Yuna memang khawatir. Dia tidak bisa mengatakan hal-hal pribadi seperti ini dengan Edith, tetapi dia sendiri sangat jelas. Dia dan Brandon sudah pernah berhubungan dua kali dan tanpa kontrasepsi. Saat dipikir-pikir, waktu itu seharusnya waktu aman. Namun, setelah memikirkannya kembali sekarang, dia pun merasa takut.Setelah itu, Yuna tanpa sadar menyetir hingga sampai di gerbang rumah sakit. Hanya saja, dia kembali ragu apakah harus memeriksanya atau tidak. Berhubung dia berhenti di depan gerbang, mobil belakang yang ingin masuk ke rumah sakit pun menekan klakson. Dia pun tersadar dan memaksakan diri untuk menyetir masuk.Akan tetapi, setelah berputar-putar sejenak, Yuna masih belum menemukan tempat parkir. Ditambah dengan hatinya yang masih ragu, dia pun keluar dari rumah sakit. Dia menemukan farmasi di sekitar, tetapi tidak berani bertanya bahkan setelah masuk. Namun, karyawan farmasi sudah terbiasa menghadapi orang-orang seperti ini. Dia bertanya apakah Yuna memerlukan alat kontrase
Saat mendengar Brandon mengatakan tidak perlu terlalu buru-buru, Yuna secara refleks berkata, “Nggak boleh terlalu ditunda!”Reaksi Yuna yang berlebihan membuat Brandon curiga dan bertanya, “Ada apa kamu sebenarnya?”“Nggak apa-apa.” Yuna menggeleng dan tetap tidak memberi tahu Brandon mengenai masalah kehamilan. Alasannya karena dia masih belum memikirkannya dengan baik. “Mungkin aku agak sedih karena baru mengundurkan diri. Awalnya, aku merasa nggak ada yang perlu disedihkan. Tapi waktuku selama di New Life adalah yang paling bahagia dalam kehidupan kerjaku.”Ucapan ini memang tulus. Bagaimanapun juga, semua rekan kerja Yuna memperlakukannya dengan baik. Meskipun Edith mempersulitnya saat dia baru bergabung dengan perusahaan dulu, itu juga dilakukan secara objektif. Setelah memastikan kemampuannya, mereka pun menjadi teman dekat. Sejujurnya, setelah meninggalkan Logan, Yuna baru menyadari betapa luasnya dunia ini. Dia sudah seharusnya keluar untuk melihat dunia dari awal.“Benarkah?”
“Seharusnya waktu kamu tujuh tahun.” Brandon merenung sejenak sebelum berkata, “Waktu itu, kamu kira-kira ... tujuh tahun?”Brandon juga hanya menebak-nebak dan tidak bisa memastikannya. Namun, ada satu hal yang bisa dipastikannya. “Waktu itu, kamu datang bareng papa dan mamamu.”“Papa dan Mama ....” Bagi Yuna, sebutan itu sangat asing. Bahkan ingatannya mengenai orang tuanya juga sangat kabur hingga dia sudah tidak bisa mengingat paras mereka.“Aku sudah nggak ingat lagi,” kata Yuna sambil menggeleng dan agak sedih. Dia merasa ingatannya seolah-olah sudah hilang. Lebih tepatnya, kematian orang tuanya meninggalkan trauma yang besar untuk dirinya sehingga dia tidak begitu mengingat kejadian sebelumnya.Waktu itu, Gideon mengatakan bahwa tidak mengingat adalah hal baik. Jika sudah melupakan masa lalu, Yuna bisa menjalani kehidupannya dengan baik. Namun, kehilangan sepenggal ingatan dan tidak bisa mengingatnya lagi biarpun sudah berusaha adalah sebuah hal yang menyedihkan bagi seseorang.
Edward sedang berada di pabrik. Saat menyaksikan sebotol demi sebotol parfum yang sedang dikemas, dia pun tersenyum bangga. Semua produk ini sudah akan diluncurkan, lalu akan berubah menjadi penghasilan besar. Apa yang akan dia dapatkan jauh lebih banyak lagi sehingga dia berpikir bahwa menghasilkan uang ternyata tidak begitu sulit!Waktu itu, Daniel memberitahunya bahwa berbisnis tidaklah mudah. Dia juga menyuruh Edward untuk berhati-hati dan harus banyak belajar. Sekarang, Edward merasa ayahnya masih ketinggalan zaman dan berpikiran agak kolot. Asalkan berani bertindak, semua ini juga tidak begitu sulit.“Pak Edward, semua parfum ini akan selesai dan bisa dipasarkan dalam satu minggu,” lapor penanggung jawab pabrik kepada Edward.Setelah mengangguk, Edward berkata, “Bagus! Kerja kalian sangat bagus! Kalian semua sudah berjasa!”“Terima kasih, Pak Edward.”“Oh iya, apa Pak Logan pernah datang akhir-akhir ini?” tanya Edward setelah memikirkannya sejenak.“Nggak.” Penanggung jawab itu b
“Mana mungkin. Buktinya ini aku datang buat jenguk Mama, ‘kan?,” jawab Edward. Baru saja dia hendak berdiri, Olivia malah mencengkeram tangannya erat-erat dan berseru, “Nggak boleh pergi! Kalau kamu pergi, Mama sudah nggak punya siapa-siapa lagi.”Edward pun mengerutkan keningnya dan berkata, “Ma, aku bukan mau pergi kok, cuma mau menuangkan segelas air buat kamu. Lihat, bibirmu kering banget.”Begitu mendengar ucapan Edward, Olivia langsung menyentuh bibirnya yang kering. Dia pun berdesah dan berkata, “Memangnya kenapa kalau kering? Bahkan kalau sampai berdarah juga nggak ada yang peduli.”“Ma, jangan ngomong kayak gitu, dong. Bukannya aku peduli? Papa juga peduli kok!” ujar Edward.“Papamu? Sudahlah!” Olivia mencibir, lalu berkata dengan kesal, “Selama ini, dia cuma bisa berkata manis buat merayu kita. Dalam hatinya, dia masih tetap memikirkan istrinya itu.”“Kamu cuma lagi kesal.” Setelah memberikan segelas air kepada ibunya, Edward membantunya untuk duduk. Setelah melihat ibunya pe
Olivia menerima parfum itu dan melihatnya sambil berseru, “Wah, cantik banget!”Setelah mengamati kemasannya sesaat, Olivia pun membuka kemasan parfum dan menyemprotkannya ke pergelangan tangannya.“Gimana?” tanya Edward sambil tersenyum. Dia sudah tidak sabar untuk dipuji.“Olivia mencium aromanya, lalu mengangguk dan berkata, “Wangi! Wangi sekali! Ini parfum terwangi dan terbaik yang pernah aku pakai. Putraku memang hebat!”Setelah mendapat pujian ibunya, Edward menjadi makin percaya diri. Dia berkata, “Sudah kubilang kalau kamu tinggal menunggu kabar baik dariku!”Olivia juga sangat senang. Dia tersenyum dan menyemprotkan parfum itu lagi sehingga udara di sekitar menjadi harum. Kemudian, dia memejamkan matanya untuk menikmati aroma parfum itu. Edward pun menatapnya dalam diam sambil membayangkan masa depan yang cerah.“Hmm?” Olivia mengendus beberapa kali, lalu mengerutkan keningnya dan mengendus lagi.“Ada apa?” tanya Edward saat melihat reaksi aneh ibunya.“Nggak apa-apa. Aku cuma
Pagi-pagi ini, Cecilia sudah mengetuk pintu rumah Logan. Logan masih belum bangun. Dia menggosok matanya dan membuka pintu sambil menguap, lalu berkata dengan agak kesal, “Nona besar, kumohon jangan datang begitu pagi lagi! Biarpun kamu nggak butuh tidur, orang lain masih mau tidur.”“Kasih aku semua data Yuna!” perintah Cecilia begitu masuk.Logan yang masih menguap langsung mematung, lalu bertanya sambil melirik Cecilia, “Apa?”“Aku mau semua data lengkap Yuna. Makin mendetail makin bagus,” jawab Cecilia. Dia langsung berjalan ke sofa, lalu duduk di sana dan meletakkan tasnya. Dia terlihat sangat serius.Setelah mendengar jelas kata-kata Cecilia, Logan pun tertawa. Kemudian, dia mengeluarkan dua kaleng bir dari kulkas dan membuka satu kaleng, lalu menyerahkan sekaleng lagi kepada Cecilia. Namun, Cecilia malah mengerutkan kening dan menolaknya, “Kalau pagi-pagi minum ini, apa kamu masih bisa sadar?”“Jangan khawatir, aku sangat sadar kok!” Logan meneguk birnya, lalu bersendawa dan te
Meskipun Cecilia tidak mengakuinya, reaksinya sudah sangat jelas. Logan pun tersenyum penuh arti dan berkata, “Ternyata begitu!”“Apa pun yang kulakukan adalah untuk keuntungan kita bersama. Sebaiknya kamu jangan terlalu banyak ikut campur dalam urusanku!” Cecilia mengambil tasnya sambil berdiri, lalu melanjutkan, “Kalau sudah selesai, kirim saja ke e-mail aku.”Logan hanya tersenyum tanpa menjawab.Setelah berjalan beberapa langkah, Cecilia berbalik lagi dan berkata, “Oh iya, dengar-dengar, parfum tipe pertama perusahaan sudah mau diluncurkan. Kerjaan di pabrik juga sudah hampir selesai. Apa kamu nggak mau pergi periksa sebentar?”“Buat apa aku pergi? Ada kok yang mengawasi dengan ketat. Lagian, jasanya juga milik orang lain. Ngapain aku rebut perhatiannya?” jawab Logan dengan santai. Sejujurnya, dia tahu seberapa sering Edward pergi ke pabrik.“Kamu begitu yakin? Kalau dia menyadari ada masalah sebelum parfumnya resmi diluncurkan, bukannya semua rencanamu bakal sia-sia?” Cecilia berb
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S