“Apa yang akan anda lakukan? Anda mau menyerang orang di rumahnya sendiri? Jangan begitu Pak Jefri. Aku gak mau anda melakukan itu karena mereka bisa saja melaporkan anda ke pihak berwajib. Atau justru nanti mereka jadi tau siapa pria yang akan menikahiku. Itu cuma akan membuat mereka kembali berpura-pura baik padaku dan memanfaatkan pernikahanku dengan Pak Barra demi keuntungan mereka.” Jefri tak jadi melangkah, ia tatap Olivia serius. “Tapi Pak Barra memerintahkan saya untuk langsung memberinya pelajaran kalau sampai menyakiti anda!” Protes Jefri. “Aku udah biasa mereka sakiti, walaupun kali ini agak keterlaluan karena udah secara fisik, bukan sekedar verbal saja. Tapi bukan dengan menyerang langsung yang aku mau Pak Jef. Aku ingin mereka di beri pelajaran dengan membuat mereka kehilangan apa yang udah mereka rebut dari aku!” “Nona akan melakukan apa?” Jefri menunggu perintah dari calon istri Bosnya itu. “Besok aku akan di nikahi Pak Barra. Dan selain menemukan Ibuku, aku ma
Hari yang telah di sepakati, akhirnya tiba. Tak sampai dua jam lagi, pernikahan Barra Malik Virendra, CEO Arogan yang menganggap pernikahan ini sebagai simbiosis mutualisme antara pria itu dengan Olivia, akan di laksanakan. Tanpa resepsi, akad nikah akan di langsungkan di sebuah hotel mewah yang dipilih oleh Syafira, ibu dari Barra. Olivia sudah berada di salah satu kamar hotel, di dandani oleh penata rias pengantin profesional. Ia duduk di depan cermin, telah mengenakan kebaya pengantin berwarna putih bersih dengan detail yang indah. Hijabnya di hiasi tiara kecil yang menambah kesempurnaan penampilannya. Wajahnya yang ayu semakin terlihat cantik dengan polesan sederhana di wajah itu. Namun bekas tamparan Abian semalam, yang menghiasi pipinya, di beri penutup make up agak tebal oleh sang MUA agar tersamarkan. Wajahnya yang lembut, terlihat begitu cantik di balik air mata yang di tahan sedemikian rupa agar tak jatuh. Di balik kecantikan itu, tersimpan rasa sedih yang tak mampu di
Sementara di kamar Olivia, gadis itu telah selesai di rias, dengan riasan sederhana namun cukup manis dan pas. “Ya Allah... Inikah mantuku??” Seru Syafira yang sudah masuk saja ke dalam ruangan tersebut. “Mommy...” Olivia tersenyum pada Syafira yang terkesima melihat perubahan manglingi calon istri Barra itu. “Kamu cantik sekali sayang... Mommy gak bisa berword-word lagi mengungkapkan kekaguman Mommy...” Syafira yang masih terpukau, mendekati Olivia. “Mommy bisa aja." Sanggah Olivia memaksakan senyum. Buat apa cantik jika suaminya nanti tak juga menginginkannya. Dulu, ketika menikah dengan Elgard, dirinya juga menjelma menjadi seorang ratu sehari yang mengundang takjub semua mata yang memandang. Namun tidak bagi Elgard. Pria itu justru menunjukkan ketidaksukaan padanya. Olivia telah belajar dari pernikahan pertamanya, tak ada juga gunanya tampak cantik dan menawan di depan suami, toh mereka tak akan tertarik. “Barra pasti udah gak sabar untuk melihat kamu. Dia pasti udah g
Setibanya di gedung tinggi megah - Penthouse milik Barra Malik Virendra berada... Jefri dengan penuh rasa hormat, menuntun Olivia memasuki lift di lobby, yang memiliki akses langsung menuju unit hunian sang CEO. Seolah berjalan di atas awan, mereka seperti di angkat naik oleh ruang besi tersebut menuju penthouse mewah milik Barra yang berada di lantai teratas gedung pencakar langit itu. Rasa tegang, semerbak aroma kemewahan, dan nuansa ajaib mulai memenuhi hati Olivia seiring posisi mereka semakin dekat ke surga dunia yang tak terjangkau oleh banyak orang. Barra Malik Virendra, Bos mereka yang baru beberapa jam lalu telah resmi menikahi Olivia, belum tampak tiba di penthouse-nya tersebut. Entah kemana pria itu setelah dari Hotel usai acara akad nikah tadi? Mereka memang berpisah saat keluar dari lobby Hotel dengan Olivia ikut bersama mobil Jefri dan supirnya, sedang Barra dengan mobil milik pria itu sendiri. “Nyonya, segala keperluan anda terutama pakaian, sudah di siapkan
Barra berdiri bangkit dari duduknya. Dengan sorot matanya yang tajam, pria itu berjalan mendekati Olivia yang sontak gelagapan. Takut sekali melihat wajah dingin sang Bos sekaligus suami sementaranya tersebut. Barra menghentikan langkah saat telah berdiri tepat di hadapan Olivia yang berwajah gugup. Gadis itu sedikit mendongakkan wajahnya menatap Barra yang bertubuh tinggi tegap di depannya. “Kamu tadi bilang apa Olivia?” Tanya Barra dengan suara pelan, namun tetap saja terdengar mengerikan di telinga Olivia. “Bilang yang mana satu ya?” Jawab Olivia mengingat kembali apa saja yang telah ia katakan pada Barra tadi. Barra masih diam dengan kedua tangannya di masukkan ke saku celana. Matanya tak lepas dari memandang Olivia, seperti mengintimidasi mental gadis itu. “Oh, itu. Tadi aku bilang, kita gak perlu tinggal satu rumah karena kita kan cuma nikah atas dasar saling membutuhkan dan kerjasama yang menguntungkan.” Ucap Olivia dengan polosnya, mengulang kembali maksud ucapannya
“Saya gak menginginkan nafkah batin dari anda Pak Barra! Menurut saya, kita sebaiknya bersikap profesional dengan kesepakatan kita di awal!” Tegas Olivia. Barra berpikir jika dirinya sedang berpura-pura polos tidak menginginkan sebuah nafkah batin berupa kebutuhan biologis. Bukankah seharusnya pria itu tahu jika dirinya memang tak pernah sama sekali melakukan hal tersebut selama menjadi istri Elgard. Olivia merasa heran. Sepertinya Barra masih belum ngeh jika dirinya tak pernah terjamah oleh pria. Seharusnya Barra tahu jika dirinya mau-mau saja menikah lagi sebelum tiga bulan melewati perceraiannya, apalagi jika bukan karena ia tidak menjalankan masa Iddah yang di sebabkan oleh dirinya yang tak pernah di sentuh oleh Elgard dulunya. Atau mungkin Barra memang tak tahu tentang perkara seperti itu? Sehingga berpikir wanita sama saja dengan pria, bisa langsung menikah tanpa harus melewati beberapa persyaratan setelah ditalak. Jika memang begitu, Olivia jadi gregetan sendiri. Pantas sa
“Ya, Jef?” Jawabnya menerima panggilan masuk dari Jefri, Asisten pribadinya. “Pak, ada beberapa informasi yang akan saya sampaikan. Sekarang saya sudah di depan, bolehkah saya masuk.” Ucap Jefri di seberang telepon. Barra diam sesaat, Jefri memang sudah ia peringatkan bahwa tidak boleh lagi sembarangan masuk ke dalam penthousenya tanpa meminta izin terlebih dahulu, di karenakan sudah ada Olivia yang tinggal bersamanya sekarang. “Masuklah Jef!” Ucap Barra, memperbolehkan. Tak butuh waktu lama, Jefri telah masuk ke dalam rumah. Pria itu mendatangi Barra yang kini berdiri menghadap jendela ruang tamu. “Katakan!” Tegas Barra to the point, mata tajamnya menatap lurus ke jendela, seakan menembus tebalnya kaca berukuran tinggi dan lebar itu. “Hari ini, Elgard Mario Nugroho ternyata juga melangsungkan pernikahannya dengan kekasihnya, Pak.” Ujar Jefri menginformasikan. Barra menaikkan sebelah alisnya, berita pertama dimulai dengan kabar pernikahan mantan suami Olivia. “Lanjutkan!” Titah
Pintu kamar terbuka, Olivia melangkah perlahan, keluar dari kamar sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Tak ada Barra disana. Pria itu sepertinya masih di kamarnya juga. Olivia sedikit lega. Ia kemudian meneruskan langkah, tujuannya ke arah dapur. Sembari berjalan, ia melirik pintu kamar Barra yang tertutup. ‘Pak Barra, aku pinjam dapurnya ya... Aku mau memasak.’ Ucapnya setengah berbisik. ‘Iya Olivia, silahkan pakai saja dapurnya sepuasnya...’ Ucap Olivia lagi dengan nada pelan, seolah itu suara jawaban dari Barra. ‘Ok Pak. Makasih Pak Barra yang ganteng...’ Kekeh Olivia kegelian, masih dengan suara pelan. Langkahnya mulai bersemangat, dengan baju gamisnya yang terlihat agak kebesaran di tubuhnya. Itu bukan sizenya, tapi bersyukur karena dengan ukuran yang besar itu, tubuhnya terlihat seperti tenggelam, tidak ada daya tarik sama sekali. “Kamu bilang saya ganteng?” Eh! Jantung Olivia seakan mau copot saat tiba-tiba mendengar suara pria yang ia panggil t
“Ayang sweet banget iih... Bikin aku melting.” Clarissa tanpa Jefri duga, langsung memeluk lengan pria itu dengan manja. Lagi-lagi membuat Jefri membeku. Tidak sadarkah Clarissa jika dirinya adalah pria normal yang telah lama melajang? Drrt... Drrt... Sepasang Ayang-ayangan itu terkejut mendengar getar dari ponsel Clarissa. “Eh siapa yang nelepon ya?” Clarissa melepaskan rangkulan manjanya pada lengan kokoh Jefri, langsung melihat siapa yang menelepon. “Ini Mbak di rumah. Bentar ya, Yang.” Clarissa akan menerima panggilan masuk tersebut. “Ya, Mbak?” jawab Clarissa pada si penelepon di seberang sana. Jefri mengamati. Tatapannya masih setia pada Clarissa yang sudah berkali-kali sejak tadi membuatnya terkejut, hingga speechless. Masih bingung dengan status mereka yang sudah di hak patenkan gadis itu. “Apa mbak? Mama sama Papa berantem hebat??” Clarissa kaget dengan suara dipelankan. “Ce-cerai? Kok gitu? lya iya, aku pulang sekarang.” Clarissa dengan wajah panik, segera menutup te
Keduanya mulai menyantap makanan masing-masing, sudah begitu lapar. “Gimana? Enak? Atau gak sesuai lidah kamu?” tanya Clarissa di sela makan mereka, meminta pendapat Jefri. “Ini enak. Sesuai,” jawab Jefri sembari mengunyah. “Alhamdulillah.” Clarissa lega. “Jadi, yang akan menjabat sebagai Presiden Direktur Nugroho Group yang baru adalah Elgard Mario Nugroho?” Jefri kembali ke topik tadi, memastikan kembali. “lya. Awalnya para dewan direksi mengajukan beberapa nama pilihan mereka dari kalangan mereka sendiri, karena mereka tau kalau Elgard gak mungkin dipilih Papa mengingat dia menikah dengan perempuan yang Papa benci. Tapi ternyata Papa malah langsung memutuskan Elgard yang menjadi pengganti aku, bukan orang lain. Akhirnya mereka terbungkam sendiri, gak bisa membantah. Siap-siap aja jabatan mereka satu persatu bakal dicopot Papa.” Clarissa terkekeh, terus menikmati santap makan siangnya yang sudah hampir selesai. Jefri manggut-manggut pelan, sekarang sudah jelas. “Haduh, gak en
“Nona,” panggil Jefri saat mereka sudah keluar dari pintu lobby. “Eh, ma-maaf. Aku gak sadar. Maaf ya.” Clarissa melepaskan tangan Jefri, jadi malu sendiri. “Tidak apa-apa.” Jefri tersenyum tipis. “Wuaah... Kamu senyum barusan? Manis banget, Jefri,” Clarissa terpukau-pukau. Suka melihat senyuman Jefri yang baru ini bisa ia lihat secara langsung. Jefri lagi-lagi terhenyak, kembali salah tingkah dengan pujian Clarissa. Wanita di dekatnya ini ekspresif ternyata. Berbeda dengan dirinya yang cukup calm. “Oh, iya. Sebelumnya maaf ya. Aku pengen traktir kamu, tapi untuk kali ini, aku traktir makannya di tempat biasa aja ya. Uang aku pas-pasan,” jelas Clarissa, berterus-terang di awal. Jefri terperangah. Seorang Clarissa Nugroho hanya memiliki uang pas-pasan? “Kamu gak keberatan kan kalau kita makan di tempat yang murah meriah?” Clarissa memastikan dulu. “Oh, saya tidak mempermasalahkan soal itu. Yang penting bisa makan, sudah cukup,” balas Jefri, penasaran dengan apa yang sebenarnya
Olivia tersadar. Ucapannya barusan malah membuat Barra merasa bersalah. “Eh, kok minta maaf, Mas? Aku gak bermaksud mengungkit yang buruk-buruk. Aku cuma nostalgia ke pertama kalinya kita bicara empat mata. Maaf udah bikin Mas gak enak hati,” Olivia mengusap-usap lengan Barra yang memeluk dadanya, mengecup tangan kekar suaminya itu. Barra balikkan tubuh Olivia agar menghadap langsung padanya. “Itu keputusan yang sangat Mas sesali dalam hidup. Kalau saja waktu itu Mas ajak kamu menikah bukan karena sebuah kesepakatan, mungkin masalah besar yang sempat memisahkan kita, tidak akan pernah terjadi,” Ungkapnya dengan sorot mata penuh penyesalan. “Hu'um. Dan kita mungkin aja gak akan pernah menikah sampai mau punya anak seperti sekarang,” Olivia tersenyum, melirik ke bawah pada perutnya. “Karena mustahil Mas ajak aku nikah, Mas gak kenal aku, apalagi mencintai aku. Mungkin memang seperti itu cara Allah menyatukan kita, dengan Mas mengajak aku nikah supaya gak dijodohkan sama Dokter Syah
Mobil yang membawa Olivia menuju UD Entertainment, sudah hampir tiba.Olivia tersenyum. Suaminya sejak tadi menanyakan sudah di mana posisinya. Barra cerewet sekali jika sudah menyangkut istrinya.Drrt... Drrt...Suara getar ponsel membuat Olivia cepat-cepat melihat siapa yang menelepon. Sudah pasti suaminya.Olivia terheran. Ini bukan nomor suaminya, tetapi nomor baru yang belum tersimpan di kontak telepon. ‘Siapa, ya?’ batinnya.“Assalamu'alaikum?” jawabnya, menerima panggilan masuk tersebut.“MasyaAllah, Kak Risa?” Olivia seketika excited, ternyata dari Clarissa.Jefri yang duduk di depan, di samping supir, sontak merasa penasaran saat mendengar nama perempuan yang terakhir kali bertemu dengannya satu minggu lalu. Clarissa kala itu tengah di bawah pengaruh alkohol, meninggalkan memori tak terlupakan.Malam itu, Putri Haris Nugroho tersebut mengatakan suka padanya dan mengajaknya menikah.Jantung Jefri berdebar setiap kali mengingat kejadian itu. Dan sekarang mendengar namanya saja,
“Wah, ini enak-enak semua, Nona. Eh, Nyonya maksudnya.” Bu Inun takjub dengan beberapa menu masakan yang telah Olivia siapkan untuk dibawa ke kantor Barra. “Alhamdulillah, senang banget bisa masakin suami makanan yang enak. Ni kesukaannya Mas Barra semua, Bu,” Ungkap Olivia puas. Dirinya dibantu Bu Inun menutup kotak-kotak bekal tersebut, dan memasukkannya ke dalam totebag. “Itu benar. Ada kepuasan tersendiri kalau bisa buatin makanan kesukaan suami. Pantesan aja Tuan Barra makin bucin, ya.” Bu Inun terkekeh, ia sudah tahu jika tuannya itu begitu tergila-gila pada Nyonya mudanya ini. Sedari tadi wanita paruh baya itu suka menatapi Olivia yang terlihat cantik dan modis dengan penampilannya. “Heem, suami bucinnya akuh, hee... ” Olivia menimpali, ikut nyengir. “Tapi emang banyakan gitu, Nyonya. Suami-suami yang kelihatan dingin dan arogan di depan orang lain, rata-rata bucin sama istrinya. Kalau udah sayang sama satu perempuan, biasanya mencintai secara ugal-ugalan,” Ungkap Bu In
“Pak, rapat dewan direksi akan dilangsungkan hari ini juga,” jelas sang Sekretaris. Haris melirik Asistennya yang sedari tadi mendampinginya di ruangan tersebut, “Membahas tentang video viral itu?” tanyanya setelah menarik napas dalam-dalam. “Tepatnya tentang Bu Clarissa yang sudah melakukan keributan di restaurant Emily Kitchen pekan lalu, Pak. Beberapa dewan direksi terusik dengan kelakuan Bu Clarissa yang dianggap tidak pantas sebagai seorang Presiden Direktur Nugroho Group. Mereka takut citra buruk Bu Clarissa itu membuat para investor atau relasi bisnis mundur dari kerjasama yang telah disepakati. Mereka tidak mau Pimpinan Nugroho group adalah orang bar-bar dan brutal sehingga membuat malu perusahaan. Begitu kata beberapa dari mereka yang melakukan protes,” ungkap Raisa. Haris mengepalkan tangannya. “Itu karena selama ini diantara mereka iri pada Putriku! Mereka ingin yang menjadi Presdir adalah mereka yang mustahil aku setujui. Kalau memang alasannya Clarissa bersikap bar-bar
Haris Nugroho memasuki lobi Perusahaannya dengan langkah berat. Ada juga pengacara dan asisten pribadi yang mengiringi langkahnya menuju ruang kerjanya. Biasanya, ia akan menyapa dan tersenyum ramah kepada para karyawan yang ditemui. Namun sekarang, tepatnya beberapa hari ini, wajahnya selalu dingin dan tak ada lagi senyum yang tersungging. Sorot matanya tajam dengan raut wajah menunjukkan banyaknya permasalahan dan kekecewaan yang mendalam. Karyawan yang biasa menyapa dengan sopan dan antusias, hanya bisa memberikan hormat dari kejauhan, hati-hati mengucapkan salam sembari berbisik-bisik setelah dirinya lewat. Mereka semua tahu tentang skandal yang menimpa bos mereka tersebut. Sebuah video yang memperlihatkan Haris Nugroho dilabrak putrinya karena ketahuan berselingkuh dengan Azalea Stevani di sebuah restoran mewah, telah viral dan masih menjadi topik panas selama satu minggu belakangan. Semua ini benar-benar sudah menghancurkan reputasi dan martabat seorang Haris Nugroho yang se
Azalea berjalan gontai diiringi oleh petugas sipir lapas, memasuki lorong panjang, melewati sel-sel yang sesak dan pengap. Rambutnya yang kusut dan wajahnya yang pucat, mencerminkan keputusasaan yang mendalam. Saat Pintu besi berderit tertutup, dia merasakan seolah seluruh dunia telah meninggalkannya. Di dalam sel, beberapa tahanan wanita yang sudah lebih dulu berada di sana, menatapnya dengan sinis. Bisikan dan tawa kecil terdengar, menghujam hatinya yang sudah remuk. Azalea mencoba untuk tidak menangis, namun air matanya lolos terus tanpa bisa dibendung. Setelah putusan sidang yang dijalani, dirinya dinyatakan bersalah dan akhirnya sekarang dipindahkan ke tempat mengerikan ini. Tak ada pembelaan dari pengacara handal seperti yang dijanjikan Haris Nugroho beberapa hari lalu. Haris Nugroho lepas tangan. Bahkan saat di persidangan, malah balik menyerangnya dengan mengatakan dirinya mengadu domba pria itu dengan Barra Malik Virendra. Haris juga mengaku telah dijebak olehnya yang