Pengaturan tahap awal yang paling penting untuk studio sudah dipersiapkan. Selanjutnya, Yuna harus memilih staf, mempersiapkan bahan, dan hal-hal sepele lainnya.Stella tentu saja akan mengikutinya. Edith juga awalnya mau pindah ke studio Yuna, tetapi Yuna menolaknya. Alasannya karena Edith adalah supervisor di New Life. Lagi pula, dia akan memiliki perkembangan dan kemungkinan untuk dipromosikan yang lebih tinggi di Uniasia. Jika bekerja di studio Yuna, dia hanya bisa membantu masalah-masalah yang sederhana.Bagaimanapun juga, tidak akan ada begitu banyak bisnis di awal studio didirikan, hanya beberapa pekerjaan dalam bagian keterampilan meracik aroma. Dalam bidang ini, Edith tidak bisa banyak membantu. Lebih bagus apabila dia tetap bekerja di perusahaan. Jika perkembangan studio sudah membaik kelak, belum terlambat juga dia baru membantu pada saat itu.Kata-kata Yuna cukup meyakinkan, apalagi Edith juga mengerti tentang situasinya. Dia pun mengangguk dan berkata, “Kalau sudah butuh b
Alicia pun tercengang setelah melihat senyum Brandon, apalagi senyumannya itu begitu ... ambigu? Manis? Lagi pula, kata-katanya juga mau tak mau membuat orang bertanya-tanya. Ada rencana lain? Rencana apa? Bahkan setelah sampai ke departemen personalia, dia masih belum tersadar.“Pak Brandon menyetujuinya?!” Karyawan departemen personalia juga sangat terkejut dan berkata, “Kalau gitu, kayaknya Pak Brandon sudah tahu soal ini. Mereka berdua pasti sudah berdiskusi sebelumnya.”“Tapi momentum Yuna saat ini lagi bagus banget. Perusahaan juga berniat memberikan posisi kepala peracik aroma perusahaan kepadanya. Kenapa dia malah mengundurkan diri di saat-saat begini? Apa maksudnya?”“Apa hebatnya kepala peracik aroma? Jangan lupa, dia itu calon istri CEO kita!” sela seseorang.“Ah, benar! Apa Yuna mengundurkan diri karena sudah mau menikah dengan Pak Brandon?”Saat ini, karyawan departemen personalia sedang senggang. Ditambah ini adalah gosip besar mengenai bos besar, mereka pun bergosip deng
“Sembarangan!” Yuna memelototi Edith, lalu menepuk-nepuk perutnya dengan kedua tangan dan bertanya, “Memangnya aku kelihatan kayak wanita hamil?”“Ckck! Jangan sembarangan pukul perutmu!” Edith buru-buru menahan tangan Yuna, lalu sekalian mengelus perut Yuna dan berkata, “Haih, rata juga. Kalau memang hamil juga seharusnya belum lewat tiga bulan.”Yuna benar-benar merasa tidak berdaya. Dia menarik tangannya dari cengkeraman Edith, lalu berkata, “Benar-benar nggak hamil, lho! Aku masih datang bulan sampai bulan lalu, mana mungkin sudah hamil tiga bulan.”“Gimana dengan bulan ini?” canda Edith.“Bulan ini juga ....” Setelah berhenti sejenak, Yuna tiba-tiba teringat sesuatu. Dia pun berpikir dengan teliti tentang haidnya bulan lalu dan bulan ini. Dia sangat terkejut saat menyadari bahwa haidnya sepertinya memang sudah datang terlambat.Akhir-akhir ini, dia sangat sibuk mengurus berbagai hal. Terlebih lagi, dia memang tidak pernah memperhatikan tentang hal ini. Begitu diingatkan sekarang,
Yuna memang khawatir. Dia tidak bisa mengatakan hal-hal pribadi seperti ini dengan Edith, tetapi dia sendiri sangat jelas. Dia dan Brandon sudah pernah berhubungan dua kali dan tanpa kontrasepsi. Saat dipikir-pikir, waktu itu seharusnya waktu aman. Namun, setelah memikirkannya kembali sekarang, dia pun merasa takut.Setelah itu, Yuna tanpa sadar menyetir hingga sampai di gerbang rumah sakit. Hanya saja, dia kembali ragu apakah harus memeriksanya atau tidak. Berhubung dia berhenti di depan gerbang, mobil belakang yang ingin masuk ke rumah sakit pun menekan klakson. Dia pun tersadar dan memaksakan diri untuk menyetir masuk.Akan tetapi, setelah berputar-putar sejenak, Yuna masih belum menemukan tempat parkir. Ditambah dengan hatinya yang masih ragu, dia pun keluar dari rumah sakit. Dia menemukan farmasi di sekitar, tetapi tidak berani bertanya bahkan setelah masuk. Namun, karyawan farmasi sudah terbiasa menghadapi orang-orang seperti ini. Dia bertanya apakah Yuna memerlukan alat kontrase
Saat mendengar Brandon mengatakan tidak perlu terlalu buru-buru, Yuna secara refleks berkata, “Nggak boleh terlalu ditunda!”Reaksi Yuna yang berlebihan membuat Brandon curiga dan bertanya, “Ada apa kamu sebenarnya?”“Nggak apa-apa.” Yuna menggeleng dan tetap tidak memberi tahu Brandon mengenai masalah kehamilan. Alasannya karena dia masih belum memikirkannya dengan baik. “Mungkin aku agak sedih karena baru mengundurkan diri. Awalnya, aku merasa nggak ada yang perlu disedihkan. Tapi waktuku selama di New Life adalah yang paling bahagia dalam kehidupan kerjaku.”Ucapan ini memang tulus. Bagaimanapun juga, semua rekan kerja Yuna memperlakukannya dengan baik. Meskipun Edith mempersulitnya saat dia baru bergabung dengan perusahaan dulu, itu juga dilakukan secara objektif. Setelah memastikan kemampuannya, mereka pun menjadi teman dekat. Sejujurnya, setelah meninggalkan Logan, Yuna baru menyadari betapa luasnya dunia ini. Dia sudah seharusnya keluar untuk melihat dunia dari awal.“Benarkah?”
“Seharusnya waktu kamu tujuh tahun.” Brandon merenung sejenak sebelum berkata, “Waktu itu, kamu kira-kira ... tujuh tahun?”Brandon juga hanya menebak-nebak dan tidak bisa memastikannya. Namun, ada satu hal yang bisa dipastikannya. “Waktu itu, kamu datang bareng papa dan mamamu.”“Papa dan Mama ....” Bagi Yuna, sebutan itu sangat asing. Bahkan ingatannya mengenai orang tuanya juga sangat kabur hingga dia sudah tidak bisa mengingat paras mereka.“Aku sudah nggak ingat lagi,” kata Yuna sambil menggeleng dan agak sedih. Dia merasa ingatannya seolah-olah sudah hilang. Lebih tepatnya, kematian orang tuanya meninggalkan trauma yang besar untuk dirinya sehingga dia tidak begitu mengingat kejadian sebelumnya.Waktu itu, Gideon mengatakan bahwa tidak mengingat adalah hal baik. Jika sudah melupakan masa lalu, Yuna bisa menjalani kehidupannya dengan baik. Namun, kehilangan sepenggal ingatan dan tidak bisa mengingatnya lagi biarpun sudah berusaha adalah sebuah hal yang menyedihkan bagi seseorang.
Edward sedang berada di pabrik. Saat menyaksikan sebotol demi sebotol parfum yang sedang dikemas, dia pun tersenyum bangga. Semua produk ini sudah akan diluncurkan, lalu akan berubah menjadi penghasilan besar. Apa yang akan dia dapatkan jauh lebih banyak lagi sehingga dia berpikir bahwa menghasilkan uang ternyata tidak begitu sulit!Waktu itu, Daniel memberitahunya bahwa berbisnis tidaklah mudah. Dia juga menyuruh Edward untuk berhati-hati dan harus banyak belajar. Sekarang, Edward merasa ayahnya masih ketinggalan zaman dan berpikiran agak kolot. Asalkan berani bertindak, semua ini juga tidak begitu sulit.“Pak Edward, semua parfum ini akan selesai dan bisa dipasarkan dalam satu minggu,” lapor penanggung jawab pabrik kepada Edward.Setelah mengangguk, Edward berkata, “Bagus! Kerja kalian sangat bagus! Kalian semua sudah berjasa!”“Terima kasih, Pak Edward.”“Oh iya, apa Pak Logan pernah datang akhir-akhir ini?” tanya Edward setelah memikirkannya sejenak.“Nggak.” Penanggung jawab itu b
“Mana mungkin. Buktinya ini aku datang buat jenguk Mama, ‘kan?,” jawab Edward. Baru saja dia hendak berdiri, Olivia malah mencengkeram tangannya erat-erat dan berseru, “Nggak boleh pergi! Kalau kamu pergi, Mama sudah nggak punya siapa-siapa lagi.”Edward pun mengerutkan keningnya dan berkata, “Ma, aku bukan mau pergi kok, cuma mau menuangkan segelas air buat kamu. Lihat, bibirmu kering banget.”Begitu mendengar ucapan Edward, Olivia langsung menyentuh bibirnya yang kering. Dia pun berdesah dan berkata, “Memangnya kenapa kalau kering? Bahkan kalau sampai berdarah juga nggak ada yang peduli.”“Ma, jangan ngomong kayak gitu, dong. Bukannya aku peduli? Papa juga peduli kok!” ujar Edward.“Papamu? Sudahlah!” Olivia mencibir, lalu berkata dengan kesal, “Selama ini, dia cuma bisa berkata manis buat merayu kita. Dalam hatinya, dia masih tetap memikirkan istrinya itu.”“Kamu cuma lagi kesal.” Setelah memberikan segelas air kepada ibunya, Edward membantunya untuk duduk. Setelah melihat ibunya pe
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta