Setelah dilihat-lihat, sepertinya benar apa kata ayahnya Lisa.“Nggak, kok! Aku juga suka hadiah pemberianmu!” Yuna tahu Lisa sedang bercanda. Dia berkata dengan tersenyum, “Ayo, duduk! Kalian mau minum apa? Kopi atau jus?” Kemudian, dia menatap Arles dan berkata, “Oh ya, Arles, kamu punya alergi. Kalau kamu ada pantangan, kamu beri tahu aku, ya, biar aku beri tahu pembantu.”“Terima kasih,” balas si kecil dengan sopan.“Kenapa kamu bawa Arles ke sini?” Yuna sungguh terkejut. “Apa daya? Papanya lagi sibuk. Jadi, aku terpaksa jadi suster satu hari.” Lisa menghela napas, siapa suruh hubungan mereka tergolong bagus. Sejak kejadian di Prancis waktu itu, Lisa sungguh kasihan dengan anak ini. Terkadang, Lisa akan meluangkan waktu untuk menelepon Shane. Hubungan mereka semakin dekat saja. Jadi terkadang, Shane meminta bantuannya untuk menjaga Arles.Tentu saja, Shane membalas Lisa dengan menggunakan relasi dan sumbernya. Dia adalah seorang pebisnis, dia tentu tahu harus melakukan transaksi
“Seru sekali!” Lisa juga semakin tertarik.Menyadari satu tangan besar dan satu tangan kecil sedang dijulurkan ke perutnya, Yuna merasa semakin canggung lagi. Dia tidak tahu apakah dia seharusnya mengelak atau tidak.Saat ini, tiba-tiba ponsel Yuna berdering. Kebetulan dia bisa menggunakan alasan ini. “Aku pergi angkat telepon dulu.”Tidak berhasil mengelus perut Yuna, Lisa dan Arles sungguh merasa kecewa.Panggilan itu adalah panggilan dari Brandon. Dia hanya sedang memperhatikan kondisi Yuna, dia berpesan agar Yuna menjaga dirinya dan jangan kecapekan. Setelah itu, Brandon bertanya, “Apa kamu lagi kedatangan tamu?”Semenjak mengetahui kabar kehamilan Yuna, Brandon sudah meningkatkan seluruh pengamanan di rumah. Jadi, wajar kalau Brandon bisa mengetahui ada tamu sedang berkunjung ke rumah.“Emm, Lisa datang bawa banyak hadiah buat kita.” Yuna melirik ke sisi Lisa, tampak Lisa sedang makan buah-buahan dengan santainya. Sementara, anak kecil di sampingnya malah terlihat sangat kaku. Dia
Steve terdiam oleh aura dingin Monica. Hanya saja, dia kepikiran lagi dengan sosok penurut Monica sebelumnya. Dia pun berkata, “Oke, oke, oke, aku tahu kamu nggak bermaksud lain. Kamu juga bukan wanita sembarangan. Tapi sekarang, apa kita seharusnya mengenal satu sama lain? Coba kamu lihat, kita sudah akan menikah. Setelah resepsi nanti, kita akan menjadi pasangan suami istri. Pada waktu itu, hal yang seharusnya dilakukan suami istri ….”Steve berbicara sambil berjalan ke hadapan Monica. Dia membuka lebar kedua lengan hendak memeluk Monica ….Hanya saja, belum sempat Steve menyentuhnya, Monica malah menahan dada Steve dengan kakinya.Monica melipatkan kedua tangan di depan dadanya sambil menatap Steve dengan dingin. “Steve, aku ingatkan untuk yang terakhir kali. Kalau kamu berani mendekat lagi dan melakukan hal di luar batas, aku akan tendang kamu!”“Monica, kamu lagi ngapain? Bukannya sebelumnya kita baik-baik saja? Bukannya kamu suka dicium sama aku. Kamu ….”“Tutup mulutmu!” Monica
Amara sedang makan camilan di lantai bawah. Melihat sosok putranya yang muram itu, dia bisa menebak jika Monica menolaknya lagi. Dia menengok ke arah tangga, lalu berkata dengan suara kecil, “Monica sudah di kamarnya?”“Emm.”“Dia tidak tidur bersamamu?”“Emm. Emm?” Tiba-tiba Steve mengangkat kepalanya melihat ibunya dengan mengerutkan kening. “Ma, kamu lagi mentertawakanku, ya!”“Dasar anak bodoh! Mana mungkin Mama mentertawakan anak sendiri. Aku lagi pikir cara untuk membantumu,” balas Amara dengan perlahan, lalu menyantap kue nastar. “Sebelumnya kamu bilang kamu sudah berhasil mendapatkan Nona Monica. Aku kira kamu sehebat itu. Bukankah kamu sering main ke klub dan pernah main sama banyak wanita? Kenapa kamu tidak mengeluarkan kemampuanmu?”“Kalau kamu seperti ini, bagaimana kamu bisa mengelola perusahaan setelah kamu mendapatkan Perusahaan Setiawan?” Amara menghela napas tidak berdaya. Dia sungguh sakit kepala ketika memikirkan putranya ini.Sejujurnya, dari semua anaknya, Amara pa
Setelah berhubungan selama beberapa hari ini, Steve merasa temperamen nona besar ini terlalu aneh. Terkadang Monica bersikap sangat dingin, terkadang dia malah bersikap ramah. Jika begini terus, sepertinya Steve akan kehilangan kewarasannya.Tentu saja Amara tahu siapa wanita yang dimaksud putranya. Dia pun tersenyum, lalu membalas, “Wanita memang seperti itu. Memangnya kamu baru tahu hari ini?”“Tapi dia terlalu moody bagai dua orang yang berbeda saja!”“Mungkin dia memang bukan orang biasa. Sebelumnya aku mendengar temperamen Nona Monica memang agak aneh. Sekarang akhirnya aku merasakannya. Jujur saja, kalau bukan karena latar belakang Keluarga Yukardi bisa membantu kita, Mama juga tidak akan setuju dengan pernikahan kalian. Akulah yang dirugikan punya menantu seperti dia!” Amara menggeleng sambil menepuk-nepuk tangannya untuk menyingkirkan serpihan biskuit di tangannya.Setelah terdiam sejenak, Amara kembali melanjutkan, “Tapi kamu juga jangan terlalu panik. Setidaknya dia sudah ber
Monica membalikkan badannya kembali memasuki kamar. Kemudian, dia mengambil ponsel untuk mengirim pesan kepada Steve.[ Jam sembilan malam nanti, kamu ke kamarku sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. ]Saat ini, Steve sedang minum alkohol dengan bosannya. Ketika menerima pesan itu, dia mengira dirinya sedang berhalusinasi. Steve mengucek matanya, lalu melompat dengan kegirangan!Sesuai dugaannya! Ternyata wanita memang suka lain di mulut, lain di hati. Padahal tadi Monica baru memperingati Steve untuk jangan mendekatinya, tidak boleh ke kamarnya. Sekarang Monica malah tidak bisa menahannya lagi!Kenapa Monica memilih waktu jam sembilan malam? Kenapa bukan sekarang saja? Ada hal apa yang tidak bisa dikatakan sekarang? Ada hal apa yang tidak bisa dikatakan di ruang tamu? Kenapa mesti berbicara di kamarnya? Jelas-jelas semua ini adalah kode untuk Steve. Jika Steve tidak mengerti, sepertinya sia-sia dia sudah gonta-ganti pacar selama ini.Rasa girang seketika tumbuh di hati St
“Maaf, aku datangnya terlambat.” Terdengar suara Brandon dari belakang. Dia berjalan kemari dengan cepat. Kemudian, dia membungkukkan tubuhnya, memegang kedua pundak Yuna, baru mengecup kening Yuna.“Astaga! Menebar kemesraan di tempat umum!” Lisa berlagak menutupi matanya.“Sepertinya aku sudah kenyang, tidak usah makan lagi,” timpal Shane dengan tersenyum. Dia datang bersama Shane. Shane melihat putranya. “Hari ini kamu patuh tidak?”“Emm.” Arles mengangguk dengan perlahan. Sosoknya memang kelihatan sangat dewasa.Shane tersenyum puas. Dia duduk di samping putranya, lalu menyapa Yuna, “Nona Yuna, sudah lama tidak berjumpa.”“Iya, sudah cukup lama. Aku juga sudah lama nggak ketemu sama Arles. Aku sungguh gembira kalian bisa datang,” ucap Yuna dengan tersenyum, “Kalian datang bersama?” “Iya, kali ini aku datang untuk membahas masalah kerja sama, sekalian ada sedikit urusan mencari Tuan Brandon ….” Belum sempat Shane menyelesaikan omongannya, terdengar suara berdeham Brandon. Dia mera
Melihat waktu di jam tangan, sekarang sudah tepat jam sembilan malam. Steve langsung mengetuk pintu kamar.Steve menarik-narik kerah pakaiannya mencoba untuk merapikan pakaiannya. Demi kencan malam ini, Steve juga sudah berdandan. Hanya saja, saat dia mengenakan dasi, Clara yang melewatinya meliriknya sekilas, lalu berkata, “Sudah semalam ini, kamu masih mau makan di luar lagi? Kenapa kamu berpakaian dengan begitu rapi?”Ucapan Clara sudah mengingatkan Steve. Iya, Steve juga bukan pergi menghadiri pesta malam. Dia hanya pergi berkencan, apalagi kencannya di rumah sendiri.Di malam yang begitu gelap, seorang lelaki dan seorang perempuan janjian untuk berkencan di sebuah kamar. Berhubung Monica buka suara, wajar kalau Steve kepikiran kira-kira apa yang akan terjadi dalam keadaan seperti ini. Setelah dipikir-pikir, Steve melepaskan dasi, lalu melepaskan jas yang dipilihnya dengan susah payah. Dia menggulung lengan kemeja ke atas. Sambil becermin, Steve melepaskan dua kancing di kerahnya,
Di antara mereka justru Nathan yang begitu tidak berisik. Dia tidak menangis atau merengek, dan dengan patuhnya dituntun menuju meja operasi.Yuna merasa sakit dan sedih melihat Nathan yang masih sangat muda harus melalui semua ini. Dia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang akan dia hadapi, dan tidak sadar bahwa selama ini dia hanya dianggap sebagai bahan percobaan oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab.Tanpa alasan yang jelas dia dirampas dari kedua orang tuanya untuk waktu yang lama. Bukan hanya tidak bisa pulang lagi ke rumahnya, dia bahkan harus menerima kematian dengan cara yang tragis.“Ratu, jangan!” kata Yuna kepada Ratu dengan suara lantang. “Kamu tahu seberapa besar risiko eksperimen ini. Mana mungkin kita biarkan eksperimennya tetap dijalankan. Cepat hentikan eksperimen ini sekarang juga!”Fred yang sudah berada di atas meja operasi juga mengangguk. Baru kali ini dia memiliki pendapat yang sama dengan Yuna. Dia berkata, “Benar! Benar! Eksperim
Mana mungkin Fred mau mati begitu saja sebagai bahan percobaan dari eksperimen yang bahkan belum sepenuhnya rampung ini? Ya, dia tahu jelas kalau eksperimen ini masih belum sempurna dan persentase keberhasilannya juga sangat rendah. Sebelumnya dia begitu berani dan ngotot karena yang menjadi subjek percobaannya bukan dia. Tetapi kalau posisinya ditukar dia yang menjadi subjeknya, jelas dia tidak berani.“Sudahlah, nggak perlu juga aku bertanya,” ujar sang Ratu tersenyum. “Ayo mulai!”Seiring dengan seruan perintahnya yang datar itu, anak buahnya langsung maju mengamankan Fred dan membawanya ke meja operasi.“Nggak! Jangan—” Fred menjerit. “Yang Mulia nggak bisa begini! Aku masih dibutuhkan untuk menjalankan eksperimen ini. Kamu juga masih membutuhkanku. Yang Mulia nggak bisa melakukan ini padaku!”“Tadi kamu nggak bilang begini,” kata sang Ratu tersenyum sinis. “Memangnya ada apa? Apa eksperimennya terlalu menakutkan? Bukannya kamu tadi dengan yakinnya bilang kalau persentase keberhasi
Hampir semua orang yang hadir di sana syok ketika sepasang orang dewasa dan anak kecil itu masuk.“Nathan!” seru Yuna histeris. Betapa kagetnya dia akhirnya menemukan Nathan yang selama ini dia cari-cari di tempat iin. Sudah lama sekali Yuna mencari dan ingin menolongnya, tetapi usahanya selama ini tidak ada hasil. Yuna bahkan sampai kehabisan akal harus bagaimana lagi dia bisa menyelamatkan Nathan, tetapi tak disangka-sangka ternyata malah bertemu di situasi yang aneh ini.Ketika mendengar suara Yuna dan bertemu secara langsung, Nathan sangat bahagia dan tersenyum, dan dengan gayanya yang santun dia menyapa, “Tante Yuna!”“Kamu masih kenalin Tante!” Dengan penuh semangat Yuna ingin berlari memeluknya, tetapi dia lupa kalau tubuhnya masih terikat ke kursi.“Iya!” jawab Nathan mengangguk, tetapi dia dia berjalan menghampiri Yuna. Yuna juga menyadari, meski bisa bebas berjalan, tangan Nathan sedang digenggam oleh seseorang sehingga dia tidak bisa berkeliaran.Dengan ekspresi terheran-her
Hanya saja sedetik kemudian, bagai air yang menyiram habis percikan harapan yang tersisa, sang Ratu berkata, “Kalau kamu memang masih setia padaku, kamu pasti nggak keberatan untuk melakukan satu hal lagi, bukan?”“.…”Fred merasakan firasat buruk menghantuinya, tetapi dia tetap memberanikan diri untuk bertanya, “Apa … apa itu?”“Gimana kalau kamu yang gantikan aku jadi percobaan R10 ini? Kita lihat apa benar-benar berhasil seperti yang kamu bilang atau nggak.”“Yang Mulia … aku ….”Bahkan Yuna juga kaget mendengarnya dan secara spontan melirik ke arah sang Ratu. Dia melihat wajah sang Ratu menyunggingkan seulas senyum tipis.“Haha, nggak berani? Bukannya kamu bilang kamu setia padaku dan rela melakukan apa saja? Kenapa sekarang malah takut?”“Bukan itu!” bantah Fred seraya menggertakkan giginya. “Bukannya nggak berani, tapi Yang Mulia tahu sendiri eksperimen ini membutuhkan kontrol yang ketat. Waktu itu aku sampai lari ke sana kemari demi mencari tubuh pengganti untuk Yang Mulia. Aku
Rainie segera menghentikan langkahnya dan berpikir apa mungkin Yuna menyadari niatnya untuk melarikan diri? Namun di situ Yuna haya menatapnya dingin dan kembali berfokus kepada Fred.“Kamu sudah dari awal menemukan tubuh penggantimu dan mempersiapkan jalan keluar untuk kamu sendiri. Fred, kamu sudah merencanakan semuanya dengan sangat matang, luar biasa! Kamu bahkan sudah membuat rencana jangka panjang mencari pengganti yang kecil supaya kamu punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Benar, ‘kan?” kata Yuna.Rona wajah Fred memucat, tetapi dia masih tetap mati-matian menyangkal, “Omong kosong! Terserah kamu mau bilang apa. Ratu sudah nggak percaya padaku lagi. Dia cuma percaya apa yang keluar dari mulut kamu!”“Aku omong kosong atau memang tepat sasaran, kamu sendiri yang paling tahu!” balas Yuna.Mendengar itu, Rainie mulai menyadari sesuatu. Kata-kata Yuna terdengar agak aneh, tetapi anehnya Rainie dapat memahami apa yang dia sampaikan. Lantas dengan keterkejutan di wajah dia menatap Y
Jelas-jelas dia sudah menguasai segala. Jelas-jelas sebentar lagi dia akan berhasil. Tinggal satu langkah terakhir saja untuk mewujudkan impiannya, tetapi tiba-tiba semua itu hancur berkeping-keping dan tak bersisa!“Oke, sandiwaranya cukup sampai di sini. Sekarang waktunya penutupan! Padahal aku sudah kasih kamu kesempatan, tapi sayang kamu nggak menghargainya dengan baik. Kamu pasti mau mengkhianatiku! Fred, aku benar-benar kecewa sama kamu,” ucap sang Ratu dengan penuh rasa penyesalan. Sang Ratu masih merasa kasihan pada Fred dan ingin memaafkannya. Mau bagaimanapun, Fred sudah melayaninya selama bertahun-tahun dan melakukan tugasnya dengan baik sebagaimana sebilah pedang tajam yang dapat menebas apa pun dengan efisien. Sayangnya, pedang ini memiliki pemikirannya sendiri, bahkan sampai tega untuk menyerang pemiliknya dan berniat untuk menggantikannya. Mau setajam apa pun pedang itu, pada akhirnya tetap harus dihancurkan.“Yang Mulia salah paham. Aku selalu bilang eksperimen ini untu
“Salahmu itu kamu terlalu sombong!” kata sang Ratu. Dia lalu perlahan bangkit dengan kedua tangan bertopang ke pegangan yang ada di kedua sisinya. Auranya kini terlihat berbeda dari yang biasa. Fred kaget melihat perubahan aura sang Ratu. Dan di momen itu dia juga menyadari satu hal.“Badanmu sehat-sehat saja?! Jadi selama ini kamu cuma pura-pura sakit?! Jadi semua ini cuma tipuan. Kamu sebenarnya nggak sakit sama sekali!”“Benar. Kalau nggak begitu, kamu nggak mungkin mempercepat eksperimen ini?”Sang Ratu tersenyum begitu ramah dan hangat, tetapi di mata Fred senyuman itu lebih terasa seperti sindiran kepadanya yang menusuk dalam sampai ke tulang.“Mana mungkin! Ini mustahil bisa terjadi!” kata Fred. Dia masih tidak bisa menerima fakta kalau selama ini dialah yang dipermainkan. Dia sudah bertahun-tahun mencurahkan hatinya menyiapkan semua rencananya, tetapi di detik ini dia malah menyadari kalau itu semua hampa. Rencananya sudah sejak lama diketahui oleh sang Ratu. Fred tidak rela da
“Nggak cuma disini, bahkan di luar sana pun sudah banyak orang pemerintahan yang mendukung saya. Yang Mulia tenang saja, pokoknya semua urusan kenegaraan serahkan saja ke saya. Yang Mulia bisa menikmati hidup,” kata Fred seraya tersenyum membeberkan ambisinya, yang juga secara terang-terangan mengakui semua perbuatannya selama ini.“Oh ya? Coba kasih tahu aku ada siapa saja yang mendukung kamu?”“Ada apa, Yang Mulia? Apa Yang Mulia mau menghabisi semua pendukung saya? Sayang sekali, saya nggak akan kasih kesempatan ke Yang Mulia untuk itu. Lagi pula untuk apa? Padahal tadi semuanya lancar-lancar saja. Yang Mulia cukup terima operasi dan eksperimen ini dengan baik-baik, dan Yang Mulia bisa menikmati keberhasilan dari semua ini, bukan? Kenapa Yang Mulia harus melawan dan membuat keributan. Lihat … Yang Mulia coba lihat apa yang sudah Anda perbuat sampai mereka semua menertawakan Anda! Baiklah, kalian semua bawa mereka pergi, dan jangan kasih siapa pun masuk lagi ke tempat ini. Tanpa peri
Dengan penuh rasa percaya diri Fred menjawab, “Tentu saja! Yang Mulia jangan khawatir. Eksperimen kali ini ….”Sayangnya belum selesai Fred berbicara, tba-tiba sang Ratu tertawa dengan begitu aneh. “Baguslah! Kalau memang kamu seyakin itu, aku nggak perlu khawatir lagi!”“Tentu saja, Yang Mulia. Jangan takut!”Betapa kagetnya Fred ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Mulanya dia berpikir Ratu pasti akan mati-matian menolak, tetapi ternyata dia malah setuju. Benar saja, sang Ratu masih sangat percaya kepadanya. Namun … sesaat kemudian Fred melihat ada sekumpulan orang yang masuk ke dalam.“Siapa yang kasih kalian masuk? Keluar sana!” serunya.Namun mereka hanya diam saja di tempat dan berdiri mengelilingi Fred.“Kalian nggak dengar perintahku? Anak buah siapa kalian! Kalian sudah nggak mau hidup lagi? Cepat keluar dari sini!”“Justru mereka masih ingin hidup, makanya mereka ada di sini,” kata sang Ratu.“Hah? Oh jadi mereka ini anak buah Yang Mulia?!”Sang Ratu tidak menjawab, teta