“Nggak ada urusannya sama kita.” Yuna berdiri untuk pergi menutup pintu kamar. Kemudian, dia kembali menyuapi Stella.Dunia orang dewasa sangatlah kacau. Berhubung reporter itu bukan datang untuk mencari mereka, mereka juga tidak perlu melibatkan diri sendiri ke dalam kekacauan itu.Setelah Stella menyantap bubur yang disuap Yuna, dia istirahat sejenak, lalu makan buah-buahan. Samar-samar terdengar suara langkah kaki dari luar sana, sepertinya para reporter sudah pergi. Kali ini, rumah sakit baru terasa tenang.“Beberapa hari ini kamu istirahat dengan baik, ya. Pekerjaan di studio juga lagi nggak banyak. Kamu nggak usah mikirin masalah kerjaan. Setelah kamu sembuh nanti, kamu pun nggak bakal punya waktu untuk istirahat lagi,” pesan Yuna.“Bukannya kamu baru menerima sebuah proyek seri parfum bertema? Apa sempat?” Stella juga mengetahui masalah parfum bertema Lisa itu. Dia pun merasa bersemangat ingin ikut serta untuk mempersiapkannya.Bagaimanapun juga, proyek ini adalah proyek pertama
“Kak Yuna, ada apa di luar sana?” Stella mencondongkan kepalanya. Padahal Yuna hanya pergi menutup pintu kamar, kenapa dia masih belum kembali?“Shh!” Yuna mengisyaratkan Stella untuk mengecilkan suaranya. “Aku lagi nonton pertunjukan.”Stella terdiam membisu.Tadi siapa yang suruh jangan ikut campur dengan masalah orang lain?Hanya saja, Stella tidak tahu Yuna bisa tertarik dengan masalah ini karena dia sudah kepikiran dengan sosok lelaki yang salah masuk kamar tadi.Lelaki itu seharusnya adalah anak haram dari Daniel Kusumo, Edward Kusumo.Yuna bisa mengenalnya juga karena suatu kebetulan. Waktu itu, Edith pernah mengungkit masalah Logan bergabung dengan Kusumo Group, lalu mengusulkan untuk memulai bisnis parfum. Konon katanya, mereka bahkan membuka departemen baru untuk meneliti parfum dan Logan pun ditunjuk menjadi penanggung jawab dalam departemen itu.Meski Yuna tidak tahu bagaimana ceritanya Logan bisa bergabung ke dalam bisnis Kusumo Group. Hanya saja, sebelumnya mereka pernah
“Jadi yang dipedulikan Pak Edward sekarang hanyalah kerugian perusahaan, bukan kondisi tubuh Nona Tiara?” Seorang reporter mengajukan pertanyaan tajam.Edward juga tidaklah bodoh. Dia tentu tahu pertanyaan ini adalah sebuah jebakan. “Kata siapa aku nggak peduli dengan kondisi tubuh Nona Tiara? Hanya saja, sebelum ada bukti kuat, dia malah langsung mengatakan bahwa parfum perusahaan kami bermasalah. Dia sudah memfitnah dan mencemarkan nama perusahaan. Aku berhak untuk mempertanyakannya!”“Pihak rumah sakit sudah mengeluarkan laporan hasil laboratorium, sudah terbukti bahwa parfum perusahaan kalian adalah pemicu dari alergi yang dialami Nona Tiara. Masalah ini sudah dipastikan, kenapa Pak Edward masih berdalih? Pak Edward masih butuh bukti apa lagi?”“Sekarang jika Pak Edward menyalahkan Nona Tiara seperti ini, bukankah sama saja dengan menekan Nona Tiara, memaksanya untuk mengubah pernyataannya?”“Kenapa perusahaan kalian masih belum melakukan pemeriksaan untuk membuktikannya? Apa kalia
Selanjutnya, para awak media berpamitan. Bagaimanapun, mereka sudah berhasil mendapatkan semua yang ingin mereka rekam dan semua yang tidak diduga mereka. Jadi, para reporter harus segera kembali untuk melakukan penyuntingan dan penulisan naskah.Berita kali ini boleh dikatakan cukup sensasional, bahkan mengimbangi berita racun di parfum Yuna.Hanya saja, sepenggal rekaman itu tidak bisa membuktikan apa-apa. Ditambah lagi dengan latar belakang Uniasia yang kuat, tim humas perusahaan mereka juga cukup hebat. Tak lama setelah masalah terekspos, mereka pun berhasil menekannya dengan cepat. Perusahaan Uniasia mengadakan sebuah konferensi pers untuk melakukan klarifikasi, alhasil malah meningkatkan omset penjualan parfum. Sekarang bahkan ada yang mengatakan bahwa parfum Uniasia bisa menyembuhkan penyakit dan meningkatkan daya tahan tubuh. Pokoknya ajaib sekali!Hal yang lebih menarik lagi adalah konon katanya Yuna telah mengundurkan diri dari Uniasia. Ketika semua orang mengira dia sudah k
Setelah pulang ke rumah, Daniel segera mencari putrinya. “Di mana Cecilia? Kenapa Cecilia masih belum kembali?”Tania sedang menonton di ruang tamu. Ketika melihat sikap panik Daniel, dia pun menjawab dengan santai, “Bukannya dia lagi di perusahaan? Kenapa kamu pulang secepat ini?”“Sudah terjadi masalah serius!” ucap Daniel dengan panik, “Kenapa Cecilia masih belum pulang? Tadi aku lihat Cecilia sudah meninggalkan perusahaan, makanya aku baru pulang. Kenapa dia masih belum sampai rumah? Jangan-jangan sudah terjadi sesuatu?!”Melihat wajah kaget Daniel, Tania pun berkata, “Ih, kamu orangnya aneh, ya. Kalau kamu lihat dia meninggalkan perusahaan, kenapa kamu nggak panggil dia? Masalah kerjaan bukannya dibahas di perusahaan, malah dibahas di rumah.”Suasana hati Daniel sedang sangat buruk. Dia pun berkata dengan kesal, “Apa yang kamu mengerti? Ada banyak mata-mata di perusahaan. Ada beberapa hal yang tidak bisa dikatakan di sana, makanya aku ingin membahasnya di rumah. Tapi, kenapa dia m
“Pa, aku benar-benar nggak bisa pulang sekarang. Ada banyak reporter berkumpul di depan sana. Mereka semua sedang mengawasiku. Kalau aku keluar dari rumah, semua orang pasti akan mengikutiku,” ucap Edward dengan ketakutan.Sekarang Daniel memang sedang emosi, tapi dia merasa ucapan Edward sangat masuk akal!Awalnya masalah alergi sudah cukup menarik perhatian publik. Sekarang Edward malah melakukan keonaran di rumah sakit. Wajar kalau semua awak media mengintainya. Mereka semua sedang berusaha menangkap kesalahan Edward.“Sudahlah, kamu tinggal di rumah mamamu dulu. Aku akan segera mencarimu. Kamu ingat, jangan keluar rumah, jangan menampakkan diri, dan jangan angkat panggilan dari orang lain! Semuanya akan diatasi oleh perusahaan. Apa kamu sudah mengerti?” jerit Daniel.Edward sudah merinding ketakutan. Sekarang dia juga sudah tidak memiliki ide lain lagi, dia hanya bisa mengangguk saja. “Iya, aku mengerti.”Selesai mengakhiri panggilan, Daniel mengambil jasnya, lalu berjalan pergi.T
“Pa, aku sudah memikirkan masalah kali ini. Semua ini benar-benar bukan salahku. Aku juga nggak tahu siapa yang sudah aku singgung. Si Tiara itu jelas-jelas sengaja ingin mencelakaiku!” Edward juga menangis. Dia menyeka air matanya, lalu berkata, “Mereka semua ingin mencelakaiku!”Daniel melambaikan tangannya sambil berkata, “Sudahlah, wajah Tiara memang sudah alergi. Aku juga sudah melihat foto dan videonya. Bentol-bentol itu memang asli. Dia bahkan sudah melakukan pemeriksaan laboratorium ….”“Bisa jadi semua ini adalah rencananya!” Edward segera berkata, “Dia menaruh sesuatu ke dalam parfum. Dia ingin mencelakaiku.”Daniel melirik Edward sekilas, lalu duduk di sofa. “Jadi, kenapa dia ingin mencelakaimu? Apa kamu punya dendam sama dia? Kamu bersalah sama dia?”Edward menggeleng. Inilah yang dibingungkan Edward.“Aku memang masih belum mengetahui alasannya, tapi dia pasti sudah mencelakaiku! Nggak mungkin akan ada masalah dengan parfum itu! Aku berani menjamin!” Edward mengawasi prose
“Iya, Papa juga percaya sama kamu!” Daniel mengangguk. “Coba kamu pikir baik-baik, apa kamu pernah menyinggung Tiara? Misalnya sewaktu perundingan kontrak? Jadi, dia dendam sama kamu? Atau kamu pernah tidak menyetujui permintaannya? Atau dia tidak puas dengan harga upahnya?”Bisa jadi ada masalah di saat perundingan kontrak. Hanya saja, Edward tidak menganggap hal tersebut sebagai masalah. “Nggak!” Setelah berpikir dengan saksama, Edward pun menggeleng. “Semuanya berjalan cukup lancar. Dia bahkan tidak pernah menawar dan langsung setuju dengan upah yang aku berikan. Proses pemotretan juga berjalan dengan sangat lancar. Dia tidak pernah mengajukan permintaan apa-apa.”Berhubung semuanya berjalan dengan sangat lancar, Edward baru tidak menyangka akan ada masalah seperti ini.“Aneh sekali ….” Olivia menegakkan tubuhnya. “Oh, aku tahu!”“Kamu tahu?!” Tatapan Daniel penuh dengan rasa curiga. “Coba kamu katakan, apa yang kamu ketahui?”“Aku tahu kenapa Tiara berbuat seperti itu!” Olivia mel
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S