“Perlu aku temani?” tanya Brandon setelah melihat perempuan itu mematikan sambungan teleponnya.“Nggak perlu,” jawab Yuna sambil menggelengkan kepalanya.“Tenang saja, aku sendiri bisa menghadapi mereka. Tapi aku mau pinjam orangmu,” lanjut perempuan itu lagi.“Oh?”Tempat janjian Logan untuk bertemu dengan Yuna jatuh pada sebuah kafe yang cukup sepi. Logan dan Valerie datang lebih awal dan sibuk memandangi jalan di depan pintu masuk dengan lekat. Saat mereka melihat sosok Yuna berjalan masuk, Logan secara refleks hendak bangkit berdiri.Jika bukan karena ditahan oleh Valerie, kemungkinan lelaki itu sudah akan menyambut Yuna di depan pintu masuk. Tarikan Valerie membuat Logan tersadar dengan apa yang akan dia lakukan. Meski kali ini pertemuan mereka ada maksud lain, masih belum bisa dipastikan siapa pihak yang menang atau kalah.Di tangannya juga masih ada banyak sekali bukti, dia tidak perlu memohon-mohon pada Yuna. Sebaliknya, seharusnya dia yang mengancam perempuan itu. Pemikiran te
Logan tidak menyangka bahwa lelaki di samping Yuna adalah seorang pengacara dan bukan orang yang dia bayangkan beberapa detik yang lalu.“Yuna, apakah perlu sampai sebegitunya? Memangnya kita nggak bisa untuk duduk bersama dan membicarakannya dengan baik-baik?”Logan memajukan sedikit tubuhnya sambil menatap perempuan itu seakan berusaha untuk mendapatkan balasan dari Yuna. Tetapi orang yang ditatap justru sibuk menunduk dan fokus menatap layar ponselnya saja.“Kenapa? Bukannya aku sudah setuju untuk bertemu dengan kalian? Kalau kamu anggap aku nggak menghargai pertemanan kita, lalu gimana dengan semua sikap kalian? Apa artinya dengan itu semua? Bukannya kalian yang menggugatku duluan? Sekarang aku meminta pengacara untuk hadir juga untuk menjamin hak-hak kalian. Ini termasuk niat baikku! Kenapa? Kalian nggak suka?”“Aku sudah bilang kalau aku bisa tarik gugatannya. Kenapa kamu harus sampai tahap seperti ini? Kita ini semuanya teman, kalaupun sekarang sudah bukan teman, kita juga bukan
Yuna melirik lelaki itu dengan malas dan kemudian dia menarik tatapannya kembali ke arah layar ponselnya. Bahkan dia tidak ada niat sama sekali untuk merespons lelaki yang ada di hadapannya ini.Logan tahu kalau perempuan itu sedang sengaja mengabaikan mereka. Tetapi dia tidak ingin mempermasalahkan hal tersebut dan melanjutkan ucapannya, “Beberapa hari ini aku dan Valerie sudah berpikir dengan matang. Masalah hubungan kita bertiga nggak seharusnya dikaitkan dengan pekerjaan.”“Dulu kamu juga banyak membantu kami, kan? Nggak peduli seberapa besar kesalahan kami dan VL padamu, ataupun sebaliknya, kita sama-sama nggak perlu diperpanjang lagi. Kamu bebas untuk pergi ke mana saja dan kita semua sudah sama-sama seri. Bisa, nggak?”“Pak Leo, menurut Bapak?” tanya Yuna yang tidak memedulikan lelaki itu. Dia menoleh ke arah Leo dan bertanya pendapat pengacara tersebut.Sang pengacara itu sedari tadi hanya diam mengikuti seluruh kejadian yang baru saja terjadi. Dia menjadi pendengar dan penonto
Jawaban perempuan itu membuat Logan bungkam.“Lepaskan aku!” sentak Yuna dengan dingin.“Coba kamu jelaskan, apa maksudnya?!” Logan tetap tidak melonggarkan cengkeramannya. Dia tidak ingin perempuan itu bisa pergi dengan semudah itu. Masih ada banyak sekali pertanyaan yang masih belum dimengerti oleh Logan.“Pak Logan, yang Bapak lakukan sekarang termasuk tindakan pelecehan! Sebaiknya Bapak ….”“Diam!” seru Logan memotong ucapan Leo sebelum lelaki itu menyelesaikan ucapannya. Dia melayangkan tatapan tajamnya pada Yuna dan berkata, “Kamu jelaskan ucapanmu tadi! Kamu yang sudah mengganti-ganti resepnya? Kamu ….”“Semua komposisinya palsu?” tanya Logan sambil memikirkan kemungkinan tersebut hingga membuat punggungnya banjir akan keringat dingin.Tetapi Yuna tidak menjawabnya hanya menatap tangan yang masih mencengkeram lengannya dengan lekat. Dengan nada dingin dia berkata, “Aku bilang yang terakhir kalinya lagi, lepaskan aku! Kecuali kalau kamu mau sama seperti kejadian waktu itu!”Waktu
Valerie bengong dan membeku di tempatnya.Logan belum pernah bersikap seperti itu kepada dirinya. Lelaki itu juga selalu berbicara dengan nada suara yang lembut dengannya. Meski dia kerap ngambek seperti anak kecil, Logan juga selalu dengan sabar membujuknya. Tidak pernah Logan memarahinya di depan umum atau bahkan hanya sekedar memasang muka judes pada Valerie.Karena terlalu terkejut, dia lupa harus menangis dan merengek. Yang bisa dia lakukan saat ini hanya diam membeku di tempat duduknya.Lelaki itu menoleh dan merasa tidak tega ketika mendapati raut wajah Valerie yang tampak terkejut tersebut. Dia ingin mengatakan sesuatu untuk menghiburnya tetapi Logan tidak ada tenaga untuk melakukannya.Dia hanya menghela napas berat dan berkata, “Pikiranku sekarang sangat berantakan sekali, kamu nanti balik sendiri saja.”Setelah itu Logan langsung pergi dari sana dan meninggalkan Valerie sendiri. Sedangkan Valerie yang diperlakukan seperti itu merasa marah dan juga benci. Selama beberapa tahu
Kebetulan waktu sudah menunjukkan jam sibuk, semua taksi tampak penuh oleh penumpang yang mengisinya. Yuna mencoba memesan mengenai aplikasi tetapi tetap tidak ada supir yang menerima pesanannya. Saat itu, Yuna merasa sepertinya repot sekali jika tidak memiliki kendaraan pribadi.Mobilnya yang dulu merupakan mobil yang dibeli oleh Logan dan surat-suratnya atas nama lelaki itu. Dulu dia tidak mempermasalahkan hal ini, tetapi saat ini Yuna merasa dirinya bodoh sekali. Tapi tidak ada yang perlu disayangkan karena Yuna tidak mengharapkan barang apa pun milik lelaki itu.Dia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan mempertimbangkan untuk menggunakan bus. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari arah belakang. Jelas sekali tepukan tersebut seperti memberikan alarm tanda bahaya pada dirinya.Kening Yuna berkerut dan kakinya segera berputar ke belakang. Dia pikir dirinya bisa lepas dari ancaman tersebut tetapi tangan yang tadi menepuknya masih tetap berada di a
“Intinya kamu masih marah,” kata Clinton sambil menggelengkan kepalanya.“Dulu waktu kamu pergi, Kakek memang ada ngomong kalimat yang menusuk. Tapi waktu itu dia juga emosi. Masih sekeluarga, jadi jangan anggap ucapan emosi itu memang diucapkan dari hati.”“Sudah berlalu begitu lama, kamu juga sudah mendapatkan pelajarannya. Sekarang kamu lihat bagaimana orang lain menilai tentang dirimu. Kamu masih nggak mau balik?”“Aku bukannya nggak mau balik. Tunggu sampai aku merasa aku sudah boleh balik, aku pasti akan kembali,” ujar Yuna sambil menegakkan tubuhnya.“Aku bisa selesaikan urusanku dan masalahku sendiri. Kamu tenang saja, nggak akan ada yang tahu hubunganku dengan keluarga Tanoto,” tambah Yuna lagi.Namun kalimat terakhir Yuna justru memicu emosi Clinton yang naik seketika. “Kamu pikir keluarga Tanoto takut terseret dalam masalahmu? Kamu pikir dengan kamu nggak mengatakannya maka kami nggak akan terseret? Kenapa setelah sekian tahun berlalu, kamu masih tetap sok tahu?”“Kalau gitu
Semua orang di laboratorium VL tampak fokus. Mereka juga melakukan percobaan selama berkali-kali hingga tidak terhitung jumlahnya. Tetapi komposisi dari minyak esensial cukup kompleks dan ada puluhan bahan wewangian yang tergabung menjadi satu.Walaupun mereka ada resepnya, jika komposisinya berbeda sedikit saja, maka akan menghasilkan perbedaan yang luar biasa. Apalagi resep komposisi yang ada di tangan mereka masih belum jelas apakah tepat atau tidak.Semua orang tampak tenggelam dalam ujian yang sulit. Mereka sibuk hingga merasa leher pegal dan mata perih. Hanya satu orang saja yang terlihat santai. Stella masih duduk di kursinya dengan seluruh peralatan yang terletak di depannya.Tubuhnya tersandar ke belakang kursi dengan kedua tangan yang jatuh di kedua sisi tubuh perempuan itu. Kepala Stella mendongak ke atas dengan keadaan mata yang terpejam. Ternyata dia sudah tertidur.Saat Valerie masuk dan melihat pemandangan tersebut, dia mengepalkan tangannya erat dan menarik napas dalam-