Yuna mendongak dan melirik Brandon. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus mengatakan apa.“Sejujurnya, aku bukan orang yang sabar, sedangkan anak-anak sangat merepotkan. Tapi kalau itu anak kita, aku akan menantikannya.” Brandon menggenggam sebelah tangan Yuna, lalu bertanya, “Kenapa? Kamu sudah pengen punya anak?”Saat melihat mata Brandon, Yuna ingin berdesah. Sekarang bukan masalah dia menginginkan anak atau tidak, melainkan kedatangan anak yang terlalu tiba-tiba.Genggaman Brandon membuat tangan Yuna terasa hangat. Hatinya yang kacau pun seolah-olah sudah menjadi tenang. Selama satu tahun lebih ini, Brandon sudah memberinya rasa aman.Yuna pun terpikir soal ucapan Edith yang mengatakan bahwa Brandon berhak tahu mengenai hal ini. Dia menelan ludah dan memberanikan diri untuk berkata, “Ada satu hal yang mau kukatakan padamu.”“Hmm?”“Aku mungkin ....” Setelah jeda sejenak, Yuna menyusun kata-katanya dengan hati-hati, “Aku bilang mungkin, ya .... Mungkin aku hamil.”Setelah mengatakannya
Brandon sudah tahu, tetapi tidak mengatakan apa pun dan menunggu Yuna untuk bicara. Saat memikirkannya, Yuna merasa dirinya bagaikan orang bodoh. Dia pun memalingkan wajah dengan agak marah.Brandon memegang kedua bahu Yuna, lalu memutar badan Yuna untuk menghadapnya. Dia sudah tidak tersenyum dan berkata dengan serius, “Aku memang sudah tahu dari semalam, tapi aku rasa kamu pasti punya pemikiran sendiri sehingga nggak kasih tahu aku. Aku lebih ingin langsung mendengarnya darimu daripada bertanya padamu.”Yuna menatap Brandon, tetapi tidak mengatakan apa pun.“Kalau kamu nggak langsung ngomong, itu artinya kamu juga masih ragu. Kamu mungkin ragu mau mempertahankan anak ini atau nggak, mungkin saja perasaanmu juga lagi kacau. Terlepas dari apa pun itu, kamu pasti punya alasan untuk nggak kasih tahu aku. Tapi, aku sangat senang karena kamu memutuskan untuk kasih tahu aku begitu cepat.”Brandon selalu lebih mencintai dan menghormati Yuna dari yang Yuna bayangkan. Setelah mendengar kata-ka
Benar! Dia mencintai anak ini, ayah anak ini, dan takdir yang sudah diatur untuknya. Waktunya sangat tidak tepat, tetapi malah terasa sangat tepat. Hanya sebuah alasan cinta sudah cukup untuk mengalahkan alasan-alasan lainnya.“Aku memang belum siap mental, juga agak takut sama tanggung jawab besar menjadi seorang ibu. Tapi aku bisa belajar menjadi seorang ibu yang baik. Kalau kita memang sudah dikaruniai anak, itu adalah takdir. Aku nggak mau mengambil nyawanya gara-gara keegoisanku,” jelas Yuna.Kata-kata Yuna sangat menggerakkan hati Brandon. Dia langsung memeluk Yuna dan berkata, “Kamu pasti bakal jadi ibu yang terbaik di seluruh dunia!”...Saat ini, Louis sedang makan. Di restoran bufet seperti ini, hampir semua orang datang bersama dengan pasangan atau keluarga mereka. Di seluruh restoran, hanya dia sendiri yang mengambil sedikit makanan, lalu duduk makan sendiri sambil menikmati sebotol anggur merah.Louis duduk di samping jendela kaca yang menampilkan pemandangan kota ini. Dia
“Aku ini teman kok, bukan musuh,” jawab Cecilia sambil menatap Louis dengan tenang.Louis pun tertawa dan berkata, “Ada begitu banyak orang yang ingin menjadi temanku. Apa kamu layak?”“Nilai saja sendiri apa aku layak atau nggak.” Cecilia meletakkan penjepitnya, lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan menekan beberapa tombol. Kemudian, ponsel Louis yang ada di atas meja bergetar sejenak.Setelah itu, Cecilia meletakkan ponselnya dan lanjut memanggang daging dengan santai, seolah-olah tidak peduli pada masalah lainnya.Louis menatap Cecilia, lalu melirik ponselnya. Pada akhirnya, dia mengambil ponselnya untuk melihat apa yang dikirim Cecilia.“Data itu adalah hadiah pertama dariku. Kalau kita sudah jadi teman, aku masih punya hadiah yang lebih besar lagi untukmu,” ucap Cecilia sambil meletakkan daging yang sudah matang di piring Louis.Louis membuka dokumen yang dikirim Cecilia. Dokumen itu berisi data tentang Yuna. Louis hanya membaca sekilas, tetapi dapat menilai bahwa informa
Bukankah gadis-gadis dari keluarga kaya biasanya selalu bersikap anggun dan terpelajar, atau mungkin manja dan keras kepala? Wanita di hadapan Louis ini memang tersenyum polos, tetapi malah mengucapkan kata-kata yang begitu berani. Louis yang sedang digoda pun tertawa. Ada banyak wanita yang ingin mendapatkannya, tetapi jarang ada yang begitu terus terang.“Kalau aku nggak salah ingat, kita sama sekali nggak saling kenal. Ini ... seharusnya juga pertemuan pertama kita, ‘kan? Kamu menginginkanku?” Louis juga mencondongkan tubuhnya, lalu menatap mata Cecilia dan bertanya, “Apa yang kamu inginkan dariku? Reputasi? Kedudukan? Atau ... cuma aku?”“Aku mau semuanya,” jawab Cecilia dengan suara manja.“Serakah juga kamu!” Louis merilekskan badannya lagi dan berkata, “Kamu kira kamu bisa mendapatkan begitu banyak hanya dengan sedikit informasi seperti ini?”“Hanya informasi itu tentu saja nggak cukup. Tapi, aku jamin ini adalah awal yang baik. Kalau kita jadian, kita bisa meraih banyak keuntu
Berhubung sudah memutuskan untuk mempertahankan anak ini, Yuna tentu saja harus melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Dia juga harus menanyakan apakah paparan bahan kimia dari lingkungan sebelumnya bisa memengaruhi kandungannya.Saat mengambil sampel urin dan melakukan USG, hati Yuna tiba-tiba menjadi sangat tenang. Dia sudah tidak segelisah beberapa hari yang lalu karena tahu Brandon menunggunya di luar. Setelah memutuskan untuk mempertahankan anak ini, Yuna bahkan merasa bahwa dirinya sudah menjadi seorang ibu. Dia juga mulai membiasakan diri untuk menerima peran ini.“Yuna.” Dokter memanggil nama Yuna, lalu mempersilakan Yuna dan Brandon untuk masuk ke ruangannya. Setelah mereka duduk, dia mengambil selembar laporan sambil mendorong kacamatanya dan berkata, “Kamu nggak hamil.”Yuna yang sudah mempersiapkan diri untuk mendengar berita kehamilannya pun mematung. “Apa?”“Menurut pemeriksaan USG, kamu nggak hamil,” jawab dokter itu sambil menyerahkan laporan pemeriksaan kepada Yuna.
Parfum ini dipromosikan secara besar-besaran di seluruh kota sehingga menjadi sangat terkenal. Iklannya juga tersebar di mana-mana. Saat menonton TV, berjalan di jalanan, dan bahkan hanya membuka media sosial, semua orang bisa melihat iklan parfum “Victory”. Jadi, sebelum resmi diluncurkan, parfum ini sudah menarik perhatian banyak orang.Di situs web Kusumo Group, layanan khusus untuk pre-order parfum ini sudah tersedia. Parfumnya pun langsung terjual habis dalam sehari. Saat melihat hasil ini, bukan hanya Edward sendiri, bahkan Daniel juga sangat senang. Mereka benar-benar puas terhadap laporan penjualan itu.“Pa, kamu sudah lihat, ‘kan? Baru sehari saja penjualannya sudah begitu banyak. Prospeknya pasti bagus banget!” Edward terlihat sangat sombong. Dia duduk di hadapan Daniel sambil menyilangkan kakinya, lalu melanjutkan, “Sudah kubilang dari awal kalau proyek ini pasti berhasil!”“Bagus! Bagus!” Daniel memujinya dengan gembira, lalu bertanya, “Gimana dengan produksi pabrik? Terkej
Cecilia pulang dengan membawa banyak belanjaan. Saat dia masuk ke rumah, Tania juga kebetulan baru pulang. Suasana hatinya juga terlihat baik.“Hari ini menang lagi?” goda Cecilia.Tania melambaikan tangannya dan menjawab, “Cuma sedikit. Akhir-akhir ini, aku lumayan beruntung. Tapi kalau begini terus, teman-temanku sudah nggak mau main kartu bareng aku lagi. Hari ini saja, mereka sudah bilang nggak mau temani aku main lagi.”“Mana mungkin. Dulu, mereka juga sudah sering menang. Masa baru kalah beberapa kali saja sudah nggak tahan?” ujar Cecilia sambil tersenyum. Setelah meletakkan tas belanjaannya, dia mengeluarkan sebuah tas dan berkata, “Aku lihat model terbaru tas ini cocok sama Mama. Jadi, aku langsung membelinya.”“Aku nggak sering keluar kok, mana butuh.” Meskipun berkata begitu, Tania tetap merasa sangat gembira.“Kalau nggak terpakai ya pajang saja, cuma dilihat juga bisa buat senang kok!” Setelah mengesampingkan tas itu, Cecilia mengeluarkan sebuah botol kecil lagi dan berkata