“Cieee, yang mau jadi dokter.” Arkana menggoda istrinya.Pria itu baru saja memarkirkan mobilnya di pelataran kampus.Hari ini adalah hari pertama Zara masuk kuliah setelah selama satu minggu melakukan masa orientasi dan pengenalan sebagai mahasiswa baru.“Apaan sih,” balas Zara risih. Tangannya sibuk merapihkan rambut sambil menatap kaca yang terdapat di sun vissor.Kesal karena Zara lebih mementingkan penampilan dari pada menghiraukannya, Arkana mengangkat tangan lalu mengacak-ngacak rambut Zara membuat leopard betina itu berang.“Kak Aaarr,” teriak Zara seraya memukul lengan suaminya.Arkana terkekeh, menghindari dan menahan pukulan Zara dengan lengannya.“Ngapain sih cantik-cantik? Kamu mau kuliah bukan mau open BO!” protes Arkana berseloroh.“Ya masa penampilan aku harus asal-asalan? Aku tuh menantu Gunadhya ... entar malah malu-maluin Kak Ar ... Kak Ar mau disangka nikah sama orang gila? Liat nih, rambut aku berantakan gini!” Zara berseru kesal sambil menunjuk rambutnya yang tid
Arkana tidak bisa menunggu besok, malam ini juga ia harus segera melakukan perjalanan udara menuju Negara yang paling dekat dengan Jepang menggunakan paspor palsu.Sesampainya di sana ia akan melanjutkan perjalanan melalui jalur laut dengan menumpang kapal kargo.Tidak ada satu pun yang mengetahui kepergiannya ke sana.Dan saat ini, pesawat jetnya sudah menunggu di Bandara akan segera mengudara tujuan Papua tanpa penumpang hanya untuk membuat alibi Arkana.Arkana mengembuskan napas kasar, beberapa menit lamanya ia mematung di sisi ranjang memandangi Zara yang tengah terlelap.Terlintas bayangan bilamana ia tidak kembali tapi ia harus kembali demi keselamatan Zara. Kepergiannya ke Jepang memang gegabah, mungkin betul kata dua sahabatnya jika ia hanya mengantar nyawa.Tapi Arkana harus melakukannya, memberi contoh kepada organisasi, kelompok atau ghenk yang lain agar tidak mengganggu ketenangannya apalagi menyanggupi kerjasama dengan Jhon atau Jordi untuk mencelakakan baik dirinya maup
“Jam berapa Kak Ar pergi tadi malem?” “Ko enggak bangunin aku?” “Kok ngedadak?” “Pulang dari kantornya jam berapa?” “Kenapa sih dia enggak bangunin aku? Papua itu ‘kan jauh, Paman ... trus kapan dia akan pulang? Aku enggak bisa hubungin dia.” Pertanyaan itu Zara lontarkan tanpa jeda kepada Neil.“Saya pikir tuan sudah pamit kepada Nyonya,” sahut Neil dan sama sekali tidak menjawab pertanyaan Zara. Zara mengembuskan napas, melepaskan sendok dan beralih pada alat komunikasi canggih pemberian sang suami yang berada di meja makan.Jempolnya bergerak cepat membuka ruang pesan dengan Arkana dan membaca pesan dari pria itu kembali yang dikirim pukul tiga dini hari. Zara tidak tau Arkana berada di mana ketika mengirim pesan tersebut.Arkana : Sayang, perusahaan Infinity Corp yang berada di Papua mengalami masalah dan aku harus menyelesaikannya. Katakan pada seluruh keluarga kalau aku pergi ke sana menemui klien baru untuk perusahaan AG Group, mereka jangan sampai tau kalau aku sedang
Rencana Arkana berhasil, ia mampu menerobos masuk markas musuh seorang diri dengan hanya perlindungan dari Roger yang menggunakan senapan runduk dari rooftop gedung sebelah.Kebetulan orang-orang penting dalam organisasi itu sedang melakukan pertemuan di sebuah ruang meeting dan kedatangan Arkana yang tiba-tiba itu membuat semua orang panik tanpa memiliki persiapan.Sebelumnya Arkana telah memblokir gudang senjata mereka sehingga hanya berbekal senjata yang ada melakukan perlawanan kepada ArkanaBanyak nyawa yang Arkana renggut tidak peduli pria atau wanita, setiap orang yang menghalanginya akan ia libas.Ia sempat terkepung tapi pintarnya Arkana, akan membawa musuhnya ke sisi dinding jendela hingga memudahkan Roger membidik mereka.Bak dalam film Jhon Wick, Arkana berperan sebagai Keanu Reeves.Tidak ada satupun pelurunya yang meleset, baik itu hanya melumpuhkan atau membuat nyawa musuhnya melayang dengan mengenai kepala atau jantung.Tergantung bagaimana cara orang itu menatap matan
Perawat yang dibawa Bianco dari negaranya tidak mampu mengobati luka Arka di bagian dalam karena selain peralatan mereka tidak memadai juga mereka harus melakukan operasi besar untuk menyelamatkan Arkana.Dengan kemampuan dan peralatan juga obat-obatan seadanya mereka hanya bisa membantu Arkana bertahan hidup hingga beberapa jam ke depan.Roger sudah menghubungi Darius untuk menyiapkan segala sesuatunya di Indonesia.Ia tidak beranjak sedikitpun dari samping Arkana, matanya tertuju pada sang tuan muda ketika dua orang perawat sedang menangani Arkana.Hingga selesai pun, Roger tetap setia di samping Arkana.“Bagaimana keadaan anak itu?” tanya Bianco kepada Ricardo yang sedari tadi bolak balik mengecek keadaan Arkana atas perintahnya.Ricardo menggelengkan kepala lemah dengan raut putus asa. “Hanya Tuhan yang bisa menolongnya.” Luka yang di alami Arkana sangat parah, ada satu peluru yang mengenai organ vital sedangkan rompi anti peluru hanya dapat menghalau proyektil tapi tetap saja ha
“Tuan Bianco!” Maya berseru dengan mata membulat sempurna saat menemukan Bianco di depan teras rumahnya.Tadi Maya bangun untuk mengambil air minum dan ketika melewati ruang tamu, ia melihat sekelabat bayangan dari luar.Penasaran, Maya mencoba mencari tau tapi ia malah mendapati pria tampan itu tampak lesu dengan hidung merah dan mata sayu.“Maya,” panggil Bianco dengan suara serak.“Tuan baik-baik saja?” Maya bertanya, raut wajah cantik itu penuh dengan kekhawatiran.Sudah lama rasanya tidak ada yang mengkhawatirkan Bianco selain Grace dan Ricardo.“Maya ... aku sakit,” kata Bianco setengah merengek.Pria itu dengan lancang melangkah masuk, menabrak tubuh Maya lantas memeluk Maya, menyandarkan pipinya di pundak wanita itu.Jantung Maya berdebar kencang merasakan hembusan napas panas Bianco di lehernya, susah payah ia menutup pintu kemudian memapah Bianco menuju kamar tamu yang tidak jauh dari sana.Perlahan Maya membaringkan Bianco di atas ranjang, membuka jaket tebalnya yang kemudi
Gita berdiri di depan ranjang Arkana, berlama-lama menatap pria yang biasanya terlihat gagah dan penuh kharisma tapi saat ini tergolek lemah di atas ranjang dengan bantuan mesin penunjang kehidupan di kanan dan kirinya.Berkali-kali Gita mengembuskan napas berat, bingung bagaimana harus bertindak pasalnya sore ini akan diadakan rapat dengan AG Group pusat di mana Arkana harus memberikan laporan pertanggung jawaban sebuah proyek besarnya.Arkana sudah menyelesaikan laporan tersebut tapi pria itu tidak akan bisa mempresentasikannya di depan pimpinan tertinggi AG Group.Info yang Gita terima dari Darius dan Raditya tadi belum berhasil Gita cerna dengan baik meskipun ia pernah mengalami baku tembak dengan Arkana dan yang lainnya tapi Gita tidak bisa membayangkan bosnya pergi ke Jepang melawan banyak orang sendirian.Sedangkan Gita mengetahui kemampuan para tentara yang menyerangnya beberapa bulan lalu.Apakah bosnya itu sudah hilang akal karena terlalu stress memimpin dua perusahaan seka
Maya mengangkat dagunya sedikit saat menyadari sosok seorang pria masuk ke ruang makan.“Selamat pagi, Tuan ...,” sapa Maya yang sedang menata menu sarapan pagi di atas meja.Bianco tampak terlihat segar setelah membersihkan tubuhnya pagi ini.Sengaja Maya meminjam pakaian mendiang suaminya karena pakaian Bianco basah oleh keringat setelah mengkonsumsi obat penurun demam.Dan kemeja itu sangat pas membalut tubuh Bianco membuat Maya teringat suaminya.“Apa anda sudah baikan?” tanyanya kemudian disertai senyum manis menutupi kegetiran yang menyelinap ke dalam hati.Bianco merasa dirinya seperti memiliki seorang istri. Mungkin ini yang dimaksud Zachery-papih dari King yang mengatakan bila hidup berumah tangga itu menyenangkan.Bagaimana tidak menyenangkan, Bianco di sapa oleh sebuah senyum semanis madu dan sehangat mentari yang bersinar pagi ini.“Pagi,” sahut Bianco yang tidak kalah manis senyumnya.“Aku sudah lebih baik, terimakasih sudah bertanya,” sambung pria itu berdiri di depan me