Edward sedang berada di pabrik. Saat menyaksikan sebotol demi sebotol parfum yang sedang dikemas, dia pun tersenyum bangga. Semua produk ini sudah akan diluncurkan, lalu akan berubah menjadi penghasilan besar. Apa yang akan dia dapatkan jauh lebih banyak lagi sehingga dia berpikir bahwa menghasilkan uang ternyata tidak begitu sulit!Waktu itu, Daniel memberitahunya bahwa berbisnis tidaklah mudah. Dia juga menyuruh Edward untuk berhati-hati dan harus banyak belajar. Sekarang, Edward merasa ayahnya masih ketinggalan zaman dan berpikiran agak kolot. Asalkan berani bertindak, semua ini juga tidak begitu sulit.“Pak Edward, semua parfum ini akan selesai dan bisa dipasarkan dalam satu minggu,” lapor penanggung jawab pabrik kepada Edward.Setelah mengangguk, Edward berkata, “Bagus! Kerja kalian sangat bagus! Kalian semua sudah berjasa!”“Terima kasih, Pak Edward.”“Oh iya, apa Pak Logan pernah datang akhir-akhir ini?” tanya Edward setelah memikirkannya sejenak.“Nggak.” Penanggung jawab itu b
“Mana mungkin. Buktinya ini aku datang buat jenguk Mama, ‘kan?,” jawab Edward. Baru saja dia hendak berdiri, Olivia malah mencengkeram tangannya erat-erat dan berseru, “Nggak boleh pergi! Kalau kamu pergi, Mama sudah nggak punya siapa-siapa lagi.”Edward pun mengerutkan keningnya dan berkata, “Ma, aku bukan mau pergi kok, cuma mau menuangkan segelas air buat kamu. Lihat, bibirmu kering banget.”Begitu mendengar ucapan Edward, Olivia langsung menyentuh bibirnya yang kering. Dia pun berdesah dan berkata, “Memangnya kenapa kalau kering? Bahkan kalau sampai berdarah juga nggak ada yang peduli.”“Ma, jangan ngomong kayak gitu, dong. Bukannya aku peduli? Papa juga peduli kok!” ujar Edward.“Papamu? Sudahlah!” Olivia mencibir, lalu berkata dengan kesal, “Selama ini, dia cuma bisa berkata manis buat merayu kita. Dalam hatinya, dia masih tetap memikirkan istrinya itu.”“Kamu cuma lagi kesal.” Setelah memberikan segelas air kepada ibunya, Edward membantunya untuk duduk. Setelah melihat ibunya pe
Olivia menerima parfum itu dan melihatnya sambil berseru, “Wah, cantik banget!”Setelah mengamati kemasannya sesaat, Olivia pun membuka kemasan parfum dan menyemprotkannya ke pergelangan tangannya.“Gimana?” tanya Edward sambil tersenyum. Dia sudah tidak sabar untuk dipuji.“Olivia mencium aromanya, lalu mengangguk dan berkata, “Wangi! Wangi sekali! Ini parfum terwangi dan terbaik yang pernah aku pakai. Putraku memang hebat!”Setelah mendapat pujian ibunya, Edward menjadi makin percaya diri. Dia berkata, “Sudah kubilang kalau kamu tinggal menunggu kabar baik dariku!”Olivia juga sangat senang. Dia tersenyum dan menyemprotkan parfum itu lagi sehingga udara di sekitar menjadi harum. Kemudian, dia memejamkan matanya untuk menikmati aroma parfum itu. Edward pun menatapnya dalam diam sambil membayangkan masa depan yang cerah.“Hmm?” Olivia mengendus beberapa kali, lalu mengerutkan keningnya dan mengendus lagi.“Ada apa?” tanya Edward saat melihat reaksi aneh ibunya.“Nggak apa-apa. Aku cuma
Pagi-pagi ini, Cecilia sudah mengetuk pintu rumah Logan. Logan masih belum bangun. Dia menggosok matanya dan membuka pintu sambil menguap, lalu berkata dengan agak kesal, “Nona besar, kumohon jangan datang begitu pagi lagi! Biarpun kamu nggak butuh tidur, orang lain masih mau tidur.”“Kasih aku semua data Yuna!” perintah Cecilia begitu masuk.Logan yang masih menguap langsung mematung, lalu bertanya sambil melirik Cecilia, “Apa?”“Aku mau semua data lengkap Yuna. Makin mendetail makin bagus,” jawab Cecilia. Dia langsung berjalan ke sofa, lalu duduk di sana dan meletakkan tasnya. Dia terlihat sangat serius.Setelah mendengar jelas kata-kata Cecilia, Logan pun tertawa. Kemudian, dia mengeluarkan dua kaleng bir dari kulkas dan membuka satu kaleng, lalu menyerahkan sekaleng lagi kepada Cecilia. Namun, Cecilia malah mengerutkan kening dan menolaknya, “Kalau pagi-pagi minum ini, apa kamu masih bisa sadar?”“Jangan khawatir, aku sangat sadar kok!” Logan meneguk birnya, lalu bersendawa dan te
Meskipun Cecilia tidak mengakuinya, reaksinya sudah sangat jelas. Logan pun tersenyum penuh arti dan berkata, “Ternyata begitu!”“Apa pun yang kulakukan adalah untuk keuntungan kita bersama. Sebaiknya kamu jangan terlalu banyak ikut campur dalam urusanku!” Cecilia mengambil tasnya sambil berdiri, lalu melanjutkan, “Kalau sudah selesai, kirim saja ke e-mail aku.”Logan hanya tersenyum tanpa menjawab.Setelah berjalan beberapa langkah, Cecilia berbalik lagi dan berkata, “Oh iya, dengar-dengar, parfum tipe pertama perusahaan sudah mau diluncurkan. Kerjaan di pabrik juga sudah hampir selesai. Apa kamu nggak mau pergi periksa sebentar?”“Buat apa aku pergi? Ada kok yang mengawasi dengan ketat. Lagian, jasanya juga milik orang lain. Ngapain aku rebut perhatiannya?” jawab Logan dengan santai. Sejujurnya, dia tahu seberapa sering Edward pergi ke pabrik.“Kamu begitu yakin? Kalau dia menyadari ada masalah sebelum parfumnya resmi diluncurkan, bukannya semua rencanamu bakal sia-sia?” Cecilia berb
Saat ini, peralatan baru sedang diantar ke studio. Yuna berdiri di samping untuk menulis stok, tetapi dia sangat tidak fokus.Stella juga menyibukkan diri. Dia sangat menyukai studio ini. Selain merupakan studio idamannya, mereka akhirnya sudah mempunyai studio sendiri. Hal yang terpenting adalah dengan adanya studio sendiri, mereka baru bisa melakukan apa pun yang diinginkan mereka.“Ini taruh di sini, itu ... taruh di sana deh. Duh, hati-hati!” Stella mengarahkan orang lain untuk menyusun barang-barang di studio dengan bersemangat. Saat tanpa sadar melirik ke arah Yuna, Stella baru menyadari bahwa Yuna hanya memegang pena dan notes tanpa bergerak. Jelas saja bahwa dia sedang melamun.“Kak Yuna, ada apa?” Stella melambaikan tangannya dan berkata, “Kamu sudah melamun begitu lama, lho!”Begitu mendengar teriakan Stella, Yuna langsung tersadar dan menjawab, “Ah, nggak apa-apa. Semuanya sudah selesai dipindahkan?”“Sudah hampir selesai. Aku juga sudah cek dan semua barangnya lumayan lengk
“Rumah sakit.” Edith langsung berkata dengan blak-blakan, “Nggak peduli benar atau nggak, kamu tetap harus memastikannya, ‘kan?” Dengan begitu, kamu juga bisa menyusun rencana.”Setelah terdiam sesaat, Yuna menjawab dengan kepala tertunduk, “Aku nggak pergi ke rumah sakit.”“Kamu nggak berani pergi? Mau kutemani? Biasanya sifatmu nggak begitu, lho. Gimanapun juga, kamu sendiri yang paling jelas soal semua ini, ‘kan?”Yuna menggigit bibirnya, lalu berkata, “Bukan begitu, aku sudah periksa sendiri.”Saat mendengar jawaban itu, Edith langsung bertanya, “Jadi gimana?” Kamu ... benar-benar hamil?”Melihat sikap Yuna yang ragu dan sepertinya menyembunyikan sesuatu, Edith langsung mengerti.“Emm.” Yuna mengangguk dengan perasaan yang campur aduk. Dari mengetahui hal ini sampai sekarang, pikirannya sangat kacau.“Ya Tuhan! Kalau begitu aku ....” Edith berpikir sejenak, lalu bertanya, “Apa aku harus menyelamatimu?”Biasanya, hal seperti ini termasuk hal bahagia. Namun, studio Yuna baru didirika
Bagaimanapun juga, studio ini baru dibuka dan masih belum ada banyak pekerjaan. Meskipun ada pesanan Lisa, Yuna juga harus memikirkannya dulu beberapa hari. Setelah menentukan tema dan gagasan awal peracikannya, dia baru bisa mulai menjalankannya.Oleh sebab itu, Yuna pun menyuruh Stella untuk pulang dan beristirahat dulu berhubung pekerjaan hari ini cepat selesai. Yuna sendiri tinggal di studio untuk menyusun beberapa barang, lalu memikirkan gagasan awal tentang pesanan Lisa. Setelah duduk satu jam lebih, Yuna masih tidak mendapat inspirasi apa pun. Benaknya hanya dipenuhi dengan ... anak dan pekerjaan. Yuna memainkan bahan kayu yang diberikan Yohanes sebelumnya. Dia benar-benar menyukai aroma kayu ini. Aromanya sangat ringan, tetapi tahan lama. Meskipun sudah dikembangkan beberapa saat, aromanya juga masih sangat stabil. Ini benar-benar menarik.“Studio masih belum beroperasi, tapi kamu sudah kerja begitu keras?” Brandon memiliki kunci tempat ini. Jadi, dia langsung berjalan masuk d