Di ruang baca, Daniel sedang memasukkan daun teh ke dalam cangkir. Air di dalam teko juga sedang dimasak.“Cecilia, kenapa akhir-akhir ini aku jarang ketemu kamu di perusahaan?” tanya Daniel sambil menaruh daun teh ke cangkir.Cecilia pun tertawa dan menjawab, “Pa, selama ini kamu juga jarang ketemu aku di perusahaan. Aku ada di kantor kok. Kenapa?”Mungkin karena sudah memulai topik yang canggung, Daniel pun menghentikan gerakannya sejenak. Kemudian, dia berdeham dan berkata, “Nggak kenapa-napa kok, cuma sekadar bertanya. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk, aku jadi kurang perhatiin. Oh iya, gimana pandanganmu terhadap proyek adikmu?” Setelah selesai menaruh daun teh ke cangkir, Daniel baru mendongak untuk menatap Cecilia.“Tentu saja harus didukung penuh! Lihat, aku juga sudah secara khusus membeli sebotol parfum untuk menunjukkan dukunganku!” jawab Cecilia sambil tersenyum. Ekspresinya terlihat tulus.Daniel menggeleng dan berkata, “Bukan itu maksudku. Maksudku, bagaimana
Daniel juga tidak berencana untuk merekrut menantu dan sebagainya. Dia merasa berharap kepada menantu tetap saja seperti memberikan bisnis keluarga kepada orang luar. Jadi, dia hanya bisa menaruh harapan besar pada Edward. Dia berharap Edward bisa mencapai kesuksesan serta mewarisi asetnya.“Haih, kalau bisa bantu, aku pasti bantu. Tapi, Edward sangat kompetitif. Lagian, Papa juga harus mempertimbangkan harga dirinya. Kalau aku terlalu banyak menasihati atau ikut campur dalam masalahnya, dia bakal merasa aku mewaspadainya dan malah curiga padaku,” ujar Cecilia.Daniel memikirkannya sejenak, lalu merasa sepertinya ucapan Cecilia memang masuk akal. Dia pun berdesah dan berkata, “Ya sudah. Pokoknya masalah ini sudah hampir selesai. Di rapat eksekutif lusa, pujilah Edward di hadapan para pemegang saham lainnya. Pada hari itu, ada berita yang mau aku umumkan juga.”“Berita apa?” tanya Cecilia dengan penasaran.“Kamu bakal tahu nanti. Aku masih belum bisa terlalu memastikannya. Kalau sudah s
“Ada apa sama Yohanes?” tanya Cecilia sambil mengerutkan keningnya. Dia sangat tertarik tentang masalah ini. “Bukannya dia sudah hilang? Apa mungkin sudah ada kabar mengenainya?”Meskipun Cecilia agak memandang rendah Yohanes, bagaimanapun juga, Yohanes adalah putra kandung Beny. Para pemegang saham perusahaan masih sangat mengakuinya. Apalagi sebelum memberontak dan meninggalkan perusahaan, dia juga pernah bekerja di perusahaan dan membantu Beny menangani masalah perusahaan selama beberapa saat.Jika bukan karena Yohanes tidak berminat dalam berbisnis dan bersikeras mau mencari entah kayu apa, Cecilia mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk menjabat di perusahaan sama sekali. Jadi, Cecilia sedikit banyaknya juga merasa gelisah setelah mendengar bahwa ada kabar mengenai Yohanes.“Emm.” Ekspresi Tania terlihat agak serius. Dia mengangguk pelan, lalu menjawab, “Dengar-dengar, dia sudah mati.”“Sudah mati?” Berita ini terlalu mencengangkan. Untuk sesaat, Cecilia tidak bisa bereaksi d
“Gagasan awalnya ya setiap parfum harus punya keunikan tersendiri, tapi masih sesuai dengan tema yang sama. Bagaimanapun juga, semuanya akan ditampilkan bersama. Dengan begitu baru ada keunikannya tersendiri.”“Apa tema kostum kalian?” tanya Yuna lagi.“Kostumnya dari keluaran terbaru CL, temanya lebih mengarah ke awal musim semi dengan warna dasar hijau. Pokoknya, kira-kira begitu deh.”Seiring dengan diskusi mereka, Yuna mulai membentuk ide di dalam benaknya. Dia tidak kebingungan lagi seperti sebelumnya. Dia pun menanyakan beberapa pertanyaan lagi dan akhirnya berkata, “Ada satu pertanyaan terakhir. Sebenarnya, biarpun papamu memang benar-benar sibuk sampai nggak punya waktu, aku yakin kamu pasti punya banyak kenalan peracik aroma lainnya yang lebih hebat dariku. Kenapa kamu harus jauh-jauh datang kemari buat mencariku?”Sebelum Lisa sempat menjawab, Yuna menambahkan, “Jangan bilang soal kepercayaanmu padaku. Soal meracik aroma, aku nggak merasa aku sangat spesial hingga kamu harus
Sikap Lisa membuat Louis tertegun sejenak. Entah kenapa, dia merasa gadis ini memiliki permusuhan terhadapnya padahal dia tidak melakukan apa-apa.Setelah berpikir sejenak, Louis menatap ke dalam dan melihat Yuna yang juga sedang memandang keluar. Tatapan mereka bertemu, lalu Louis tersenyum dan menjawab, “Aku mencarinya.”Kemudian, Louis melewati Lisa dan langsung berjalan ke arah Yuna. Setelah tertegun sejenak, Lisa buru-buru mengejarnya untuk mencari tahu apa yang terjadi.“Kamu ... santai juga, ya.” Setelah mengamati sekelilingnya, Louis tersenyum dan berkata, “Apa kamu sudah menjalankan prosedurnya dan mendapatkan lisensi itu?”“Kamu nggak perlu khawatir soal itu,” jawab Yuna dengan dingin sambil berdiri.“Mana bisa aku nggak khawatir. Semua peracik aroma dalam negeri dikendalikan Asosiasi Peracik Aroma. Kamu nggak punya lisensi kerja, tapi malah meracik begitu banyak parfum yang dijual di pasaran. Ini adalah tindakan melanggar hukum. Coba katakan, apa mungkin aku nggak peduli ata
Saat orang dari Asosiasi Peracik Aroma mengundang Yuna untuk bergabung, mereka tidak pernah mengungkit soal lisensi ini. Kenapa sekarang mereka malah terus-menerus mempermasalahkannya?Yuna yakin ada banyak peracik aroma di dalam negeri yang tidak memiliki lisensi ini, tetapi tetap bisa bekerja seperti biasa. Jadi, memiliki lisensi ini atau tidak sama sekali tidak berhubungan dengan Asosiasi Peracik Aroma yang hendak menyelidikinya. Semua ini hanyalah omong kosong mereka.Sebelum Yuna sempat berbicara, Lisa sudah tidak tahan dan berkata, “Konyol sekali! Untuk menjadi seorang peracik aroma yang memenuhi syarat, yang diperlukan hanya bakat dan kemampuan. Apa hubungannya dengan lisensi! Lisensi macam apa itu? Memangnya orang yang punya lisensi sudah bisa disebut peracik aroma, sedangkan yang nggak bukan?”“Maaf, ini masalahku dengan Yuna. Sebaiknya Nona Lisa jangan ikut campur.” Kedatangan Louis hari ini adalah untuk bernegosiasi dengan Yuna. Jika Yuna berubah pikiran dan bersedia bergabu
“Kalian memang cemburu!” Lisa tidak akan tertipu oleh omongan Louis. “Di mataku, peracik aroma lain di Indonesia memang nggak ada apa-apanya! Cuma Yuna seorang yang paling hebat!”“Lisa,” tegur Yuna. Ucapan Lisa barusan sudah agak keterlaluan. Ada beberapa peracik aroma papan atas di Indonesia. Kata-katanya tadi akan menyinggung banyak orang.“Yuna, pokoknya aku merasa begitu!” ucap Lisa dengan kesal sambil menarik lengan baju Yuna.Alhasil, Louis pun mencibir, “Memangnya cuma ada Yuna yang merupakan peracik aroma hebat di Indonesia? Nona Lisa, kurasa bahkan Pak Will juga nggak akan setuju sama ucapanmu itu!”Jika bukan demi menghormati ayah Lisa, Louis pasti sudah memberi pelajaran pada Lisa.“Nggak ada gunanya kita berdebat di sini. Louis, aku memang nggak punya lisensi kerja yang kalian bilang itu. Selain itu, aku juga nggak bakal ujian untuk kertas itu.” Yuna berdiri tegak, lalu menekankan kata-katanya, “Meracik aroma adalah hobiku dan merupakan sesuatu yang bersedia kulakukan. Jad
Sejak saat itu, nama Yuna sudah terukir dalam benak Louis. Alasannya karena dia tanpa sadar ingin berkompetisi dengan Yuna. Selain itu, dia juga ingin merekrut orang seperti Yuna untuk bergabung dengan asosiasi. Apabila Yuna memenangkan penghargaan, asosiasi juga akan ikut terhormat.Tak disangka, wanita yang terlihat lemah lembut itu ternyata malah begitu sulit ditangani. Saat di Kanita sebelumnya, Louis juga tidak bisa menahannya. Selain itu, Yuna juga didukung Brandon dan seluruh Uniasia. Menghadapi Yuna memang membutuhkan upaya yang lebih besar.“Cuma sebuah kompetisi saja sudah bisa membuatmu begitu sombong?” tanya Louis dengan kesal. Dia berusaha keras untuk menyelamatkan harga dirinya.“Mengalahkanmu memang bukan sesuatu yang patut dibanggakan.” Yuna berkata dengan santai, “Tuan Louis, aku juga mau menasihatimu. Sebagai seorang peracik aroma, visimu nggak boleh terlalu dangkal. Daripada mencari masalah denganku hanya karena sebuah lisensi kerja, sebaiknya perluas saja visimu dan
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S