Saat hampir tiba di rumah, Yuna mendapat telepon dari Brandon. “Sudah pulang?”“Sudah hampir sampai.” Yuna menjawab, “Kira-kira 5 menit lagi.”“Kalau begitu, tunggu aku di depan pintu, ya. Nggak usah masuk lagi.” Brandon berkata, “Aku keluar sekarang juga.”Yuna pun tertegun dan bertanya, “Mau keluar?”“Emm.”“Ada masalah?”“Kukatakan nanti saat ketemu.”Setelah berpikir sejenak, Yuna mengangguk dan berkata, “Oke deh. Aku sudah mau sampai.”Tak lama kemudian, mobil Yuna sudah sampai ke kompleks mereka. Begitu sampai di depan vila, Yuna pun melihat Brandon yang sedang berjalan keluar. Pakaiannya tidak terlalu formal, seharusnya bukan mau hadir ke pertemuan yang penting. Namun, Brandon juga tidak memberitahunya ke mana mereka akan pergi.Saat melihat Brandon membuka pintu pengemudi, Yuna pun tertegun dan tidak mengerti apa yang mau dilakukannya.“Aku saja yang nyetir. Kamu sudah sibuk seharian, istirahatlah.”“Oh,” sahut Yuna. Dia membuka sabuk pengaman, lalu turun dari mobil dan masuk k
“Tempat ini ....” Yuna sudah bisa menebak, tetapi masih tidak pasti.“Suka nggak?” Brandon tidak menjawab dan malah balik bertanya. Dia menatap ke sekeliling dan merasa puas akan keseluruhan desainnya.“Memangnya kenapa kalau suka atau nggak? Kalau suka, memangnya tempat ini bakal jadi milikku?” tanya Yuna dengan setengah bercanda sambil melirik Brandon. Dia menyentuh tabung uji dan merasa semuanya masih sangat baru.“Benar!” Brandon menjawab dengan pasti, “Kalau kamu suka, tempat ini bakal jadi milikmu!”Tangan Yuna langsung berhenti menyentuh tabung uji. Dia melirik Brandon dengan agak terkejut dan berkata, “Kamu memang membelinya untukku?”Meskipun sudah bisa menebak, Yuna masih merasa terkejut begitu mendengar perkataan Brandon. Bagaimanapun juga, Yuna baru berpikir untuk mendirikan studio sendiri. Namun, Brandon malah sudah memilih tempat dan selesai merenovasinya. Hal ini terlalu kebetulan. Apa Brandon bisa menebak pemikirannya?“Kalau nggak?” Brandon merasa sangat puas setelah m
Oleh karena itu, Yuna juga hanya sekadar memikirkan soal mendirikan studio sendiri. Dia tidak pernah benar-benar mengambil tindakan apa pun untuk merealisasikannya. Setelah Lisa mencarinya untuk berbisnis dan ditambah dengan masalah Asosiasi Peracik Aroma beserta semua yang terjadi akhir-akhir ini, Yuna baru benar-benar berpikiran untuk mendirikan studionya. Namun, baru saja Yuna memikirkannya, Brandon sudah mempersiapkan semuanya untuk dirinya.Setelah berhenti makan, Yuna menatap ke arah Brandon, lalu berkata dengan sangat serius, “Makasih!”Mungkin karena nadanya yang terdengar terlalu serius, Brandon pun tertegun sejenak. Saat melihat tatapan Yuna yang penuh rasa terima kasih, Brandon tersenyum dan mengelus rambutnya sambil berkata, “Buat apa begitu sungkan!”“Ini bukan sungkan, tapi sopan santun!” Setelah berdesah, Yuna melanjutkan, “Habis ketemu Lisa tadi, aku baru pikir apa aku bisa mendirikan sebuah studio buat diri sendiri dalam perjalanan pulang. Kalau memang mau mendirikanny
Pengaturan tahap awal yang paling penting untuk studio sudah dipersiapkan. Selanjutnya, Yuna harus memilih staf, mempersiapkan bahan, dan hal-hal sepele lainnya.Stella tentu saja akan mengikutinya. Edith juga awalnya mau pindah ke studio Yuna, tetapi Yuna menolaknya. Alasannya karena Edith adalah supervisor di New Life. Lagi pula, dia akan memiliki perkembangan dan kemungkinan untuk dipromosikan yang lebih tinggi di Uniasia. Jika bekerja di studio Yuna, dia hanya bisa membantu masalah-masalah yang sederhana.Bagaimanapun juga, tidak akan ada begitu banyak bisnis di awal studio didirikan, hanya beberapa pekerjaan dalam bagian keterampilan meracik aroma. Dalam bidang ini, Edith tidak bisa banyak membantu. Lebih bagus apabila dia tetap bekerja di perusahaan. Jika perkembangan studio sudah membaik kelak, belum terlambat juga dia baru membantu pada saat itu.Kata-kata Yuna cukup meyakinkan, apalagi Edith juga mengerti tentang situasinya. Dia pun mengangguk dan berkata, “Kalau sudah butuh b
Alicia pun tercengang setelah melihat senyum Brandon, apalagi senyumannya itu begitu ... ambigu? Manis? Lagi pula, kata-katanya juga mau tak mau membuat orang bertanya-tanya. Ada rencana lain? Rencana apa? Bahkan setelah sampai ke departemen personalia, dia masih belum tersadar.“Pak Brandon menyetujuinya?!” Karyawan departemen personalia juga sangat terkejut dan berkata, “Kalau gitu, kayaknya Pak Brandon sudah tahu soal ini. Mereka berdua pasti sudah berdiskusi sebelumnya.”“Tapi momentum Yuna saat ini lagi bagus banget. Perusahaan juga berniat memberikan posisi kepala peracik aroma perusahaan kepadanya. Kenapa dia malah mengundurkan diri di saat-saat begini? Apa maksudnya?”“Apa hebatnya kepala peracik aroma? Jangan lupa, dia itu calon istri CEO kita!” sela seseorang.“Ah, benar! Apa Yuna mengundurkan diri karena sudah mau menikah dengan Pak Brandon?”Saat ini, karyawan departemen personalia sedang senggang. Ditambah ini adalah gosip besar mengenai bos besar, mereka pun bergosip deng
“Sembarangan!” Yuna memelototi Edith, lalu menepuk-nepuk perutnya dengan kedua tangan dan bertanya, “Memangnya aku kelihatan kayak wanita hamil?”“Ckck! Jangan sembarangan pukul perutmu!” Edith buru-buru menahan tangan Yuna, lalu sekalian mengelus perut Yuna dan berkata, “Haih, rata juga. Kalau memang hamil juga seharusnya belum lewat tiga bulan.”Yuna benar-benar merasa tidak berdaya. Dia menarik tangannya dari cengkeraman Edith, lalu berkata, “Benar-benar nggak hamil, lho! Aku masih datang bulan sampai bulan lalu, mana mungkin sudah hamil tiga bulan.”“Gimana dengan bulan ini?” canda Edith.“Bulan ini juga ....” Setelah berhenti sejenak, Yuna tiba-tiba teringat sesuatu. Dia pun berpikir dengan teliti tentang haidnya bulan lalu dan bulan ini. Dia sangat terkejut saat menyadari bahwa haidnya sepertinya memang sudah datang terlambat.Akhir-akhir ini, dia sangat sibuk mengurus berbagai hal. Terlebih lagi, dia memang tidak pernah memperhatikan tentang hal ini. Begitu diingatkan sekarang,
Yuna memang khawatir. Dia tidak bisa mengatakan hal-hal pribadi seperti ini dengan Edith, tetapi dia sendiri sangat jelas. Dia dan Brandon sudah pernah berhubungan dua kali dan tanpa kontrasepsi. Saat dipikir-pikir, waktu itu seharusnya waktu aman. Namun, setelah memikirkannya kembali sekarang, dia pun merasa takut.Setelah itu, Yuna tanpa sadar menyetir hingga sampai di gerbang rumah sakit. Hanya saja, dia kembali ragu apakah harus memeriksanya atau tidak. Berhubung dia berhenti di depan gerbang, mobil belakang yang ingin masuk ke rumah sakit pun menekan klakson. Dia pun tersadar dan memaksakan diri untuk menyetir masuk.Akan tetapi, setelah berputar-putar sejenak, Yuna masih belum menemukan tempat parkir. Ditambah dengan hatinya yang masih ragu, dia pun keluar dari rumah sakit. Dia menemukan farmasi di sekitar, tetapi tidak berani bertanya bahkan setelah masuk. Namun, karyawan farmasi sudah terbiasa menghadapi orang-orang seperti ini. Dia bertanya apakah Yuna memerlukan alat kontrase
Saat mendengar Brandon mengatakan tidak perlu terlalu buru-buru, Yuna secara refleks berkata, “Nggak boleh terlalu ditunda!”Reaksi Yuna yang berlebihan membuat Brandon curiga dan bertanya, “Ada apa kamu sebenarnya?”“Nggak apa-apa.” Yuna menggeleng dan tetap tidak memberi tahu Brandon mengenai masalah kehamilan. Alasannya karena dia masih belum memikirkannya dengan baik. “Mungkin aku agak sedih karena baru mengundurkan diri. Awalnya, aku merasa nggak ada yang perlu disedihkan. Tapi waktuku selama di New Life adalah yang paling bahagia dalam kehidupan kerjaku.”Ucapan ini memang tulus. Bagaimanapun juga, semua rekan kerja Yuna memperlakukannya dengan baik. Meskipun Edith mempersulitnya saat dia baru bergabung dengan perusahaan dulu, itu juga dilakukan secara objektif. Setelah memastikan kemampuannya, mereka pun menjadi teman dekat. Sejujurnya, setelah meninggalkan Logan, Yuna baru menyadari betapa luasnya dunia ini. Dia sudah seharusnya keluar untuk melihat dunia dari awal.“Benarkah?”
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta