Steve terdiam oleh aura dingin Monica. Hanya saja, dia kepikiran lagi dengan sosok penurut Monica sebelumnya. Dia pun berkata, “Oke, oke, oke, aku tahu kamu nggak bermaksud lain. Kamu juga bukan wanita sembarangan. Tapi sekarang, apa kita seharusnya mengenal satu sama lain? Coba kamu lihat, kita sudah akan menikah. Setelah resepsi nanti, kita akan menjadi pasangan suami istri. Pada waktu itu, hal yang seharusnya dilakukan suami istri ….”Steve berbicara sambil berjalan ke hadapan Monica. Dia membuka lebar kedua lengan hendak memeluk Monica ….Hanya saja, belum sempat Steve menyentuhnya, Monica malah menahan dada Steve dengan kakinya.Monica melipatkan kedua tangan di depan dadanya sambil menatap Steve dengan dingin. “Steve, aku ingatkan untuk yang terakhir kali. Kalau kamu berani mendekat lagi dan melakukan hal di luar batas, aku akan tendang kamu!”“Monica, kamu lagi ngapain? Bukannya sebelumnya kita baik-baik saja? Bukannya kamu suka dicium sama aku. Kamu ….”“Tutup mulutmu!” Monica
Amara sedang makan camilan di lantai bawah. Melihat sosok putranya yang muram itu, dia bisa menebak jika Monica menolaknya lagi. Dia menengok ke arah tangga, lalu berkata dengan suara kecil, “Monica sudah di kamarnya?”“Emm.”“Dia tidak tidur bersamamu?”“Emm. Emm?” Tiba-tiba Steve mengangkat kepalanya melihat ibunya dengan mengerutkan kening. “Ma, kamu lagi mentertawakanku, ya!”“Dasar anak bodoh! Mana mungkin Mama mentertawakan anak sendiri. Aku lagi pikir cara untuk membantumu,” balas Amara dengan perlahan, lalu menyantap kue nastar. “Sebelumnya kamu bilang kamu sudah berhasil mendapatkan Nona Monica. Aku kira kamu sehebat itu. Bukankah kamu sering main ke klub dan pernah main sama banyak wanita? Kenapa kamu tidak mengeluarkan kemampuanmu?”“Kalau kamu seperti ini, bagaimana kamu bisa mengelola perusahaan setelah kamu mendapatkan Perusahaan Setiawan?” Amara menghela napas tidak berdaya. Dia sungguh sakit kepala ketika memikirkan putranya ini.Sejujurnya, dari semua anaknya, Amara pa
Setelah berhubungan selama beberapa hari ini, Steve merasa temperamen nona besar ini terlalu aneh. Terkadang Monica bersikap sangat dingin, terkadang dia malah bersikap ramah. Jika begini terus, sepertinya Steve akan kehilangan kewarasannya.Tentu saja Amara tahu siapa wanita yang dimaksud putranya. Dia pun tersenyum, lalu membalas, “Wanita memang seperti itu. Memangnya kamu baru tahu hari ini?”“Tapi dia terlalu moody bagai dua orang yang berbeda saja!”“Mungkin dia memang bukan orang biasa. Sebelumnya aku mendengar temperamen Nona Monica memang agak aneh. Sekarang akhirnya aku merasakannya. Jujur saja, kalau bukan karena latar belakang Keluarga Yukardi bisa membantu kita, Mama juga tidak akan setuju dengan pernikahan kalian. Akulah yang dirugikan punya menantu seperti dia!” Amara menggeleng sambil menepuk-nepuk tangannya untuk menyingkirkan serpihan biskuit di tangannya.Setelah terdiam sejenak, Amara kembali melanjutkan, “Tapi kamu juga jangan terlalu panik. Setidaknya dia sudah ber
Monica membalikkan badannya kembali memasuki kamar. Kemudian, dia mengambil ponsel untuk mengirim pesan kepada Steve.[ Jam sembilan malam nanti, kamu ke kamarku sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. ]Saat ini, Steve sedang minum alkohol dengan bosannya. Ketika menerima pesan itu, dia mengira dirinya sedang berhalusinasi. Steve mengucek matanya, lalu melompat dengan kegirangan!Sesuai dugaannya! Ternyata wanita memang suka lain di mulut, lain di hati. Padahal tadi Monica baru memperingati Steve untuk jangan mendekatinya, tidak boleh ke kamarnya. Sekarang Monica malah tidak bisa menahannya lagi!Kenapa Monica memilih waktu jam sembilan malam? Kenapa bukan sekarang saja? Ada hal apa yang tidak bisa dikatakan sekarang? Ada hal apa yang tidak bisa dikatakan di ruang tamu? Kenapa mesti berbicara di kamarnya? Jelas-jelas semua ini adalah kode untuk Steve. Jika Steve tidak mengerti, sepertinya sia-sia dia sudah gonta-ganti pacar selama ini.Rasa girang seketika tumbuh di hati St
“Maaf, aku datangnya terlambat.” Terdengar suara Brandon dari belakang. Dia berjalan kemari dengan cepat. Kemudian, dia membungkukkan tubuhnya, memegang kedua pundak Yuna, baru mengecup kening Yuna.“Astaga! Menebar kemesraan di tempat umum!” Lisa berlagak menutupi matanya.“Sepertinya aku sudah kenyang, tidak usah makan lagi,” timpal Shane dengan tersenyum. Dia datang bersama Shane. Shane melihat putranya. “Hari ini kamu patuh tidak?”“Emm.” Arles mengangguk dengan perlahan. Sosoknya memang kelihatan sangat dewasa.Shane tersenyum puas. Dia duduk di samping putranya, lalu menyapa Yuna, “Nona Yuna, sudah lama tidak berjumpa.”“Iya, sudah cukup lama. Aku juga sudah lama nggak ketemu sama Arles. Aku sungguh gembira kalian bisa datang,” ucap Yuna dengan tersenyum, “Kalian datang bersama?” “Iya, kali ini aku datang untuk membahas masalah kerja sama, sekalian ada sedikit urusan mencari Tuan Brandon ….” Belum sempat Shane menyelesaikan omongannya, terdengar suara berdeham Brandon. Dia mera
Melihat waktu di jam tangan, sekarang sudah tepat jam sembilan malam. Steve langsung mengetuk pintu kamar.Steve menarik-narik kerah pakaiannya mencoba untuk merapikan pakaiannya. Demi kencan malam ini, Steve juga sudah berdandan. Hanya saja, saat dia mengenakan dasi, Clara yang melewatinya meliriknya sekilas, lalu berkata, “Sudah semalam ini, kamu masih mau makan di luar lagi? Kenapa kamu berpakaian dengan begitu rapi?”Ucapan Clara sudah mengingatkan Steve. Iya, Steve juga bukan pergi menghadiri pesta malam. Dia hanya pergi berkencan, apalagi kencannya di rumah sendiri.Di malam yang begitu gelap, seorang lelaki dan seorang perempuan janjian untuk berkencan di sebuah kamar. Berhubung Monica buka suara, wajar kalau Steve kepikiran kira-kira apa yang akan terjadi dalam keadaan seperti ini. Setelah dipikir-pikir, Steve melepaskan dasi, lalu melepaskan jas yang dipilihnya dengan susah payah. Dia menggulung lengan kemeja ke atas. Sambil becermin, Steve melepaskan dua kancing di kerahnya,
Sepertinya Monica baru selesai mandi, dia mengenakan jubah mandi yang agak kedodoran dengan tali diikatkan di bagian pinggangnya. Berhubung Monica sudah berlatih seni bela diri selama bertahun-tahun, Steve dapat melihat otot di kakinya. Apalagi ketika melihat kulit putihnya, Steve langsung menelan air liurnya.Monica menghentikan langkahnya di depan meja. Dia mengambil handuk, lalu menyeka rambutnya. Dia baru selesai mandi, air di rambutnya terus menetes, rasanya agak risi. Hanya saja, dia malah benci untuk mengeringkan rambutnya dengan alat pengering rambut.“Aku bantu kamu!” Steve segera meletakkan nampan ke sebelah, lalu hendak membantunya.Hanya saja, Monica malah memiringkan tubuhnya untuk mengelak. Dia berkata dengan dingin, “Nggak usah.”Mendengar suara dingin Monica, Steve bahkan kepikiran untuk mundur.Hanya saja, setelah kepikiran tujuan dan masa depannya, Steve malah tidak rela untuk mundur. Dia terpaksa menahannya, lalu menunjukkan senyum di wajah. “Kenapa kamu bersikap be
Steve tersenyum seakan-akan merasa cukup puas. “Nona Monica, sepertinya kamu sudah terlalu meremehkan Keluarga Setiawan. Keluarga kami memang nggak kaya jika dibandingkan sama keluargamu, tapi kami masih sanggup untuk memasang sistem keamanan. Kami juga merekrut satpam dari perusahaan keamanan terunggul di seluruh dunia.“Kami bukan hanya memasang kamera CCTV saja, kami juga memasang sensor inframerah dan perangkap. Pokoknya, kamu bisa tinggal dengan tenang di sini. Kamu pasti akan baik-baik saja.” Tiba-tiba Steve kepikiran sesuatu, dia pun menambahkan, “Tapi kalau kamu nggak suka tinggal di sini, kita bisa tinggal di luar. Kita bisa beli rumah dan memulai hidup baru kita di luar. Gimana menurutmu?”Sambil berbicara, tangan Steve sambil bergerak ke bagian pundaknya. Kemudian, dia mengelus tulang selangkanya, bergerak ke bawah ….Hanya saja, gerakan Steve langsung ditahan oleh Monica. Monica langsung tersenyum. “Sehebat itu?” Tanpa menunggu bualan Steve lagi, Monica kembali menambahkan,