“Anggaran?” Daniel bertanya sambil mengerutkan alis, “Bukannya anggaran yang kamu terima lumayan banyak?”“Begini, biaya untuk mengundang peracik aroma saja sudah sangat besar. Ayah juga tahu kalau jasa peracik aroma papan atas sangat mahal. Jadi, dana untuk hal-hal lainnya sudah ... lumayan terbatas.”Saat melihat ke halaman pengeluaran, kening Daniel langsung berkerut erat. Dia menatap angka yang tertulis di sana, lalu berkata dengan ekspresi suram, “Bukannya sebelumnya kamu sudah dikasih tahu seberapa besar anggarannya dan dipesan untuk jangan sampai lewat batas? Kenapa pengeluarannya melebihi anggaran sampai begitu banyak?”“Siapa peracik aroma papan atas yang kamu undang? Harganya benar-benar nggak masuk akal! Apa kamu sudah tertipu?” tanya Daniel sambil menunjuk ke angka di yang tertulis di kertas dengan kesal.“Nggak kok!” Edward buru-buru melambaikan tangan dan menjelaskan, “Ini peracik aroma papan atas internasional yang susah payah aku dapatkan dari koneksiku. Promosinya juga
Edward terdiam sebentar, lalu berkata dengan suara kecil, “Mama memang nggak berwawasan luas. Gimanapun juga, dia cuma seorang wanita. Papa nggak perlu marah lagi. Kalau hal ini sudah terselesaikan dengan baik, anggap saja semuanya sudah berlalu. Jangan khawatir, nanti aku bakal bujuk Mama juga. Dia cuma melampiaskan sedikit kekesalannya, jangan dianggap serius. Wanita cuma perlu merengek sebentar, habis itu juga bakal baik-baik saja.”“Mama sudah bersamamu begitu lama, kamu sudah pasti paham sama sifatnya. Di acara lelang kemarin, dia memang sudah bertindak gegabah. Tapi, itu juga karena dia sudah menekannya terlalu lama. Papa ... maafkanlah Mama sekali ini.”Saat mendengar Edward yang mengerti maksudnya, Daniel baru merasa lebih nyaman. “Sudahlah, aku juga cuma mengeluh padamu. Kata-katamu benar, sifat mamamu memang begitu. Nanti aku bakal belikan dia sebuah kalung permata. Habis itu, masalah ini juga pasti berlalu.”“Emm. Kalau begitu, aku balik kerja dulu ya, Pa.”Daniel mengangguk
“Oh?” Baru saja Yuna ingin bertanya siapa orang yang mencarinya itu, dia sudah melihat orang yang duduk di ruang tamu. “Lisa?!”Yuna sangat terkejut dan tidak menyangka Lisa datang mencarinya. Namun, dia juga sangat senang dan bertanya, “Kok kamu bisa datang kemari?”“Lho? Memangnya aku nggak boleh datang?” Lisa sangat ramah dan langsung memeluk Yuna sambil berkata, “Lama nggak jumpa. Aku sudah rindu sama kamu!”“Emm, aku juga merindukanmu!” Yuna bertanya sambil menepuk-nepuk punggungnya, “Kenapa? Ada acara catwalk lagi?”“Memangnya harus ada acara catwalk baru boleh datang?” Setelah menjawab, Lisa berhenti sejenak. Awalnya, dia masih ingin membiarkan Yuna menebak-nebak lagi. Namun, dia yang berkepribadian ceria sudah tidak bisa menahannya. Dia pun berkata, “Kali ini, aku datang membawa bisnis untukmu.”“Bisnis?” Saat melihat ada banyak rekan lain yang sudah mau pulang, Yuna menepuk tangan Lisa dan berkata, “Tunggu bentar, ya. Aku ganti baju dan ambil barang-barangku dulu. Kita bicarak
“Apa maksudmu? Apa temanya? Buat siapa? Apa ada permintaan tertentu? Untuk kapan? Mau berapa banyak?” Yuna langsung menanyakan serentetan pertanyaan.Lisa yang sedang menyantap udang pun tertegun sejenak, lalu mengedipkan matanya. “Ergh ....”“Apa kamu mau datang berbisnis denganku tanpa merencanakan apa pun sebelumnya?” Yuna menertawakannya. “Lagian, di sana ada banyak peracik aroma, ‘kan? Yang papan atas juga banyak. Papamu sendiri juga seorang peracik aroma. Ngapain kamu datang jauh-jauh kemari buat mencariku? Jangan-jangan ... kamu cuma ngidam hot pot?”Meskipun hanya setengah bercanda dengan Lisa, tetapi setengah dari ucapan Yuna memang adalah kenyataan. Selain itu, terlepas dari seberapa maju industri ini di Prancis, ayah Lisa juga merupakan orang yang sangat bertalenta dalam industri ini. Dari tim peneliti dan murid yang dibimbingnya, ada begitu banyak orang yang berketerampilan tinggi. Kenapa Lisa harus mencari Yuna? Apa dia sengaja mau memberikan kesempatan untuk Yuna?“Tentu
Saat hampir tiba di rumah, Yuna mendapat telepon dari Brandon. “Sudah pulang?”“Sudah hampir sampai.” Yuna menjawab, “Kira-kira 5 menit lagi.”“Kalau begitu, tunggu aku di depan pintu, ya. Nggak usah masuk lagi.” Brandon berkata, “Aku keluar sekarang juga.”Yuna pun tertegun dan bertanya, “Mau keluar?”“Emm.”“Ada masalah?”“Kukatakan nanti saat ketemu.”Setelah berpikir sejenak, Yuna mengangguk dan berkata, “Oke deh. Aku sudah mau sampai.”Tak lama kemudian, mobil Yuna sudah sampai ke kompleks mereka. Begitu sampai di depan vila, Yuna pun melihat Brandon yang sedang berjalan keluar. Pakaiannya tidak terlalu formal, seharusnya bukan mau hadir ke pertemuan yang penting. Namun, Brandon juga tidak memberitahunya ke mana mereka akan pergi.Saat melihat Brandon membuka pintu pengemudi, Yuna pun tertegun dan tidak mengerti apa yang mau dilakukannya.“Aku saja yang nyetir. Kamu sudah sibuk seharian, istirahatlah.”“Oh,” sahut Yuna. Dia membuka sabuk pengaman, lalu turun dari mobil dan masuk k
“Tempat ini ....” Yuna sudah bisa menebak, tetapi masih tidak pasti.“Suka nggak?” Brandon tidak menjawab dan malah balik bertanya. Dia menatap ke sekeliling dan merasa puas akan keseluruhan desainnya.“Memangnya kenapa kalau suka atau nggak? Kalau suka, memangnya tempat ini bakal jadi milikku?” tanya Yuna dengan setengah bercanda sambil melirik Brandon. Dia menyentuh tabung uji dan merasa semuanya masih sangat baru.“Benar!” Brandon menjawab dengan pasti, “Kalau kamu suka, tempat ini bakal jadi milikmu!”Tangan Yuna langsung berhenti menyentuh tabung uji. Dia melirik Brandon dengan agak terkejut dan berkata, “Kamu memang membelinya untukku?”Meskipun sudah bisa menebak, Yuna masih merasa terkejut begitu mendengar perkataan Brandon. Bagaimanapun juga, Yuna baru berpikir untuk mendirikan studio sendiri. Namun, Brandon malah sudah memilih tempat dan selesai merenovasinya. Hal ini terlalu kebetulan. Apa Brandon bisa menebak pemikirannya?“Kalau nggak?” Brandon merasa sangat puas setelah m
Oleh karena itu, Yuna juga hanya sekadar memikirkan soal mendirikan studio sendiri. Dia tidak pernah benar-benar mengambil tindakan apa pun untuk merealisasikannya. Setelah Lisa mencarinya untuk berbisnis dan ditambah dengan masalah Asosiasi Peracik Aroma beserta semua yang terjadi akhir-akhir ini, Yuna baru benar-benar berpikiran untuk mendirikan studionya. Namun, baru saja Yuna memikirkannya, Brandon sudah mempersiapkan semuanya untuk dirinya.Setelah berhenti makan, Yuna menatap ke arah Brandon, lalu berkata dengan sangat serius, “Makasih!”Mungkin karena nadanya yang terdengar terlalu serius, Brandon pun tertegun sejenak. Saat melihat tatapan Yuna yang penuh rasa terima kasih, Brandon tersenyum dan mengelus rambutnya sambil berkata, “Buat apa begitu sungkan!”“Ini bukan sungkan, tapi sopan santun!” Setelah berdesah, Yuna melanjutkan, “Habis ketemu Lisa tadi, aku baru pikir apa aku bisa mendirikan sebuah studio buat diri sendiri dalam perjalanan pulang. Kalau memang mau mendirikanny
Pengaturan tahap awal yang paling penting untuk studio sudah dipersiapkan. Selanjutnya, Yuna harus memilih staf, mempersiapkan bahan, dan hal-hal sepele lainnya.Stella tentu saja akan mengikutinya. Edith juga awalnya mau pindah ke studio Yuna, tetapi Yuna menolaknya. Alasannya karena Edith adalah supervisor di New Life. Lagi pula, dia akan memiliki perkembangan dan kemungkinan untuk dipromosikan yang lebih tinggi di Uniasia. Jika bekerja di studio Yuna, dia hanya bisa membantu masalah-masalah yang sederhana.Bagaimanapun juga, tidak akan ada begitu banyak bisnis di awal studio didirikan, hanya beberapa pekerjaan dalam bagian keterampilan meracik aroma. Dalam bidang ini, Edith tidak bisa banyak membantu. Lebih bagus apabila dia tetap bekerja di perusahaan. Jika perkembangan studio sudah membaik kelak, belum terlambat juga dia baru membantu pada saat itu.Kata-kata Yuna cukup meyakinkan, apalagi Edith juga mengerti tentang situasinya. Dia pun mengangguk dan berkata, “Kalau sudah butuh b