Tania menggenggam tangan Cecilia dan hendak mengatakan sesuatu. Namun, tiba-tiba terdengar deru mesin mobil di luar rumah. Tania pun berkata dengan ekspresi muram, “Papamu sudah pulang.”Tidak lama setelah itu, Daniel berjalan masuk ke rumah dengan membawa sebuah tas belanja. Saat melihat Tania dan Cecilia yang sedang duduk di ruang tamu, dia tertegun sejenak.“Cecilia juga sudah pulang, ya.” Daniel berjalan ke arah mereka sambil berkata, “Bagus juga. Kebetulan ada yang mau kuberikan pada kalian.”“Apa itu?” Cecilia bertanya sambil tersenyum, lalu bangkit dan menerima tas belanja itu dari Daniel. Setelah membuka dan melihatnya, dia pun berseru, “Wah! Parfum, ya!”Saat melihat ekspresi Cecilia yang gembira, Daniel pun tersenyum dan menjawab, “Ini parfum pertama yang diluncurkan Kusumo Group dan sudah terjual habis, lho! Aku sengaja minta dua botol dari pabrik supaya kalian bisa pakai dulu!”Ekspresi Daniel yang bangga membuat Tania merasa sangat jengkel. Daniel senang bukan karena ini a
Di ruang baca, Daniel sedang memasukkan daun teh ke dalam cangkir. Air di dalam teko juga sedang dimasak.“Cecilia, kenapa akhir-akhir ini aku jarang ketemu kamu di perusahaan?” tanya Daniel sambil menaruh daun teh ke cangkir.Cecilia pun tertawa dan menjawab, “Pa, selama ini kamu juga jarang ketemu aku di perusahaan. Aku ada di kantor kok. Kenapa?”Mungkin karena sudah memulai topik yang canggung, Daniel pun menghentikan gerakannya sejenak. Kemudian, dia berdeham dan berkata, “Nggak kenapa-napa kok, cuma sekadar bertanya. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk, aku jadi kurang perhatiin. Oh iya, gimana pandanganmu terhadap proyek adikmu?” Setelah selesai menaruh daun teh ke cangkir, Daniel baru mendongak untuk menatap Cecilia.“Tentu saja harus didukung penuh! Lihat, aku juga sudah secara khusus membeli sebotol parfum untuk menunjukkan dukunganku!” jawab Cecilia sambil tersenyum. Ekspresinya terlihat tulus.Daniel menggeleng dan berkata, “Bukan itu maksudku. Maksudku, bagaimana
Daniel juga tidak berencana untuk merekrut menantu dan sebagainya. Dia merasa berharap kepada menantu tetap saja seperti memberikan bisnis keluarga kepada orang luar. Jadi, dia hanya bisa menaruh harapan besar pada Edward. Dia berharap Edward bisa mencapai kesuksesan serta mewarisi asetnya.“Haih, kalau bisa bantu, aku pasti bantu. Tapi, Edward sangat kompetitif. Lagian, Papa juga harus mempertimbangkan harga dirinya. Kalau aku terlalu banyak menasihati atau ikut campur dalam masalahnya, dia bakal merasa aku mewaspadainya dan malah curiga padaku,” ujar Cecilia.Daniel memikirkannya sejenak, lalu merasa sepertinya ucapan Cecilia memang masuk akal. Dia pun berdesah dan berkata, “Ya sudah. Pokoknya masalah ini sudah hampir selesai. Di rapat eksekutif lusa, pujilah Edward di hadapan para pemegang saham lainnya. Pada hari itu, ada berita yang mau aku umumkan juga.”“Berita apa?” tanya Cecilia dengan penasaran.“Kamu bakal tahu nanti. Aku masih belum bisa terlalu memastikannya. Kalau sudah s
“Ada apa sama Yohanes?” tanya Cecilia sambil mengerutkan keningnya. Dia sangat tertarik tentang masalah ini. “Bukannya dia sudah hilang? Apa mungkin sudah ada kabar mengenainya?”Meskipun Cecilia agak memandang rendah Yohanes, bagaimanapun juga, Yohanes adalah putra kandung Beny. Para pemegang saham perusahaan masih sangat mengakuinya. Apalagi sebelum memberontak dan meninggalkan perusahaan, dia juga pernah bekerja di perusahaan dan membantu Beny menangani masalah perusahaan selama beberapa saat.Jika bukan karena Yohanes tidak berminat dalam berbisnis dan bersikeras mau mencari entah kayu apa, Cecilia mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk menjabat di perusahaan sama sekali. Jadi, Cecilia sedikit banyaknya juga merasa gelisah setelah mendengar bahwa ada kabar mengenai Yohanes.“Emm.” Ekspresi Tania terlihat agak serius. Dia mengangguk pelan, lalu menjawab, “Dengar-dengar, dia sudah mati.”“Sudah mati?” Berita ini terlalu mencengangkan. Untuk sesaat, Cecilia tidak bisa bereaksi d
“Gagasan awalnya ya setiap parfum harus punya keunikan tersendiri, tapi masih sesuai dengan tema yang sama. Bagaimanapun juga, semuanya akan ditampilkan bersama. Dengan begitu baru ada keunikannya tersendiri.”“Apa tema kostum kalian?” tanya Yuna lagi.“Kostumnya dari keluaran terbaru CL, temanya lebih mengarah ke awal musim semi dengan warna dasar hijau. Pokoknya, kira-kira begitu deh.”Seiring dengan diskusi mereka, Yuna mulai membentuk ide di dalam benaknya. Dia tidak kebingungan lagi seperti sebelumnya. Dia pun menanyakan beberapa pertanyaan lagi dan akhirnya berkata, “Ada satu pertanyaan terakhir. Sebenarnya, biarpun papamu memang benar-benar sibuk sampai nggak punya waktu, aku yakin kamu pasti punya banyak kenalan peracik aroma lainnya yang lebih hebat dariku. Kenapa kamu harus jauh-jauh datang kemari buat mencariku?”Sebelum Lisa sempat menjawab, Yuna menambahkan, “Jangan bilang soal kepercayaanmu padaku. Soal meracik aroma, aku nggak merasa aku sangat spesial hingga kamu harus
Sikap Lisa membuat Louis tertegun sejenak. Entah kenapa, dia merasa gadis ini memiliki permusuhan terhadapnya padahal dia tidak melakukan apa-apa.Setelah berpikir sejenak, Louis menatap ke dalam dan melihat Yuna yang juga sedang memandang keluar. Tatapan mereka bertemu, lalu Louis tersenyum dan menjawab, “Aku mencarinya.”Kemudian, Louis melewati Lisa dan langsung berjalan ke arah Yuna. Setelah tertegun sejenak, Lisa buru-buru mengejarnya untuk mencari tahu apa yang terjadi.“Kamu ... santai juga, ya.” Setelah mengamati sekelilingnya, Louis tersenyum dan berkata, “Apa kamu sudah menjalankan prosedurnya dan mendapatkan lisensi itu?”“Kamu nggak perlu khawatir soal itu,” jawab Yuna dengan dingin sambil berdiri.“Mana bisa aku nggak khawatir. Semua peracik aroma dalam negeri dikendalikan Asosiasi Peracik Aroma. Kamu nggak punya lisensi kerja, tapi malah meracik begitu banyak parfum yang dijual di pasaran. Ini adalah tindakan melanggar hukum. Coba katakan, apa mungkin aku nggak peduli ata
Saat orang dari Asosiasi Peracik Aroma mengundang Yuna untuk bergabung, mereka tidak pernah mengungkit soal lisensi ini. Kenapa sekarang mereka malah terus-menerus mempermasalahkannya?Yuna yakin ada banyak peracik aroma di dalam negeri yang tidak memiliki lisensi ini, tetapi tetap bisa bekerja seperti biasa. Jadi, memiliki lisensi ini atau tidak sama sekali tidak berhubungan dengan Asosiasi Peracik Aroma yang hendak menyelidikinya. Semua ini hanyalah omong kosong mereka.Sebelum Yuna sempat berbicara, Lisa sudah tidak tahan dan berkata, “Konyol sekali! Untuk menjadi seorang peracik aroma yang memenuhi syarat, yang diperlukan hanya bakat dan kemampuan. Apa hubungannya dengan lisensi! Lisensi macam apa itu? Memangnya orang yang punya lisensi sudah bisa disebut peracik aroma, sedangkan yang nggak bukan?”“Maaf, ini masalahku dengan Yuna. Sebaiknya Nona Lisa jangan ikut campur.” Kedatangan Louis hari ini adalah untuk bernegosiasi dengan Yuna. Jika Yuna berubah pikiran dan bersedia bergabu
“Kalian memang cemburu!” Lisa tidak akan tertipu oleh omongan Louis. “Di mataku, peracik aroma lain di Indonesia memang nggak ada apa-apanya! Cuma Yuna seorang yang paling hebat!”“Lisa,” tegur Yuna. Ucapan Lisa barusan sudah agak keterlaluan. Ada beberapa peracik aroma papan atas di Indonesia. Kata-katanya tadi akan menyinggung banyak orang.“Yuna, pokoknya aku merasa begitu!” ucap Lisa dengan kesal sambil menarik lengan baju Yuna.Alhasil, Louis pun mencibir, “Memangnya cuma ada Yuna yang merupakan peracik aroma hebat di Indonesia? Nona Lisa, kurasa bahkan Pak Will juga nggak akan setuju sama ucapanmu itu!”Jika bukan demi menghormati ayah Lisa, Louis pasti sudah memberi pelajaran pada Lisa.“Nggak ada gunanya kita berdebat di sini. Louis, aku memang nggak punya lisensi kerja yang kalian bilang itu. Selain itu, aku juga nggak bakal ujian untuk kertas itu.” Yuna berdiri tegak, lalu menekankan kata-katanya, “Meracik aroma adalah hobiku dan merupakan sesuatu yang bersedia kulakukan. Jad