEO Galak   Bertunangan

    "Hei!" Andita Salim memekik, ketika ia hampir saja tersungkur ke lantai setelah Liam mendorongnya dengan kasar. "Apa kamu tak bisa bersikap lembut dengan wanita?" protesnya, menatap Liam sepenuhnya. Liam berdecih, ekspresinya seakan menjelaskan satu jawaban atas pertanyaan Andita barusan. Tidak! Tentu saja tidak! Memangnya siapa juga yang menganggap Andita sebagai wanita yang harus diperlakukan dengan lembut? Pasalnya di mata Liam sendiri, Andita hanyalah medusa licik yang sangat ingin ia singkirkan dari hidupnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" Liam enggan berbasa-basi. "Sebaiknya kau pergi sekarang dan berhenti membuat drama! Dan satu hal yang perlu kamu tahu, saya tidak sudi terlibat skandal apa pun denganmu! Jadi berhenti untuk menyeret nama saya dalam rumor murahan yang kamu ciptakan!""Rumor?" Meski wajah Liam terlihat tidak bersahabat dan terkesan mengintimidasi, nyatanya itu sama sekali tidak membuat Andita gentar. Malah dengan berani Andita mendekat ke hadapan Liam, menepis

  • Istri Kontrak CEO Galak   Medusa!

    "Liam, kamu di mana sekarang?" Suara nyaring sang mama memenuhi seisi mobil, ketika panggilan itu Liam loud speaker karena dirinya harus fokus mengemudi. "Jawab Liam, di mana kamu sekarang? Bisa-bisanya kamu kabur setelah membuat keributan?"Keributan? Liam memutar bola mata malas. Ia tidak merasa membuat keributan, malah dirinya baru saja membuat pertunjukan spektakuler. Ya, walaupun pertunjukan dadakan itu di luar skenarionya. Seandainya saja wanita licik bernama Andita Salim itu tidak memprovokasi dirinya dengan menyulut percikan api lebih dulu, maka Liam tidak akan menyiramkan bensin lebih banyak. Tentu saja pertunjukan itu tidak akan pernah terjadi, pertunjukan yang sekarang sukses jadi headline berita di mana-mana. "Liam!" Suara sang mama kian melengking, deru napasnya terdengar memburu menunjukkan betapa emosinya beliau saat ini. "Kamu dengar mama nggak sih?"Liam menghela napas kasar, lalu menjawab, "Lagi di jalan, Ma. Bentar lagi Liam ke situ.""Kamu sudah antar Carla pulang

  • Istri Kontrak CEO Galak   Jaminan

    "Kondisi pasien kian memburuk. Pasien tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk melakukan tindakan operasi pengangkatan tumor. Kita harus sesegera mungkin melakukan operasinya."Ucapan dokter beberapa saat lalu masih terngiang-ngiang jelas di pikiran Carla. Bagaimana dokter menjelaskan kondisi ibunya yang sempat mengalami penurunan kesadaran, efek dari penyakit yang dideritanya. Kanker otak stadium II! Tidak pernah Carla bayangkan sang mama akan mengidap penyakit ganas mematikan tersebut. Dua minggu sebelumnya ia membawa mamanya ke rumah sakit karena mengeluh sakit kepala yang tidak sembuh-sembuh dan terakhir kali beliau juga sempat mengalami penurunan kesadaran. Saat itulah Carla baru mengetahui bahwa mamanya mengidap kanker otak stadium II dan dokter menyarankan agar segera dilakukan operasi pengangkatan tumor. Namun, waktu itu Carla terkendala biaya. Tabungannya hanya cukup untuk membayar biaya rawat inap dan pemeriksaan awal. Sedangkan untuk operasi pengangkatan tumor membutuhk

  • Istri Kontrak CEO Galak   Viral

    "Jadi dia calon istri kamu?""Hubungan kami memang lebih dari sekedar atasan dan karyawan, kami diam-diam berkencan di luar kantor. Tapi untuk menikah, kayaknya masih terlalu dini.""Banyak alasan, kalau kamu cuma mau main-main, jangan sia-siakan waktu orang lain. Lebih baik kamu akhiri hubungan kalian, kakek kasihan sama wanita ini, harusnya dia mencari pasangan yang akan membawanya ke pelaminan, bukan hanya dijadikan kedok semata!""Kakek tenang saja, waktu yang Carla habiskan bersamaku tak akan jadi sia-sia. Lagipula bukannya aku tak mau serius sama Carla, aku hanya tak mau terburu-buru menikah. Hubungan kami juga baru dimulai secara resmi, jadi tolong beri kami waktu.""Satu bulan! Kalau satu bulan kamu masih tidak mau menikahinya, lebih baik kamu lepaskan dia. Biarkan dia bebas menentukan jodohnya sendiri. Jangan kamu tahan tanpa punya harapan akan masa depan! Baik kakek ataupun papa kamu, tidak ada yang mempermainkan wanita. Jadi jangan rusak tradisi keluarga kalau kamu hanya in

  • Istri Kontrak CEO Galak   Tumbal bos kejam

    Carla duduk tertunduk seraya meremas-remas jemari tangannya yang basah berkeringat. Di hadapannya duduk Liam dan mamanya yang sedari tadi melemparkan sorot menyelidik kepadanya. Entah pikiran macam apa yang bercokol di dalam kepala wanita paruh baya itu, setelah pengakuan konyol sepihak yang dilakukan oleh bosnya dan yang pasti Carla tahu kalau sesuatu yang sangat buruk akan menimpa dirinya setelah ini."Dia yang duluan mencium Liam. Padahal Liam sudah bilang buat nggak cium-cium di tempat sembarangan. Harusnya kamu bisa lebih menahan diri lagi, Carla. Lihatlah, gara-gara ketidaksabaran kamu, kita jadi ketahuan, kan."Jantung Carla rasanya seolah akan berhenti berdetak ketika mengingat kembali fitnah keji macam apa yang dilayangkan bosnya kepada dirinya. Mencium? Yang benar saja! Seumur hidup, bahkan Carla belum pernah berciuman, apalagi sampai nekad mencium atasannya sendiri. Itu sangat tidak masuk akal, harusnya nyonya Willona tidak mempercayai omong kosong itu, tapi sepertinya wani

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status