“Itu yang belum saya ketahui. Saya akan mencari tau. Parahnya, Azalea akan segera kembali ke Jakarta. Dia sudah berada di Bandara kota itu,” sambung Jefri geleng-geleng kepala. “Kita terkecoh. Kita pikir dengan dia ditahan, masalah akan selesai. Ternyata dia masih juga berulah. Perempuan itu benar-benar gila!” Syifa menggerutu. “Ada seseorang yang kuat berada di belakangnya!” sahut Barra, wajahnya dingin menahan kemarahan. Ada yang coba-coba cari masalah dengannya. Jefri dan Syifa sontak menatap Barra, benar juga apa yang dikatakan Bos mereka itu. Penjamin Azalea pasti bukan sembarang orang. “Cari tau siapa orang itu, Jef! Meskipun kita membuat laporan tentang masalah ini, Azalea tidak akan tersentuh karena dia dilindungi seseorang yang kuat. Kita lihat, sekuat apa orang itu setelah Barra Malik Virendra mengambil tindakan keras!” Barra mengeraskan rahang, masih berusaha kuat mengontrol emosi. “Baik, Pak. Akan saya selidiki!” Jefri menegaskan. “Dan Azalea, Pak?” Syifa masih tak p
Tak buang waktu lagi, Barra berlari menaiki anak tangga. Secepatnya menemui sang istri. Amanda mengikuti di belakang Barra. Menantunya itu benar-benar tampak kacau. la yakin Olivia tak akan percaya pada apa yang akan dijelaskan Barra nantinya, karena pria itu tak ada bukti sama sekali selain ucapan semata. Akan ia bantu Barra agar membuat Olivia tidak salah paham dan mau mempercayai suaminya sendiri. Mungkin dengan menunjukkan video asli yang ia miliki dari Amal, misalnya. Amanda belum ada menceritakan pada Putrinya maupun pada Virendra dan Syafira tentang dirinya yang memiliki bukti jika Barra memang dijebak Azalea, mengingat Olivia baru saja sadar dari pingsannya. Sebenarnya, Amanda pun tak ada keinginan untuk mengatakan jika ia memiliki rekaman video kejadian sebenarnya, karena hanya akan membuat semua orang kaget mengetahui jika dirinya sudah mengikuti dan memantau kegiatan Barra selama di desa itu. Ini hanya akan menunjukkan jika dirinya masih belum sepenuhnya mempercayai men
Pukul 21.OO wib Elgard masuk ke dalam ruang kerja Haris Nugroho dengan senyum sumringah. “Pa...” serunya begitu senang. Dengan tergesa-gesa, Putra satu-satunya Haris itu mendekati sang Ayah yang sedang duduk di kursi kerjanya. Haris membuka kacamata, menatap Elgard yang langsung mengambil duduk di depannya. la ikut berseri, sudah tahu jika putranya itu sedang berbahagia. “Papa keren! Bagaimana bisa Papa punya ide menyebar video berdurasi enam detik. Kayak video-video syur artis yang tersebar beberapa detik aja, tapi ini lebih membuat penasaran karena nanggung, hahaha...” Elgard tertawa lepas, senangnya ia dengan keberhasilan rencana B sang Ayah. “ltu ide Azalea. Dia meminta pendapat Papa untuk melakukan ide briliannya ini. Papa langsung setuju dan malam ini juga video itu diunggah ke media sosial. Heboh semua orang, bukan?” Haris ikut tertawa. Rencana kali ini memang berhasil sesuai dengan harapannya. “Ya, Pa. Semua orang heboh sekarang. Barra Malik Virendra ketahuan beneran ber
Olivia menyiapkan baju tidur Barra di atas tempat tidur. Suaminya masih di kamar mandi, membersihkan badan setelah pulang dari luar kota tadi. Tak berselang lama, Barra pun keluar dari kamar mandi dengan jubah handuknya. Tubuh pria itu terasa segar, pikirannya tenang dan ringan. Perasaannya begitu bahagia, juga lega setelah mendapatkan dukungan dari seluruh keluarga besarnya, terutama Olivia sang istri. Olivia yang sudah mengenakan sleepdress satin dengan tali halus menggantung di bahu mulusnya, melihat Barra yang juga terkesima menatapnya. Tampak jelas sorot mata penuh damba dan kerinduan dari tatapan pria itu, Olivianya cantik sekali malam ini. Saat Olivia mempercayai dirinya atas apa yang terjadi, rasa cinta dan kagumnya pada wanita itu semakin membahana. Semakin cinta, semakin tampak cantik dan mengg-airahkan pula istrinya itu di matanya. Tak membuang waktu, Barra berjalan mendekati tempat tidur, pada Olivia yang tersenyum lembut, tengah berdiri di sana. “Ini piyaman
Mobil hitam Alphard tiba di depan rumah.Pria dengan setelan jas kerja yang pas di tubuh tinggi tegapnya, turun dari mobil dengan sorot mata penuh amarah. Berjalan dengan langkah cepat memasuki rumah.Olivia berada di ruang tengah, dapat ia dengar suara pintu terbuka. Tanpa ada ketukan terlebih dahulu. Siapa lagi jika bukan Elgard, suaminya. Hanya mereka berdua yang bisa masuk ke dalam rumah karena sistem keamanan pintu menggunakan sistem pengenalan bentuk wajah.Olivia dengan sikap tenang, berjalan menuju ruang tamu. Akan menemui suaminya yang tiba-tiba pulang ke rumah.Ya.. pria itu biasanya hanya datang sesekali, itupun tak pernah mau melihatnya yang selalu berusaha menyambut dengan senyum cerah. Berharap Elgard mau menetap di rumah yang ia tempati kini setelah resmi menjadi istri dari putra keluarga Nugroho tersebut.Elgard menghentikan langkah saat melihat Olivia telah berdiri di ruang tamu.Wanita itu menatap Elgard dengan raut wajah datar, tak berekspresi. Sudah tahu apa yang
~ CS Bridal Boutique ~ " Mbak Chelsea, ada mas Elgard di luar. Pengen bertemu mbak katanya..." Ucap seorang karyawati butik pada owner tempat ia bekerja. Chelsea membuang napas kasar, jengah. " Bilang saja saya gak ada, Elena!" Jawab Chelsea kembali meneruskan pekerjaannya, mendesain sebuah gaun pengantin. " Elena sudah bilang mbak, tapi mas Elgard nya gak percaya. Dia keukeuh nungguin mbak di depan. Penting katanya." Jelas Elena bingung. Chelsea mendecak, ia merasa tak ingin lagi bertemu Elgard. Apalagi setelah Olivia, istri pria itu mendatanginya dengan maksud melarang agar tidak lagi berhubungan dengan Elgard. Drrt.. Drrt.. Ponsel bergetar lagi. Sejak tadi selalu di hubungi oleh nomor Elgard, namun tak sekalipun ia angkat. Chelsea menggeser tombol merah, tanda tak ingin menerima panggilan telepon Elgard. Elena hanya bisa mengelus dada. Majikannya sedang bertengkar dengan kekasih yang merupakan suami orang. Wajar hubungan mereka tidak pernah berjalan lancar. Me
Chelsea tak kalah terkejut. Bagaimana bisa Elgard kehilangan haknya sebagai putra tunggal Nugroho hanya kedapatan masih berhubungan dengannya? " Pa, tunggu pa. Ini gak adil buat aku! Bagaimana bisa papa melakukan itu, aku ini anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga kita. Aku yang paling berhak menjadi penerus papa..." Protes Elgard mendekati posisi berdiri Haris di depan pintu yang menatapnya nyalang dan geram. " Tidak peduli kamu putra tunggalku! Karena kamu sudah merusak kepercayaanku, maka aku pun tidak segan-segan melakukan apa yang aku katakan di awal yaitu kamu tidak akan mendapatkan apa-apa kalau kamu masih berhubungan dengan perempuan itu!!" Bentak Haris. Tak buang waktu, ayah Elgard itu keluar dari kamar tersebut di ikuti para bodyguardnya. Tak sudi berlama-lama melihat pemandangan yang mengotori mata dan memalukan yang putranya perbuat. " Pa, tunggu pa.." Elgard yang baru selesai memasang resleting celananya dengan bertelanjang dada, berlari mengejar Haris yang me
~ Pukul 23.00 wib ~ ' Jadi dia sering tidur dengan wanita itu? ' Olivia tersenyum sinis dengan hati yang geram. Sebuah pesan masuk di ponsel yang ia pegang, menginformasikan apa yang terjadi hari ini dari seorang informan bayaran yang ia tugaskan untuk mencari tahu apa saja yang di lakukan Elgard di luar sana. Olivia menatap tajam layar ponsel yang menampilkan rekaman video Elgard sedang berpelukan dengan Chelsea di butik wanita itu. Pria itu masuk ke dalam butik di gandeng Chelsea dengan mesra dan tak keluar dari tempat itu hingga sore tadi. Sudah jelas apa saja yang mereka lakukan selama ini. Tak ada batasan. Wajahnya merah padam oleh amarah yang memuncak.' Aku benar-benar tak bisa mentolerir lagi apa yang kamu perbuat, Elgard! ' ujarnya dengan suara parau, seraya mengepalkan kedua telapak tangan hingga mengeluarkan suara berdecit. ' Kamu kira apa pernikahan ini? Sandiwara? Aku sudah berusaha mempertahankan rumah tangga kita, tapi kamu malah semakin keterlaluan! ' napasnya te
Olivia menyiapkan baju tidur Barra di atas tempat tidur. Suaminya masih di kamar mandi, membersihkan badan setelah pulang dari luar kota tadi. Tak berselang lama, Barra pun keluar dari kamar mandi dengan jubah handuknya. Tubuh pria itu terasa segar, pikirannya tenang dan ringan. Perasaannya begitu bahagia, juga lega setelah mendapatkan dukungan dari seluruh keluarga besarnya, terutama Olivia sang istri. Olivia yang sudah mengenakan sleepdress satin dengan tali halus menggantung di bahu mulusnya, melihat Barra yang juga terkesima menatapnya. Tampak jelas sorot mata penuh damba dan kerinduan dari tatapan pria itu, Olivianya cantik sekali malam ini. Saat Olivia mempercayai dirinya atas apa yang terjadi, rasa cinta dan kagumnya pada wanita itu semakin membahana. Semakin cinta, semakin tampak cantik dan mengg-airahkan pula istrinya itu di matanya. Tak membuang waktu, Barra berjalan mendekati tempat tidur, pada Olivia yang tersenyum lembut, tengah berdiri di sana. “Ini piyaman
Pukul 21.OO wib Elgard masuk ke dalam ruang kerja Haris Nugroho dengan senyum sumringah. “Pa...” serunya begitu senang. Dengan tergesa-gesa, Putra satu-satunya Haris itu mendekati sang Ayah yang sedang duduk di kursi kerjanya. Haris membuka kacamata, menatap Elgard yang langsung mengambil duduk di depannya. la ikut berseri, sudah tahu jika putranya itu sedang berbahagia. “Papa keren! Bagaimana bisa Papa punya ide menyebar video berdurasi enam detik. Kayak video-video syur artis yang tersebar beberapa detik aja, tapi ini lebih membuat penasaran karena nanggung, hahaha...” Elgard tertawa lepas, senangnya ia dengan keberhasilan rencana B sang Ayah. “ltu ide Azalea. Dia meminta pendapat Papa untuk melakukan ide briliannya ini. Papa langsung setuju dan malam ini juga video itu diunggah ke media sosial. Heboh semua orang, bukan?” Haris ikut tertawa. Rencana kali ini memang berhasil sesuai dengan harapannya. “Ya, Pa. Semua orang heboh sekarang. Barra Malik Virendra ketahuan beneran ber
Tak buang waktu lagi, Barra berlari menaiki anak tangga. Secepatnya menemui sang istri. Amanda mengikuti di belakang Barra. Menantunya itu benar-benar tampak kacau. la yakin Olivia tak akan percaya pada apa yang akan dijelaskan Barra nantinya, karena pria itu tak ada bukti sama sekali selain ucapan semata. Akan ia bantu Barra agar membuat Olivia tidak salah paham dan mau mempercayai suaminya sendiri. Mungkin dengan menunjukkan video asli yang ia miliki dari Amal, misalnya. Amanda belum ada menceritakan pada Putrinya maupun pada Virendra dan Syafira tentang dirinya yang memiliki bukti jika Barra memang dijebak Azalea, mengingat Olivia baru saja sadar dari pingsannya. Sebenarnya, Amanda pun tak ada keinginan untuk mengatakan jika ia memiliki rekaman video kejadian sebenarnya, karena hanya akan membuat semua orang kaget mengetahui jika dirinya sudah mengikuti dan memantau kegiatan Barra selama di desa itu. Ini hanya akan menunjukkan jika dirinya masih belum sepenuhnya mempercayai men
“Itu yang belum saya ketahui. Saya akan mencari tau. Parahnya, Azalea akan segera kembali ke Jakarta. Dia sudah berada di Bandara kota itu,” sambung Jefri geleng-geleng kepala. “Kita terkecoh. Kita pikir dengan dia ditahan, masalah akan selesai. Ternyata dia masih juga berulah. Perempuan itu benar-benar gila!” Syifa menggerutu. “Ada seseorang yang kuat berada di belakangnya!” sahut Barra, wajahnya dingin menahan kemarahan. Ada yang coba-coba cari masalah dengannya. Jefri dan Syifa sontak menatap Barra, benar juga apa yang dikatakan Bos mereka itu. Penjamin Azalea pasti bukan sembarang orang. “Cari tau siapa orang itu, Jef! Meskipun kita membuat laporan tentang masalah ini, Azalea tidak akan tersentuh karena dia dilindungi seseorang yang kuat. Kita lihat, sekuat apa orang itu setelah Barra Malik Virendra mengambil tindakan keras!” Barra mengeraskan rahang, masih berusaha kuat mengontrol emosi. “Baik, Pak. Akan saya selidiki!” Jefri menegaskan. “Dan Azalea, Pak?” Syifa masih tak p
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Langkah Barra yang cepat, seketika terhenti saat melihat kerumunan awak media sudah menunggu di pintu keluar Bandara. Dengan raut wajah terkejut, ia mengerutkan kening, keheranan dengan hadirnya para wartawan di sana. “Ada apa ini?” gumamnya dalam hati, perasaannya tak enak. Sementara Jefri dan petugas keamanan bergegas mendekat, langsung siaga memberikan penjagaan ketat pada Barra agar para media tersebut tetap menjaga jarak. Flash kamera yang diarahkan pada CEO UD Entertainment itu, begitu menyilaukan. Awak media berusaha mendekati posisi Barra dengan pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan tanpa jeda. “Bagaimana komentar Anda tentang video mesra anda yang beredar barusan, Pak Barra?” teriak salah satu wartawan, membuat Barra terlonjak kaget. Video mesra dirinya? Apa maksudnya? Jefri segera melangkah ke depan, mencoba menghalangi wartawan yang terus mendesak. Sementara Syifa yang berjalan di samping Barra, mencari informasi di ponselnya
“Alhamdulillah. Selagi kamu percaya sama suami kamu, sebesar dan sebanyak apapun cobaan, cinta kalian berdua akan tetap kuat. Teruslah seperti ini ya, Nak...” Syafira bangga pada sang Menantu. “InsyaaAIIah. Sekarang Mas Barra gimana, Mom?” “Seharusnya jadwal penerbangannya ke Jakarta pukul tujuh malam nanti. Tapi karena masalah ini, dia mempercepat kepulangan ke sini. Setelah Azalea dibawa ke kantor polisi tadi, Barra dan Jefri langsung ke Bandara. Gak perlu berlama-lama di tempat itu, daripada muncul masalah baru nanti. Mungkin jam sembilan malam, dia udah tiba di Jakarta,” Jelas Syafira, seketika membuat Olivia senang. “Kamu udah rindu Mas Barra, hem?” Syafira menggoda Olivia. Olivia mesem-mesem, lalu mengangguk malu-malu. “Aah... Manis sekali kalian ini. Barra juga tadi ditelepon nanyain kamu terus. Dia gak sabar mau bersama istrinya lagi, rindu berat dia. Dasar si Bucin!” Syafira geleng-geleng kepala. Sementara di depan pintu, Amanda dan Virendra mendengar percakapan antara
“Aku gak akan membuang waktu Om dengan percuma. Justru aku pengen ngasi tau Om sesuatu yang pasti bisa bikin Om senang,” Jelas Azalea. [Jangan bertele-tele!] “Ok, aku langsung masuk ke intinya. Jadi sebenarnya waktu Barra sedang mandi, aku udah aktifin kamera handphoneku di tempat yang gak diketahui Barra, tujuannya untuk merekam kebersamaan kami di sana. Seperti yang Om suruh, aku harus bisa membuat Barra bertekuk lutut sama aku dan kami akhirnya menghabiskan waktu berdua di kamar itu. Tadinya aku pikir aku pasti berhasil membuat Barra meniduri aku dan aku bisa hamil setelah kejadian itu. Dan rekaman hubungan intim kami bisa aku jadikan alat untuk mendesak Barra supaya bertanggung jawab atas kehamilan aku nanti. Tapi sayang, semua rencana gagal!” ujar Azalea. [Lalu kamu cerita kegagalan kamu itu untuk apa? Mau menunjukkan betapa tidak bergunanya kamu?] “Sebentar, Om. Jangan marah-marah terus, aku belum selesai,” Azalea mendengus kesal. Sakit hati akan ucapan Haris yang mengatakan
Vincent membukakan pintu mobil bagian belakang saat mobil telah diparkirkan di area pekarangan rumah. Tampak Amanda turun dari sana. la kemudian berjalan menghampiri Virendra dan Syafira yang berdiri di halaman sembari menatap padanya. “Amanda...” lirih Syafira, cukup terkejut mengetahui ternyata besannyalah tamu yang datang berkunjung. Seharusnya ini adalah sesuatu yang menggembirakan. Tetapi karena adanya permasalahan yang menimpa sang Putra, dirinya jadi was-was dengan kedatangan besannya tersebut. Sama halnya dengan Virendra. Perasaan pria itu seketika tak tenang, khawatir Amanda datang untuk membawa Olivia pergi karena percaya pada pemberitaan yang beredar di media sosial. Tak akan ia biarkan jika hal itu sampai terjadi. Syafira menyambut dengan ramah kedatangan Amanda, bersikap seolah semua baik-baik saja. “Manda... Selamat datang,” sapanya dengan membuka kedua tangan untuk memeluk Amanda. “Syafira, Rendra, aku udah janji mau berkunjung sore ini, kan?” Amanda tersenyum tip
“Elgard kan udah bilang sama Papa, Azalea itu gak akan bisa membantu kita,” Elgard menyayangkan Azalea yang terciduk telah menjebak Barra. “Papa gak menyangka aja kalau Barra Malik Virendra bisa menolak Azalea. Dia sudah berpenampilan menggoda, malah gak memakai apa-apa di depan Barra waktu mereka cuma berdua aja di kamar itu. Seharusnya sebagai laki-laki yang normal, Barra akan tergoda,” Haris masih terheran-heran. “Benarkah? Kuat juga imannya,” Elgard ikut tercengang. Ternyata tidak ada istilah cinta lama bersemi kembali bagi seorang Barra untuk Azalea. “Barusan Iagi, si Azalea nangis-nangis mengatakan kalau dia dibawa ke kantor polisi. Dia minta tolong supaya Papa cepat-cepat membebaskan dia dari sana,” ujar Haris cukup frustasi. “Kenapa dia bisa di kantor polisi? Barra melaporkannya?” Elgard terkejut. “Siapa Iagi kalau bukan Barra!” Haris menggerutu. “Dia tega, Pa? Azalea kan mantan istrinya?” “Itu yang bikin Papa semakin gak menyangka. Barra itu udah gak pake hati Iagi sam